FITNESS & HEALTH

Tren 'Job Huggig' Disebut Menyelimuti Warga Indonesia, Apa Artinya?

Aulia Putriningtias
Rabu 17 September 2025 / 15:51
Jakarta: Belakangan ini muncul sebutan terbaru yang berada di lingkungan kerja. Sebutan ini bernama 'job hugging', yang diketahui memiliki makna negatif. Makna ini disebut sebagai kekhawatiran atas apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Apa artinya?

Kita biasanya mengenal dengan sebutan job hopping. Job hopping memiliki makna kebiasaan dalam berganti pekerjaan demi mendapatkan pengalaman baru, jabatan baru, kenaikan gaji, hingga perkembangan jenjang karier. Sementara itu, job hugging memiliki makna kebalikannya.

Baca juga: Bagaimana Cara Menyikapi Saat Anak Menolak Toilet Training

Job hugging memiliki arti di mana seorang karyawan tetap bertahan dalam suatu peran pekerjaannya, meskipun tidak bahagia dalam posisi tersebut. 

Alasannya pun dapat beragam mengapa mereka tetap berada di tempat yang sama, mulai dari ekonomi, peluang mendapatkan pekerjaan baru yang minim, hingga rasa takut untuk lepas karena situasi tertentu.

Data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menunjukkan tingkat pengunduran diri sukarela (quits rate) sejak awal 2025 stabil di kisaran 2 persen. Angka ini merupakan level terendah sejak 2016, di luar masa awal pandemi Covid-19.

Survei ZipRecruiter juga mencatat, pekerja yang sama sekali tidak yakin akan ketersediaan lowongan kerja meningkat menjadi 38% pada kuartal-II (Q2) 2025. Angka ini naik dari 26% tiga tahun lalu.


(Di tengah maraknya PHK dan kesulitan mencari pekerjaan, bagi para pekerja yang telah bekerja rasanya job hugging masuk di akal dengan berbagai pertimbangan. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

Menurut Rebecca Houghton selaku pendiri BoldHR dalam news.com.au, fenomena ini dipicu oleh rasa takut akan ketidakstabilan pasar kerja. 

Para pekerja tidak 'memeluk' pekerjaan karena suka, tetapi memiliki alasan alternatif saat ini mungkin terlihat lebih buruk.

Namun, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Menurut Houghton, kasus semacam ini didorong oleh kecemasan ekonomi dan dampak global dari pandemi, restrukturisasi, dan juga ketakutan bahwa AI akan mengambil alih profesi mereka.
 

Apakah job hugging dinilai aman?


Menurut konsultan eksekutif di Korn Fetty, Matt Bohn, tren ini dianggap wajar dengan melihat kondisi dunia. Terutama, ketidakpastian global seperti para investor yang memilih menunggu di pinggir lapangan. Para pekerja pun juga memilih untuk bertahan, dibandingkan mengambil risiko untuk resign dan pindah.

Job hugging kelihatannya memang aman karena bertahan dalam suatu pekerjaan. Namun, pekerja yang terlalu lama untuk bertahan, bisa berpotensi kehilangan peluang kenaikan gaji dengan pengalaman baru mereka. Selain itu, dikhawatirkan juga menjadi tidak berkembang.

Baca juga: Orang yang Membicarakanmu di Belakang, Selalu Melakukan 3 Hal Ini di Depanmu

"Jika kinerja dinilai tidak lagi memenuhi standar, perusahaan bisa saja memutuskan hubungan kerja," imbuh Bohn.

Itulah penjelasan mengenai job hugging dalam fenomena pekerja belakangan ini bukan hanya di Indonesia, tetapi di dunia. Apakah Sobat Medcom salah satu yang merasa mengalami job hugging ini?


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH