FITNESS & HEALTH
Ketika Resesi Seks Terjadi, 7 Alasan Ini Bisa Menjadi Penyebabnya
Mia Vale
Minggu 18 Februari 2024 / 23:05
Jakarta: Keintiman fisik merupakan salah satu faktor yang menjadikan hubungan romantis lebih dari sekadar dua orang yang merasa dipercaya dan dicintai. Sayangnya belakangan ini, beberapa pasangan menikah justru terjerumus ke dalam pola di mana membiarkan bagian fisik dari pernikahan mereka diabaikan.
Bahkan ada pasutri lainnya yang jarang atau tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Boleh dibilang, kalau pun melakukan hubungan intim, pasangan yang bersatu dalam ikatan perkawinan ini tidak ingin memiliki anak.
Ternyata pilihan menikah tanpa memiliki anak ini telah menjadi momok di beberapa negara. Ya, pemerintah di beberapa negara sampai mengungkapkan kalau di negaranya telah terjadi resesi seks dan penurunan drastis dalam hal angka kelahiran.
Sebut saja, Jepang, China, Korea Selatan, bahkan Singapura dan Thailand yang sudah mulai mengarah pada 'tren' tersebut. Lantas, apa sebenarnya yang mendasari ini?
.jpg)
(Apabila kamu mengalami stres kronis (stres yang berkepanjangan), perubahan kadar kortisol dapat memengaruhi hormon seks, sehingga minat seks tentu jadi berkurang. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Merupakan pernikahan yang tidak ada aktivitas seksual di antara pasangannya. Beberapa ahli menganggap pernikahan tanpa seks terjadi jika keintiman seksual tidak ada selama satu tahun atau lebih. Dan bila didiamkandan terjadi pada banyak pasangan, bukan tidak mungkin akan menjadi resesi seks.
Ada banyak kemungkinan alasan mengapa sebuah pernikahan tanpa seks yang pada akhirnya tidak memiliki keturunan. Nah, laman Verywell Mind telah merangkum beberapa alasan umum tersebut.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) melaporkan bahwa tidak ada batasan waktu pasti kapan seseorang dapat berhubungan seks lagi setelah melahirkan. Semua bergantung kepada kesiapan pasutri.
Bisa saja karena tekanan atau tambahan saat merawat bayi, masalah citra tubuh, kelelahan, dan ketakutan untuk hamil memengaruhi libido setelah memiliki anak. Akibatnya pasangan, utamanya perempuan enggan untuk melakukan aktivitas 'berhubungan'.
Stres yang berlebihan dapat merusak gairah seks. Hormon stres kortisol berperan dalam proses ini. Ketika kadar kortisol meningkat, hormon seks menurun sehingga pada akhirnya menurunkan hasrat Anda untuk berhubungan intim.
Hal inilah yang akhirnya membuat pernikahan tanpa anak. Bahkan, banyak orang muda yang enggan menikah atau memiliki anak karena mempertimbangkan beban ekonomi yang mesti ditanggung di masa depan, seperti biaya tempat tinggal, pendidikan anak, dan lainnya.
Gejala depresi meliputi kekurangan energi, kehilangan minat dan kesenangan, penarikan diri dari pergaulan, dan suasana hati yang tertekan. Semua faktor tersebut dapat berpengaruh pada hasrat seseorang terhadap seks dan keintiman fisik.
Gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan psikosis merupakan masalah kesehatan mental tambahan yang dapat mengganggu hasrat, gairah, dan kepuasan seksual. Oleh karena itu, penanganan masalah ini penting untuk menangani pernikahan tanpa anak secara efektif.
Sejumlah faktor dan/atau keadaan kehidupan yang berbeda juga dapat berperan dalam seberapa sering orang melakukan hubungan seks dengan pasangannya, termasuk penuaan, masalah citra tubuh, kebosanan, masalah keuangan, duka, kehilangan pekerjaan, kelelahan.
Kesehatan fisik dan mental seseorang dapat berdampak besar pada libido dan keinginannya untuk keintiman fisik. Masalah kesehatan dan kecacatan juga dapat mengganggu proses fisiologis gairah pada kedua jenis kelamin.
Mengalami disfungsi seksual pada tingkat tertentu adalah hal biasa, yang dialami oleh sekitar 43 persen wanita dan 31 persen pria. Namun jika masalah ini berlangsung lebih dari beberapa bulan atau menyebabkan masalah bagi kamu atau pasangan, ada baikny berkonsultasi dengan dokter.
Pelecehan seksual di masa lalu dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang memengaruhi hubungan saat ini dan masa depan. Reaksi emosional seperti rasa takut dan malu, stres pasca-trauma, dan distorsi persepsi diri dapat berdampak serius pada kehidupan seks seseorang.
Semakin majunya suatu negara, terkadang semakin kritis dan stres pula penduduknya. Hal ini mungkin karena mereka dituntut untuk semakin keras bekerja, utamanya karena kondisi sosial ekonomi yang berubah seiring waktu. Akibatnya banyak orang muda enggan menikah.
Atau pasangan yang sudah pernah melahirkan anak malas kembali hamil karena mempertimbangkan beban ekonomi yang mesti ditanggung di masa depan, seperti biaya tempat tinggal, pendidikan anak, dan lainnya. Dan akhirnya resesi seks tidak terelakkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Bahkan ada pasutri lainnya yang jarang atau tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Boleh dibilang, kalau pun melakukan hubungan intim, pasangan yang bersatu dalam ikatan perkawinan ini tidak ingin memiliki anak.
Ternyata pilihan menikah tanpa memiliki anak ini telah menjadi momok di beberapa negara. Ya, pemerintah di beberapa negara sampai mengungkapkan kalau di negaranya telah terjadi resesi seks dan penurunan drastis dalam hal angka kelahiran.
Sebut saja, Jepang, China, Korea Selatan, bahkan Singapura dan Thailand yang sudah mulai mengarah pada 'tren' tersebut. Lantas, apa sebenarnya yang mendasari ini?
.jpg)
(Apabila kamu mengalami stres kronis (stres yang berkepanjangan), perubahan kadar kortisol dapat memengaruhi hormon seks, sehingga minat seks tentu jadi berkurang. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
1. Pernikahan tanpa seks
Merupakan pernikahan yang tidak ada aktivitas seksual di antara pasangannya. Beberapa ahli menganggap pernikahan tanpa seks terjadi jika keintiman seksual tidak ada selama satu tahun atau lebih. Dan bila didiamkandan terjadi pada banyak pasangan, bukan tidak mungkin akan menjadi resesi seks.
Ada banyak kemungkinan alasan mengapa sebuah pernikahan tanpa seks yang pada akhirnya tidak memiliki keturunan. Nah, laman Verywell Mind telah merangkum beberapa alasan umum tersebut.
2. Persalinan
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) melaporkan bahwa tidak ada batasan waktu pasti kapan seseorang dapat berhubungan seks lagi setelah melahirkan. Semua bergantung kepada kesiapan pasutri.
Bisa saja karena tekanan atau tambahan saat merawat bayi, masalah citra tubuh, kelelahan, dan ketakutan untuk hamil memengaruhi libido setelah memiliki anak. Akibatnya pasangan, utamanya perempuan enggan untuk melakukan aktivitas 'berhubungan'.
3. Stres
Stres yang berlebihan dapat merusak gairah seks. Hormon stres kortisol berperan dalam proses ini. Ketika kadar kortisol meningkat, hormon seks menurun sehingga pada akhirnya menurunkan hasrat Anda untuk berhubungan intim.
Hal inilah yang akhirnya membuat pernikahan tanpa anak. Bahkan, banyak orang muda yang enggan menikah atau memiliki anak karena mempertimbangkan beban ekonomi yang mesti ditanggung di masa depan, seperti biaya tempat tinggal, pendidikan anak, dan lainnya.
4. Masalah kesehatan mental
Gejala depresi meliputi kekurangan energi, kehilangan minat dan kesenangan, penarikan diri dari pergaulan, dan suasana hati yang tertekan. Semua faktor tersebut dapat berpengaruh pada hasrat seseorang terhadap seks dan keintiman fisik.
Gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan psikosis merupakan masalah kesehatan mental tambahan yang dapat mengganggu hasrat, gairah, dan kepuasan seksual. Oleh karena itu, penanganan masalah ini penting untuk menangani pernikahan tanpa anak secara efektif.
5. Masalah Kehidupan
Sejumlah faktor dan/atau keadaan kehidupan yang berbeda juga dapat berperan dalam seberapa sering orang melakukan hubungan seks dengan pasangannya, termasuk penuaan, masalah citra tubuh, kebosanan, masalah keuangan, duka, kehilangan pekerjaan, kelelahan.
6. Masalah kesehatan
Kesehatan fisik dan mental seseorang dapat berdampak besar pada libido dan keinginannya untuk keintiman fisik. Masalah kesehatan dan kecacatan juga dapat mengganggu proses fisiologis gairah pada kedua jenis kelamin.
Mengalami disfungsi seksual pada tingkat tertentu adalah hal biasa, yang dialami oleh sekitar 43 persen wanita dan 31 persen pria. Namun jika masalah ini berlangsung lebih dari beberapa bulan atau menyebabkan masalah bagi kamu atau pasangan, ada baikny berkonsultasi dengan dokter.
7. Trauma
Pelecehan seksual di masa lalu dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang memengaruhi hubungan saat ini dan masa depan. Reaksi emosional seperti rasa takut dan malu, stres pasca-trauma, dan distorsi persepsi diri dapat berdampak serius pada kehidupan seks seseorang.
Semakin majunya suatu negara, terkadang semakin kritis dan stres pula penduduknya. Hal ini mungkin karena mereka dituntut untuk semakin keras bekerja, utamanya karena kondisi sosial ekonomi yang berubah seiring waktu. Akibatnya banyak orang muda enggan menikah.
Atau pasangan yang sudah pernah melahirkan anak malas kembali hamil karena mempertimbangkan beban ekonomi yang mesti ditanggung di masa depan, seperti biaya tempat tinggal, pendidikan anak, dan lainnya. Dan akhirnya resesi seks tidak terelakkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)