FITNESS & HEALTH
Lakukan Deteksi Dini untuk Hindari Luka Dekubitus pada Lansia
Medcom
Kamis 25 Mei 2023 / 17:20
Jakarta: Luka dekubitus tak jarang menyerang orang lanjut usia. Hal ini disebabkan kondisi terlalu lembap atau terlalu kering pada kulit yang menggunakan celana, sehingga bisa terjadi luka. Ternyata, deteksi dini bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Menurut hasil riset dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kejadian luka dekubitus di Indonesia pun dinilai cukup tinggi, yakni mencapai 33 persen. Pada rasio tersebut, sebanyak 40 persen terkena luka dekubitus saat berada di rumah.
Dekubitus atau ulkus dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti dalam waktu yang lama. Luka akan muncul di area kulit yang paling banyak mendapatkan tekanan, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor. Ulkus dekubitus juga dikenal sebagai bed sores.
Anggota Bidang Organisasi dan Kaderasisasi Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia DKI Jakarta Harwina Widya Astuti mengatakan luka dekubitus ini bisa dicegah dengan deteksi dini. Deteksi dini pun perlu peran orang-orang sekitar, seperti perawat dan keluarga.
Warna kemerahan menjadi salah satu tanda kecurigaan terhadap luka dekubitus. Jika kamu melihat ini pada orang lansia, baiknya waspada dan mencari tahu, apakah memang pada bagian itu sering tertekan dalam waktu lama.
"Kita curigai dulu apakah daerah tersebut sering tertekan dalam waktu yang lama. Kalau tertekan maka kita sudah bisa melihat itu sudah masuk ke dalam stadium satu," ujar Harwina saat ditemui di Jakarta.

Luka dekubitus sendiri memungkinkan muncul pada daerah kulit yang rentan terhadap tekanan. Bagian tumit, bokong, bahu, kepala, sikut, hingga mata kaki. Tulang yang menonjol atau otot pada bagian tersebut berisiko tinggi terkena luka dekubitus.
"Tapi yang paling sering adalah tulang menonjol di bagian bokong belakang. Kalau berbaringnya sering miring maka bahu lalu sikut itu juga bisa kena, termasuk mata kaki. Intinya bagian yang menonjol itu yang berisiko terjadinya luka tekan atau dekubitus," katanya.
Kondisi ini akan lebih memungkinkan jika seorang lansia dalam keadaan terus berbaring akibat penyakit kronis. Jika ada lansia di rumah dan melihat gejala awal tersebut, kamu sebaiknya melakukan pencegahan.
Adapun saran untuk melakukan pencegahan dini dari luka dekubitus, antara lain:
Harwina menyarankan untuk menjaga kelembapan kulit, yakni dalam keadaan cukup, tidak terlalu kering atau terlalu lembap. Kebersihan juga perlu dilakukan pada bagian kulit yang bisa saja terkena dekubitus.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelembapan kulit. Jika dirasa tinggal di tempat yang cukup kering, disarankan untuk menggunakan losion agar tetap terjaga kelembapannya.
Sebagai seorang lansia, tentu pergerakan aktivitas tidak sebebas saat muda. Peran keluarga sangat penting untuk menjaga keluarga yang sudah menginjak usia lanjut. Tentu, jika ada perawat, bonding menjadi hal penting.
Alasannya adalah agar dalam merawat lansia, tidak ada suasana hati yang buruk. Dengan adanya ikatan tersebut, perawat akan lebih peduli dan bertanggung jawab dalam merawat lansia dalam jangka waktu yang lama.
"Jadi artinya kita akan peduli untuk merawat anggota keluarga kita. Dari situ akan timbul rasa saya harus berperan apa? Saya ingin merawat anggota keluarga saya yang sakit, saya harus memulai dari mana? Misalnya seperti itu," pungkas Harwina.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut hasil riset dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kejadian luka dekubitus di Indonesia pun dinilai cukup tinggi, yakni mencapai 33 persen. Pada rasio tersebut, sebanyak 40 persen terkena luka dekubitus saat berada di rumah.
Dekubitus atau ulkus dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti dalam waktu yang lama. Luka akan muncul di area kulit yang paling banyak mendapatkan tekanan, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor. Ulkus dekubitus juga dikenal sebagai bed sores.
Anggota Bidang Organisasi dan Kaderasisasi Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia DKI Jakarta Harwina Widya Astuti mengatakan luka dekubitus ini bisa dicegah dengan deteksi dini. Deteksi dini pun perlu peran orang-orang sekitar, seperti perawat dan keluarga.
Warna kemerahan menjadi salah satu tanda kecurigaan terhadap luka dekubitus. Jika kamu melihat ini pada orang lansia, baiknya waspada dan mencari tahu, apakah memang pada bagian itu sering tertekan dalam waktu lama.
"Kita curigai dulu apakah daerah tersebut sering tertekan dalam waktu yang lama. Kalau tertekan maka kita sudah bisa melihat itu sudah masuk ke dalam stadium satu," ujar Harwina saat ditemui di Jakarta.

Luka dekubitus sendiri memungkinkan muncul pada daerah kulit yang rentan terhadap tekanan. Bagian tumit, bokong, bahu, kepala, sikut, hingga mata kaki. Tulang yang menonjol atau otot pada bagian tersebut berisiko tinggi terkena luka dekubitus.
"Tapi yang paling sering adalah tulang menonjol di bagian bokong belakang. Kalau berbaringnya sering miring maka bahu lalu sikut itu juga bisa kena, termasuk mata kaki. Intinya bagian yang menonjol itu yang berisiko terjadinya luka tekan atau dekubitus," katanya.
Kondisi ini akan lebih memungkinkan jika seorang lansia dalam keadaan terus berbaring akibat penyakit kronis. Jika ada lansia di rumah dan melihat gejala awal tersebut, kamu sebaiknya melakukan pencegahan.
Adapun saran untuk melakukan pencegahan dini dari luka dekubitus, antara lain:
1. Menjaga kelembapan kulit
Harwina menyarankan untuk menjaga kelembapan kulit, yakni dalam keadaan cukup, tidak terlalu kering atau terlalu lembap. Kebersihan juga perlu dilakukan pada bagian kulit yang bisa saja terkena dekubitus.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelembapan kulit. Jika dirasa tinggal di tempat yang cukup kering, disarankan untuk menggunakan losion agar tetap terjaga kelembapannya.
2. Bonding antara perawat dan keluarga
Sebagai seorang lansia, tentu pergerakan aktivitas tidak sebebas saat muda. Peran keluarga sangat penting untuk menjaga keluarga yang sudah menginjak usia lanjut. Tentu, jika ada perawat, bonding menjadi hal penting.
Alasannya adalah agar dalam merawat lansia, tidak ada suasana hati yang buruk. Dengan adanya ikatan tersebut, perawat akan lebih peduli dan bertanggung jawab dalam merawat lansia dalam jangka waktu yang lama.
"Jadi artinya kita akan peduli untuk merawat anggota keluarga kita. Dari situ akan timbul rasa saya harus berperan apa? Saya ingin merawat anggota keluarga saya yang sakit, saya harus memulai dari mana? Misalnya seperti itu," pungkas Harwina.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)