FITNESS & HEALTH

Apa Itu Japanese Encephalitis? Kenali Penyebab Hingga Cara Mencegahnya

Fatha Annisa
Rabu 15 November 2023 / 15:54
Jakarta: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo baru-baru ini melaporkan lima anak diduga terpapar radang otak japanese encephalitis (JE). Usai menjalani pemeriksaan laboratorium, empat di antaranya dinyatakan negatif. Sedangkan satu suspek meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan. 

“Hasil (uji sampel) JE ada empat yang keluar. Hasilnya negatif,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo, Rina Nuryati, melalui keterangan singkat, Selasa, 14 November 2023.

Lantas, apa itu japanese encephalitis? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
 

Japanese Encephalitis

Dilansir laman Alodokter, japanese encephalitis merupakan radang otak yang disebabkan oleh Japanese encephalitis virus. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus tersebut. Namun, tidak bisa menular antarmanusia. 
 
Baca juga: Nyamuk Dianggap Hewan Mematikan, Ini Alasannya!

 
Japanese encephalitis umumnya bergejala ringan, tetapi beberapa kasus dapat menjadi fatal. Dari keseluruhan kasus, tercatat 20-30% menyebabkan kematian dan 30-50% mengakibatkan gangguan saraf permanen. 
 
Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Japanese encephalitis juga umumnya ditemukan di Asia Tenggara, seperti Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Indonesia, serta negara-negara seperti Cina, Korea, Sri Lanka, dan India.
 

Penyebab Japanese Encephalitis 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Japanese encephalitis disebabkan oleh penularan Japanese encephalitis virus. Ini bisa terjadi ketika nyamuk Culex tritaeniorhynchus menggigit hewan yang terinfeksi virus tersebut, seperti babi dan burung air. Lalu, nyamuk itu menularkannya kepada manusia lewat gigitan. 
 
Japanese encephalitis virus sendiri merupakan kelompok flavivirus yang masih terkait erat dengan virus demam berdarah, demam kuning, dan west nile fever. 
 
Baca juga: Tanpa Obat, Begini Cara Mengusir Nyamuk yang Efektif

Gejala Japanese Encephalitis


Foto: Pexels

Japanese encephalitis
tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan gejala ringan. Misalnya, demam, sakit kepala, mual maupun muntah. Gejala tersebut juga biasanya baru timbul 4–15 hari setelah penderita tergigit nyamuk yang terinfeksi.
 
Namun pada sejumlah kasus, khususnya pada anak berusia 2-10 dan lanisa, penderita penyakit ini dapat merasakan gejala cukup berat. Berikut ini beberapa gejala berat yang bisa mucul:
  1. Demam tinggi
  2. Napas cepat
  3. Leher terasa kaku
  4. Muntah-muntah parah
  5. Kaku otot
  6. Gangguan penglihatan akibat pembengkakan saraf mata (papiledema)
  7. Linglung
  8. Sulit berbicara
  9. Tremor
  10. Kejang, terutama pada anak-anak
  11. Kelumpuhan
  12. Koma
 
Baca juga: Jangan Remehkan! Ini Alasan DBD Bisa Berujung Maut

Pencegahan Japanese Encephalitis

Upaya utama mencegah Japanese encephalitis adalah menjalani vaksinasi. Di Indonesia sendiri vaksinasi jenis ini sudah masuk dalam imunisasi dasar anak usia 9 bulan. Vaksinasi ini berdosis tunggal. Tetapi untuk perlindungan jangka panjang, anak dapat menerima vaksinasi booster pada 1-2 tahun setelahnya. 
 
Selain itu, ada sejumlah hal yang bisa Sobat Medcom lakukan untuk mencegah penyakit Japanese encephalitis, yaitu:
 
  1. Menggunakan losion anti nyamuk ketika beraktivitas di luar ruangan
  2. Mengenakan baju lengan panjang saat beraktivitas di area yang terdapat banyak tanaman, seperti semak-semak atau rawa-rawa
  3. Menggunakan kelambu ketika tidur, terutama jika ruangannya tidak memiliki AC
  4. Membersihkan tempat yang dapat menjadi tempat genangan air (ember, pot bunga, dan tempat sampah) secara rutin
  5. Rajin membersihkan lingkungan sekitar rumah
  6. Tidak menumpuk barang-barang bekas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(SUR)

MOST SEARCH