FITNESS & HEALTH

Evaluasi Penyelenggaraan Kesehatan Haji 2025, Momentum Perbaikan yang Lebih Komprehensif

Yatin Suleha
Selasa 19 Agustus 2025 / 07:05
Jakarta: Penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 M telah berjalan dengan lancar dan aman. Namun, di sisi lain persoalan kesehatan haji Indonesia menjadi tantangan tersendiri, baik di dalam negeri maupun Arab Saudi.

"Alhamdulillah, ibadah haji di tahun ini berjalan dengan lancar dan aman. Semoga jemaah menjadi mabrur dan menjaga kemabrurannya hingga akhir hayatnya," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo dalam sambutannya di dalam Pertemuan Evaluasi Nasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji Tahun 1446H/2025M di Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 13 Agustus 2025.

Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Banyak yang Terkena Myalgia, Bahayakah?
 

Sekitar 80,43 persen jemaah memiliki komorbid


Ia membeberkan bahwa pada musim haji 1446 H/2025 M, Indonesia memberangkatkan sebanyak 203.149 jemaah haji reguler. 
Dari jumlah tersebut, sekitar 80,43 persen atau lebih dari 153 ribu jemaah memiliki penyakit penyerta (komorbid). 

Penyakit komorbid yang paling banyak ditemukan meliputi hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan penyakit paru. 


(Pelaksanaan ibadah haji di tahun depan memerlukan lagi kesiapan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif, baik di tanah air maupun selama penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes), pada ibadah haji tahun ini tercatat sebanyak 258.159 kunjungan layanan rawat jalan di tingkat kloter dan hotel. 

Kasus terbanyak adalah ISPA, hipertensi, dan myalgia. 

Sedangkan, untuk rawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi, tercatat 1.712 pasien dengan diagnosis pneumonia, komplikasi diabetes, dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) sebagai tiga besar penyebab perawatan.

"Tim medis juga telah bekerja keras untuk menekan angka kematian, terutama pada kelompok lansia dan jemaah dengan penyakit kronis," pungkas Liliek. 
 

Kesiapan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif


Oleh karena itu, kondisi ini menuntut kesiapan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif dan berlapis, baik di tanah air maupun selama penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Pelayanan Haji Dalam Negeri, Badan Penyelenggara Haji (BPH), Puji Raharjo mengajukan sejumlah usulan terkait istitaah kepada Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi saat datang ke Indonesia.
 

1. Pemeriksaan istitaah lebih awal


Dilakukan pemeriksaan istitaah lebih awal, sinkron dengan closing date pelunasan BPIH. 
 

2. Penegakan kategori


Pentingnya penegakan kategori 'tidak layak berangkat' bagi kasus medis berat sesuai KMK. 
 

3. Standar medis


Mempertahankan tidak ada pembatasan usia, tetapi memperketat standar medis. 
 

4. Integrasi kesehatan


Meningkatkan integrasi data kesehatan di Siskohatkes dan Nusuk. 
 

5. Edukasi pada calon jemaah


Edukasi masif kepada calon jemaah terkait syarat istita‘ah dan opsi badal haji.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan pihak Arab Saudi menjawab usulan Indonesia tersebut bahwa Arab Saudi lebih menekankan pembatasan medis ketat. 

Sedangkan untuk menegakan istitaah, mereka menyetujui, namun harus mengacu kepada daftar persyaratan negaranya.

Baca juga: Layanan Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi Berhasil Tekan Angka Kematian Jemaah Haji 2025

"Dengan dilakukannya pertemuan evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji ini merupakan momentum untuk perbaikan kebijakan di tahun depan dan diharapkan dapat merumuskan rekomendasi yang aplikatif dan solutif untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan haji di tahun-tahun mendatang," ucap Puji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH