FITNESS & HEALTH

Cara Mengetahui Penyakit Autoimun Radang Usus pada Anak

Raka Lestari
Sabtu 11 September 2021 / 15:27
Jakarta: Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri. Ada ratusan jenis penyakit autoimun, salah satu yang sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus.

IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan, yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal. IBD terdiri dari dua jenis penyakit yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).

"KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon, sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur,” jelas Prof.Dr.dr. Zakiudin Munatsir, SpA(K), Dewan Pakar Medis Marisza Cardoba Foundation (MCF).

Lebih lanjut Prof. Zakiudin Munatsir menjelaskan, pada orang dengan KU maupun PC seringkali muncul bisul di saluran usus. Bisul adalah robekan atau robekan pada lapisan usus yang dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.

Menurut dokter yang juga aktif membina belasan ribu Orang Dengan AutoImun (ODAI) di MCF ini, penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui, namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. IBD pada anak dapat terjadi karena ada bakat genetik yang dicetuskan oleh faktor lingkungan, misalnya infeksi dan lain-lain.

Prof. Zakiudin Munatsir memaparkan bahwa PC dan KU memiliki banyak gejala yang sama, mungkin sulit untuk mengetahui kondisi yang diderita seorang anak. Mendiagnosis penyakit ini memerlukan beberapa tes:
 

1. Tes darah


Yang pertama adalah tes darah untuk memeriksa kondisi seperti anemia (hemoglobin rendah), protein darah rendah (albumin), atau bukti peradangan di suatu tempat di tubuh (peningkatan protein C-reaktif, tingkat sedimentasi/ laju endap darah, atau jumlah sel darah putih.
 

2. Tes tinja


Tes kedua adalah adalah tes atau studi tinja untuk memeriksa infeksi, darah dalam tinja, atau penanda peradangan di usus.
 

3. CT


Tes ketiga dilakukan pencitraan kondisi perut dengan CT enterography (CTE) atau MR enterography (MRE) untuk mencari peradangan, pembengkakan atau penyempitan usus. Ini juga melihat area di perut di luar usus untuk komplikasi IBD. Sebuah MRE memiliki keuntungan yang menggunakan magnet, bukan radiasi, untuk mengambil gambar.

Endoskopi bagian atas dan kolonoskopi penting untuk dilakukan, yakni dengan cara menelan atau menempatkan kapsul video selama endoskopi atas untuk melihat lapisan usus kecil dengan tabung fleksibel dan kamera, dilanjutkan dengan biopsi untuk memeriksa lebih lanjut sampel jaringan di bawah mikroskop.

“Pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien, seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” tutup Prof. Zaki.


Hi Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/OVO @Rp50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkedan. Salam hangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH