FITNESS & HEALTH

Mengenal Metode Laparoskopi Intraperitoneal dalam Transplantasi Ginjal

Medcom
Senin 02 Desember 2024 / 13:02
Jakarta: Transplantasi ginjal adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk menggantikan ginjal yang rusak akibat gagal ginjal kronis (GGK) stadium akhir. Tindakan ini bertujuan mengembalikan fungsi ginjal dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Jenis transplantasi ginjal dibedakan menjadi dua jenis antara lain transplantasi ginjal donor hidup yaitu salah satu ginjal sehat diambil dari donor hidup, biasanya anggota keluarga atau kerabat dekat.

Dan transplantasi ginjal donor meninggal, yaitu Ginjal sehat diambil dari donor yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan atau penyakit. RS Siloam ASRI di Jakarta dikenal sebagai salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Indonesia yang berhasil melakukan lebih dari 400 kasus transplantasi ginjal. 

Tiga dokter spesialis yaitu Prof. DR. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, dan dr. Ina Zarlina, Sp.A (K) memaparkan mengenai hal ini. 
 

Inovasi medis hanya memerlukan sayatan kecil



(*Dari kiri ke kanan: Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, Prof. DR. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), dan dr. Ina Zarlina, Sp.A (K). Foto: Dok. Istimewa)

Sejak dimulai program transplantasi ginjal pada tahun 2017, RS Siloam ASRI telah menerapkan metode laparoskopi intraperitoneal untuk pengambilan ginjal dari pendonor hidup dan tidak pernah lagi menggunakan metode konvensional operasi terbuka (dengan sayatan besar). 

Metode laparoskopi intraperitoneal, yang hanya memerlukan sayatan kecil 1-2 cm sebanyak 3-4 buah, mengurangi risiko komplikasi
mencederai organ vital di sekitar ginjal.

“Pengembangan lebih lanjut sejak tahun 2020 dilakukan teknik laparoskopi retroperitoneal ini mengurangi risiko komplikasi karena tidak mengganggu organ-organ intra abdomen lain seperti saluran pencernaan dan pembuluh darah utama,” ujar Prof. DR. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K).

Pendonor yang menjalani prosedur ini juga merasakan pemulihan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode operasi terbuka. Umumnya, mereka hanya membutuhkan waktu perawatan 2-3 hari dan bisa kembali beraktivitas normal dalam waktu seminggu setelah operasi.

Selain itu, untuk kondisi dengan keterbatasan donor, rumah sakit ini juga melakukan teknik canggih operasi bedah mikro yang menggabungkan 2-3 pembuluh darah arteri ginjal agar donor dengan variasi pembuluh darah bisa menjadi donor dan lama waktu penyambungan arteri sama dengan donor dengan arteri tunggal. Hal tersebut memperpendek warm ischemik dan meningkatkan keberhasilan transplantasi.

“Dengan penerapan inovasi-inovasi ini, RS Siloam ASRI dapat memberikan hasil yang lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi pascaoperasi baik bagi pendonor maupun penerima,” tambah Prof. Nur Rasyid.
 

Standar prosedur 



(Transplantasi ginjal ke-400 telah berhasil dilaksanakan pada 31 Oktober 2024 dan RS Siloam ASRI membuktikan bahwa teknologi medis berkualitas tinggi dapat diakses di dalam negeri. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Keberhasilan transplantasi ginjal di rumah sakit ini didukung oleh standar prosedur tinggi yang diterapkan pada setiap tahap. Rumah sakit ini memiliki protokol ketat untuk seleksi pendonor dan penerima ginjal, serta prosedur medis yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Prosedur penapisan donor melalui team advokasi yang terlatih yg terdiri dari psikiater, medikolegal, etikolegal dan hukum, untuk menghindari terjadinya jual beli organ, selanjutnya apabila telah lolos dari team advokasi maka dilajutkan pemeriksaan menyeluruh pada pendonor, termasuk tes darah dan pemantauan fungsi ginjal untuk memastikan ginjal dalam kondisi optimal.

Tim medis juga menjalankan tes untuk memastikan ginjal yang diterima dapat berfungsi baik dan tidak ditolak tubuh pasien. Standar prosedur ini mencakup aspek medis dan komunikasi antara tim medis, pasien, dan keluarga. 

Sebelum melakukan tindakan, rumah sakit ini memberikan edukasi mendalam tentang transplantasi ginjal kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan dan memastikan pemahaman yang baik tentang proses sebelum dan sesudah prosedur. Pendekatan ini menciptakan lingkungan yang mendukung, berkontribusi pada keberhasilan prosedur.
 

Peran tim multidisiplin 


Keberhasilan transplantasi ginjal di rumah sakit ini didukung oleh kerja sama tim medis multidisiplin, termasuk dokter spesialis nefrologi, urologi, ahli anestesi, ahli radiologi, jantung, paru, perawat, ahli gizi, dan semua unsur. 

Setiap anggota tim memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran prosedur. Misalnya saja, dokter spesialis nefrologi memeriksa kecocokan donor dan resipien, serta pemantauan berkala sepanjang umur pasien, spesialis urologi bertugas melakukan pengambilan dan penanaman ginjal, sedangkan ahli anestesi memastikan kondisi pasien aman selama operasi.

Selain itu, ahli radiologi dengan pemeriksaan imaging memberikan informasi anatomi pembuluh darah donor dan resipien dengan teknologi agar memudahkan tim operasi dan memonitor hasil operasi dengan USG Doppler. 

Baca juga: Jangan Dikonsumsi Berlebih, Ini 7 Minuman Manis yang Memicu Gagal Ginjal

Team perawat terlatih memberikan perawatan pascaoperasi untuk pemulihan optimal. Bahkan untuk untuk memberikan pelayanan paripurna tersedia pelayanan home care agar pasien dapat terpantau dengan baik dan menjaga stres pasca operasi. Komunikasi
yang efektif antara tim medis juga sangat penting untuk memastikan bahwa semua.
 

Tantangan


Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan jumlah ginjal yang tersedia, baik dari pendonor hidup maupun pendonor yang telah meninggal dunia (jenazah).

Saat ini, jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal sangat tinggi, sementara jumlah pendonor yang tersedia sangat terbatas. 

“Menumbuhkan kesadaran dalam upaya mengatasi masalah donor ginjal yang terbatas, masyarakat perlu memahami tentang pentingnya donor ginjal dari jenazah, yang meskipun sudah diatur dalam undang-undang, masih kurang diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,” sebut Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM.

Tantangan lainnya adalah risiko penolakan ginjal oleh tubuh penerima. Tim medis juga mengedukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan pada pengobatan dan gaya hidup sehat untuk menjaga fungsi ginjal yang baru.
 

Transplantasi ginjal pada anak 


Pada kesempatan wawancara lainnya, dr. Ina Zarlina, Sp.A (K), salah satu dokter spesialis anak yang baru-baru ini berhasil melakukan transplantasi anak di RS Siloam ASRI. dr. Ina menyebutkan bahwa pada anak-anak, penyebab penyakit ginjal kronis (PGK) yang berujung pada kebutuhan transplantasi ginjal sering kali berbeda dibandingkan pada orang dewasa.

“Sekitar 30 persen dari kasus PGK pada anak-anak disebabkan oleh kelainan bawaan, seperti kelainan glomerulus yang memengaruhi fungsi ginjal. Ini termasuk gangguan genetik dan malformasi ginjal yang hadir sejak lahir. Selain itu, penyakit ginjal pada anak-anak juga sering kali berhubungan dengan infeksi atau gangguan metabolik yang belum terdeteksi sejak dini,” sebut dr. Ina.

Salah satu tantangan terbesar dalam transplantasi ginjal pada anak adalah pencarian pendonor yang cocok, mengingat kebutuhan untuk menyesuaikan ukuran ginjal dan dosis obat imunosupresan dengan kondisi tubuh anak yang masih berkembang. 

Selain itu, terapi pengganti ginjal seperti cuci darah (hemodialisis) atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) juga menjadi alternatif, meski tidak optimal dalam jangka panjang.

Dan keberhasilan RS Siloam ASRI dalam transplantasi ginjal memberikan dampak sosial yang signifikan, salah satunya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam bidang transplantasi ginjal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH