FITNESS & HEALTH
Keterlambatan Diagnosis Picu Permasalahan dalam Menangani Pasien Endometriosis
Raka Lestari
Kamis 31 Maret 2022 / 08:16
Jakarta: Salah satu hambatan yang sampai saat ini masih ditemui pada pasien endometriosis adalah terlambatnya penanganan penyakit. Padahal, jika endometriosis bisa diketaui secara dini dan dilakukan perawatan maka tingkat kesembuhan endometriosis bisa meningkat.
Menurut dr. Achmad Kemal Harzif, SpOG(K), Staf Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen OBGYN FKUI-RSCM, salah satu yang sering dialami oleh pasien endometriosis adalah keterlambatan diagnoisis.
“Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun. Dari data penelitian pasien yang berkunjung ke RSCM, didapatkan rata-rata pasien membutuhkan waktu 6 bulan sejak timbul gejala hingga datang ke dokter,” ujar dr. Kemal dalam Virtual Media Briefing.
Selain itu, menurut dr. Kemal, pasien juga rata-rata sudah menjalani terapi di 4 fasilitas kesehatan selama 3,5 tahun, sebelum akhirnya benar benar dirujuk. Hal ini, menurut dr. Kemal terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah minimnya pengetahuan terkait penyakit endometriosis. Dampaknya, penanganannya hingga saat ini belum maksimal.
Baca juga: Endometriosis juga Bisa Berdampak pada Psikologis Pasien
“Untuk mengurangi keterlambatan diagnosis, perlu dilakukan beberapa hal. Yang pertama adalah jangan menormalisasikan nyeri haid yang dialami. Pasien kerap tidak mengenali rasa sakitnya sendiri. Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktivitas dan kadang terjadi nyeri di luar haid maka endometriosis perlu dicurigai,” saran dr. Kemal.
Lalu kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan. Jika benar mengalami endometriosis, pasien akan segera bisa diberikan obat-obatan yang khusus menanganinya.
"Tujuan pengobatan dilakukan secara lebih dini adalah untuk mengendalikan perkembangan penyakit endometriosis dengan menurunkan kadar hormon estrogen yang memicu perkembangan penyakit dan gejalanya,” ungkap dr. Kemal.
“Pengendalian tersebut harus berada di kadar yang tepat, sehingga menghindari efek jangka panjang akibat turunnya estrogen yang terlalu rendah. Evaluasi pengobatan dilakukan secara berkala setiap 3-6 bulan untuk menilai respon pengobatan dan apabila respon baik maka terapi diteruskan dalam strategi pengobatan jangka panjang,” tutup dr. Kemal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut dr. Achmad Kemal Harzif, SpOG(K), Staf Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen OBGYN FKUI-RSCM, salah satu yang sering dialami oleh pasien endometriosis adalah keterlambatan diagnoisis.
“Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun. Dari data penelitian pasien yang berkunjung ke RSCM, didapatkan rata-rata pasien membutuhkan waktu 6 bulan sejak timbul gejala hingga datang ke dokter,” ujar dr. Kemal dalam Virtual Media Briefing.
Selain itu, menurut dr. Kemal, pasien juga rata-rata sudah menjalani terapi di 4 fasilitas kesehatan selama 3,5 tahun, sebelum akhirnya benar benar dirujuk. Hal ini, menurut dr. Kemal terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah minimnya pengetahuan terkait penyakit endometriosis. Dampaknya, penanganannya hingga saat ini belum maksimal.
Baca juga: Endometriosis juga Bisa Berdampak pada Psikologis Pasien
“Untuk mengurangi keterlambatan diagnosis, perlu dilakukan beberapa hal. Yang pertama adalah jangan menormalisasikan nyeri haid yang dialami. Pasien kerap tidak mengenali rasa sakitnya sendiri. Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktivitas dan kadang terjadi nyeri di luar haid maka endometriosis perlu dicurigai,” saran dr. Kemal.
Lalu kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan. Jika benar mengalami endometriosis, pasien akan segera bisa diberikan obat-obatan yang khusus menanganinya.
"Tujuan pengobatan dilakukan secara lebih dini adalah untuk mengendalikan perkembangan penyakit endometriosis dengan menurunkan kadar hormon estrogen yang memicu perkembangan penyakit dan gejalanya,” ungkap dr. Kemal.
“Pengendalian tersebut harus berada di kadar yang tepat, sehingga menghindari efek jangka panjang akibat turunnya estrogen yang terlalu rendah. Evaluasi pengobatan dilakukan secara berkala setiap 3-6 bulan untuk menilai respon pengobatan dan apabila respon baik maka terapi diteruskan dalam strategi pengobatan jangka panjang,” tutup dr. Kemal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)