FITNESS & HEALTH
Kasus Penyakit Kritis di Indonesia Meningkat Drastis, Ini yang Perlu Kamu Lakukan
A. Firdaus
Kamis 01 Mei 2025 / 10:15
Jakarta: Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, keberhasilan mengelola risiko adalah kunci untuk mempertahankan dan mengembangkan kekayaan yang telah kamu bangun. Keberhasilanmu dalam mempertahankan aset dan kekayaannya juga bergantung pada pada kesiapan dalam menghadapi risiko finansial.
Risiko kesehatan, sebagai salah satu yang risiko finansial paling tidak terduga, dapat menggerus kekayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun dalam sekejap saja. Melansir WHO, fakta global mencatat bahwa 43 juta orang meninggal akibat penyakit kritis pada 2023, setara dengan 74% dari total kematian dunia.
Sementara menurut Profil Kesehatan Indonesia, kasus penyakit kritis meningkat drastis hingga 28% hanya dalam satu tahun, dari 23 juta kasus pada 2022 menjadi 29 juta pada 2023. Selain itu, biaya medis di dalam negeri maupun pengobatan ke luar negeri terus melonjak hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Tanpa proteksi yang tepat, seseorang berisiko kehilangan tidak hanya kesehatannya, tetapi juga stabilitas finansial dan aset kekayaan.
Baca juga: Angka Perokok Remaja Terus Naik, Ini Sederet Alasannya
”Kita sering merasa aman karena punya aset, tapi saat darurat kesehatan datang, aset itu tidak selalu bisa langsung dicairkan. Asuransi, termasuk asuransi berbasis syariah, berperan untuk mengelola risiko finansial, seperti risiko finansial misalnya." jelas Vivin Arbianti Gautama, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Syariah, di acara Global Islamic Finance Summit 2025.
Fungsi asuransi adalah sebagai proteksi dan juga memberikan keamanan finansial. Hal ini juga terdapat pada asuransi syariah yang menyediakan manfaat ketika terjadi risiko meningggal, maupun risiko kesehatan.
Pada asuransi syariah, ada nilai tambah yang diberikan kepada setiap nasabahnya, yaitu berupa tolong menolong antar sesama peserta. Setiap peserta yang membayarkan asuransi syariah akan berkontribusi membantu nasabah lainnya ketika terjadi musibah.
"Jadi, Ketika nasabah tidak pernah mengajukan klaim, ia akan tetap terhitung berkontribusi, memberikan dampak kepada nasabah lainnya," ujar Vivin.
Selain itu, asuransi syariah menganut prinsip bebas riba, gharar, dan maysir, dana peserta dikelola secara transparan dan adil dalam semangat gotong royong melalui Dana Tabarru’. Prinsip inilah yang menjadi kekuatan asuransi Syariah, di mana peserta berkontribusi untuk saling membantu dalam menghadapi berbagai risiko kehidupan, sehingga proteksi tidak hanya manifestasi perlindungan individu tetapi juga wujud bentuk kepedulian sosial demi meraih keberkahan dalam hidup.

Vivin Arbianti Gautama, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Syariah, di acara Global Islamic Finance Summit 2025. Dok. Ist
Manfaat dari santunan asuransi syariah tidak hanya muncul saat terjadi musibah. Asuransi ini juga menjadi bagian dari strategi perencanaan kekayaan jangka panjang, seperti mempersiapkan dana pensiun, mendukung perencanaan pendidikan anak, hingga menjaga ketersediaan dana darurat tanpa perlu mengorbankan aset produktif.
Santunan dari asuransi juga dapat menjadi sumber likuiditas penting untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan keluarga atau mempersiapkan peninggalan berharga untuk keluarga.
Asuransi syariah memperkuat keyakinan bahwa kekayaan bukan sekadar untuk dinikmati, tetapi juga harus dijaga dan dikelola sehingga bisa diberikan kepada generasi berikutnya dengan tanggung jawab moral.
Menyiapkan proteksi saat ini berarti memberi ruang bagi ketenangan di masa depan. Karena dalam hidup, keberhasilan bukan hanya tentang mengumpulkan, tetapi juga menjaga, merawat, dan meneruskan apa yang telah dibangun. Dan asuransi syariah hadir sebagai ikhtiar untuk menjaga amanah dalam melindungi diri dan keluarga.
”Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, termasuk dalam mengelola keuangan. Dengan asuransi, khususnya asuransi syariah, kita melindungi diri dari kerugian besar yang tak terduga, menjaga aset tetap aman, dan memberikan ketenangan jiwa untuk keluarga," tutup Vivin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Risiko kesehatan, sebagai salah satu yang risiko finansial paling tidak terduga, dapat menggerus kekayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun dalam sekejap saja. Melansir WHO, fakta global mencatat bahwa 43 juta orang meninggal akibat penyakit kritis pada 2023, setara dengan 74% dari total kematian dunia.
Sementara menurut Profil Kesehatan Indonesia, kasus penyakit kritis meningkat drastis hingga 28% hanya dalam satu tahun, dari 23 juta kasus pada 2022 menjadi 29 juta pada 2023. Selain itu, biaya medis di dalam negeri maupun pengobatan ke luar negeri terus melonjak hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Tanpa proteksi yang tepat, seseorang berisiko kehilangan tidak hanya kesehatannya, tetapi juga stabilitas finansial dan aset kekayaan.
Baca juga: Angka Perokok Remaja Terus Naik, Ini Sederet Alasannya
”Kita sering merasa aman karena punya aset, tapi saat darurat kesehatan datang, aset itu tidak selalu bisa langsung dicairkan. Asuransi, termasuk asuransi berbasis syariah, berperan untuk mengelola risiko finansial, seperti risiko finansial misalnya." jelas Vivin Arbianti Gautama, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Syariah, di acara Global Islamic Finance Summit 2025.
Konsep Asuransi Syariah
Fungsi asuransi adalah sebagai proteksi dan juga memberikan keamanan finansial. Hal ini juga terdapat pada asuransi syariah yang menyediakan manfaat ketika terjadi risiko meningggal, maupun risiko kesehatan.
Pada asuransi syariah, ada nilai tambah yang diberikan kepada setiap nasabahnya, yaitu berupa tolong menolong antar sesama peserta. Setiap peserta yang membayarkan asuransi syariah akan berkontribusi membantu nasabah lainnya ketika terjadi musibah.
"Jadi, Ketika nasabah tidak pernah mengajukan klaim, ia akan tetap terhitung berkontribusi, memberikan dampak kepada nasabah lainnya," ujar Vivin.
Selain itu, asuransi syariah menganut prinsip bebas riba, gharar, dan maysir, dana peserta dikelola secara transparan dan adil dalam semangat gotong royong melalui Dana Tabarru’. Prinsip inilah yang menjadi kekuatan asuransi Syariah, di mana peserta berkontribusi untuk saling membantu dalam menghadapi berbagai risiko kehidupan, sehingga proteksi tidak hanya manifestasi perlindungan individu tetapi juga wujud bentuk kepedulian sosial demi meraih keberkahan dalam hidup.

Vivin Arbianti Gautama, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Syariah, di acara Global Islamic Finance Summit 2025. Dok. Ist
Manfaat dari santunan asuransi syariah tidak hanya muncul saat terjadi musibah. Asuransi ini juga menjadi bagian dari strategi perencanaan kekayaan jangka panjang, seperti mempersiapkan dana pensiun, mendukung perencanaan pendidikan anak, hingga menjaga ketersediaan dana darurat tanpa perlu mengorbankan aset produktif.
Santunan dari asuransi juga dapat menjadi sumber likuiditas penting untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan keluarga atau mempersiapkan peninggalan berharga untuk keluarga.
Asuransi syariah memperkuat keyakinan bahwa kekayaan bukan sekadar untuk dinikmati, tetapi juga harus dijaga dan dikelola sehingga bisa diberikan kepada generasi berikutnya dengan tanggung jawab moral.
Menyiapkan proteksi saat ini berarti memberi ruang bagi ketenangan di masa depan. Karena dalam hidup, keberhasilan bukan hanya tentang mengumpulkan, tetapi juga menjaga, merawat, dan meneruskan apa yang telah dibangun. Dan asuransi syariah hadir sebagai ikhtiar untuk menjaga amanah dalam melindungi diri dan keluarga.
”Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, termasuk dalam mengelola keuangan. Dengan asuransi, khususnya asuransi syariah, kita melindungi diri dari kerugian besar yang tak terduga, menjaga aset tetap aman, dan memberikan ketenangan jiwa untuk keluarga," tutup Vivin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)