FITNESS & HEALTH

Kapan Sebenarnya Antibiotik Harus Diminum? Berikut Penjelasan Seorang Ahli

Mia Vale
Rabu 11 Januari 2023 / 14:00
Jakarta: Banyak penyakit yang menggunakan antibiotik secara 'membabi buta'. Padahal, sebenarnya penyakit tersebut belum tentu membutuhkannya. WHO pun menyatakan resistensi terhadap antibiotik  setelah penggunaan dan penyalahgunaan yang berlebihan menyebabkan 1,27 juta kematian per tahun di seluruh dunia. 

Perlu diketahui, obat yang bekerja melawan infeksi bakteri disebut antibiotik. Ini menekan pertumbuhan bakteri. Antibiotik menyelamatkan hidup dan disebut sebagai “peluru ajaib”. Namun, ada aturan umum dalam hal penggunaan antibiotik, yakni tidak meminumnya tanpa diagnosis yang tepat. Artinya harus di bawah pengawasan dokter.

Dr Neha Gupta, Konsultan- Penyakit Menular, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram dan Pendiri, NG Swastha, Klinik Penyakit Menular, Gurgaon, mengatakan penggunaan antibiotik bergantung pada penyebab infeksi dan bakteri yang menyebabkannya.

"Misal, jika seseorang mengalami bisul kulit, mereka harus segera diberi antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi. Sama halnya dengan infeksi otak atau infeksi saluran kemih di mana kita harus segera memberikan antibiotik," tutur Dr Neha dikutip dari Times of India.

Namun, lain halnya dengan batuk-pilek yang kadang sukit dibedakan apakah itu karena infeksi virus atau bakteri. Bila seseorang seseorang mengalami demam, batuk, dan pilek serta badan terasa nyeri, itu menandakan infeksi virus. Pada infeksi virus, penyakit memuncak selama dua hari pertama dan kemudian mulai surut.

Nah, inilah hal penting yang perlu diketahui mengingat kasus flu dan Covid yang terus meningkat. Demam adalah tanda umum pada semua penyakit terkait saluran pernapasan. Namun, demam bukan berarti harus minum antibiotik. Sementara, batuk, coryza, konjungtivitis, diare dan adanya lesi ulseratif diskrit menunjukkan etiologi virus.


(Ingat, antibiotik memang peluru ajaib, penyelamat hidup tetapi harus digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab! Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)

Jadi, kita perlu memahami bahwa infeksi saluran pernapasan atas dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Tes laboratorium dapat memastikan hal ini dengan benar. Berbicara tentang pentingnya dosis yang tepat, Dr Neha Gupta mengatakan, antibiotik adalah peluru ajaib. Jika kita membutuhkannya, kita harus meminumnya dalam dosis yang tepat.

Orang tidak boleh mengonsumsinya sembarangan. Ini dapat menyebabkan demam obat, termasuk penyakit hati, disfungsi, ruam, bicara tidak jelas, dan dapat menyebabkan neurotoksisitas, juga dapat menyebabkan diare, sehingga penting untuk melakukan diagnosis terlebih dulu. Selain itu, efek merusak dari tidak meminum antibiotik pada waktu yang tepat bergantung pada tempat infeksi dan bakteri yang terlibat di dalamnya.

Sebagai contoh, bila infeksi otak atau infeksi paru-paru akibat Streptococcus pneumoniae dan jika antibiotik tidak dimulai dengan benar, bakteri dapat menyebar ke organ lain melalui darah dan memengaruhi fungsinya. Demikian pula dalam kasus infeksi saluran kemih, jika tidak diobati dapat mempengaruhi ginjal dan organ lainnya juga.

Aturan emasnya adalah meminum antibiotik dalam dosis yang tepat dan untuk durasi yang tepat. Banyak orang menghentikan pengobatan. Dosis antibiotik yang kurang optimal menyebabkan resistensi antibiotik. Ini adalah salah satu ancaman global saat ini dan akan menimbulkan risiko yang lebih besar bagi orang-orang bahkan lebih dari ancaman penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker.

Ingat, antibiotik memang peluru ajaib, penyelamat hidup tetapi harus digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab!

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH