FITNESS & HEALTH

Jangan Abaikan Depresi, Itu Bisa Pengaruhi Imunitas Tubuh

Mia Vale
Senin 09 September 2024 / 10:09
Jakarta: Depresi merupakan kelainan otak yang dapat menyebabkan banyak penderitaan emosional. Perubahan fungsi otak juga dapat berdampak besar pada tubuh.

Jadi, tidak mengherankan jika depresi berkontribusi terhadap beragam masalah fisik yang memengaruhi segala hal, mulai dari jantung hingga sistem kekebalan tubuh kamu.

Depresi memengaruhi lebih dari sekadar suasana hati. Perlu diketahui, depresi tidak hanya menimbulkan gejala fisik, tapi bisa juga meningkatkan risiko -- atau mungkin memperburuk -- penyakit atau kondisi fisik tertentu.

Pada gilirannya, beberapa penyakit juga bisa memicu depresi. Lantas, bagaimana hubungan depresi bisa memengaruhi turunnya imun tubuh?
 

Gejala depresi


Perubahan di otak berdampak pada banyak sistem tubuh. Misalnya, fungsi abnormal dari pembawa pesan otak (neurotransmiter) seperti serotonin dapat mengubah ambang rasa sakit. Artinya menurut laman WebMD, kamu menjadi lebih sensitif terhadap rasa sakit, terutama sakit punggung. 

Serotonin juga memengaruhi tidur dan menurunkan gairah seks -- hampir separuh orang yang mengalami depresi memiliki masalah dengan seks. Sayangnya, individu dengan depresi, serta keluarga dan profesional kesehatan, sering mengabaikan tanda dan gejala fisik depresi

Dalam satu kasus, peneliti menemukan bahwa masalah tidur, kelelahan, dan kekhawatiran terhadap kesehatan merupakan indikator depresi yang dapat diandalkan pada orang lanjut usia. Namun, mereka menemukan bahwa tanda-tanda ini secara rutin dan salah dianggap sebagai bagian alami dari penuaan.
 

Depresi meningkatkan risiko penyakit fisik


Depresi meningkatkan risiko sejumlah penyakit dan kondisi lain, misalnya dengan meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol atau adrenalin. Depresi dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi. 

Beberapa vaksinasi, seperti vaksin herpes zoster, bahkan mungkin kurang efektif pada orang lanjut usia yang menderita depresi. Depresi juga dikaitkan dengan penyakit jantung dan peningkatan risiko penyalahgunaan zat.


(Depresi membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik karena dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
 

Depresi dan penyakit medis


Banyak perubahan fisik yang disebabkan oleh depresi, seperti insomnia atau kurang tidur nyenyak. Bahkan dianggap melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat memperburuk penyakit yang ada. 

Pada gilirannya, perubahan fisik yang disebabkan oleh depresi atau penyakit kronis dapat memicu atau memperburuk depresi. Semua perubahan ini dapat mengarah pada lingkaran setan yang sulit diputus tanpa pengobatan untuk depresi dan penyakit lainnya.

Banyak penyakit atau kondisi serius yang muncul bersamaan dengan depresi. Ini termasuk, serangan jantung, penyakit arteri koroner (tanpa serangan jantung), penyakit parkinson, penyakit autoimun, stroke, kanker, diabetes, penyakit ginjal, radang sendi.

Bagaimana depresi memengaruhi penyakit? Pertama, kamu lebih mungkin mengalami komplikasi. Hal ini mungkin benar karena depresi memperbesar perubahan fisik di otak dan tubuh. 

Misalnya, jika sudah mengidap penyakit jantung, kadar hormon stres yang lebih tinggi mungkin akan mempersulit kamu. Depresi juga dapat membuat kamu lebih sulit mengikuti instruksi, mengonsumsi obat, atau mengikuti aspek lain dari program pengobatan. 

Nyeri, yang umum terjadi pada depresi, juga dapat mempersulit pengobatan depresi. Artinya, orang dengan nyeri kronis cenderung memiliki dampak depresi yang lebih buruk.
 

Mengobati depresi, tingkatkan kesehatan


Depresi tentu tidak boleh dibiarkan. Pada dasarnya, pengobatan depresi sering kali bersifat “dua-untuk-satu”. Artinya, dengan mengobati depresi, kamu juga dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. 

Contoh, beberapa penelitian diabetes menunjukkan bahwa obat antidepresan dan psikoterapi tertentu dapat membantu meningkatkan kontrol glikemik, yang diperlukan dalam pengelolaan diabetes. 

Mengelola depresi dengan pengobatan, kelompok pendukung, atau psikoterapi -- atau kombinasi keduanya -- telah terbukti meningkatkan kualitas hidup serta kepatuhan terhadap pengobatan. 

Selain antidepresan dan terapi bicara, olahraga dapat membantu. Penelitian terbaru menunjukkan olahraga efektif untuk depresi ringan hingga sedang. Dan, tentu saja, membantu banyak penyakit lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH