FITNESS & HEALTH

Studi: Rutin Konsumsi Alpukat dapat Menurunkan Risiko Diabetes pada Wanita

Yuni Yuli Yanti
Rabu 05 Juni 2024 / 09:00
Jakarta: Penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics menunjukkan adanya hubungan potensial antara konsumsi alpukat dan risiko diabetes di kalangan orang dewasa di Meksiko, dikutip dari laman Medical News Today.

Diabetes adalah penyebab kematian kedua di Meksiko, mempengaruhi sekitar 15,2 persen orang dewasa atau sekitar 12,8 juta jiwa.

Untuk menyelidiki hubungan antara konsumsi alpukat dan risiko diabetes, para peneliti mempelajari sebagian besar kebiasaan makan yang dilaporkan sendiri dan informasi diagnosis diabetes dari tanggapan survei terhadap sebagian populasi Meksiko. Di mana mayoritas responden tersebut tergolong memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi alpukat memiliki kemungkinan lebih kecil terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsinya. Namun, hubungan ini tidak ditemukan pada pria.
 

Latar belakang studi 

Studi ini menganalisis data orang dewasa Meksiko berusia 20 tahun ke atas dari Survei Kesehatan dan Gizi Nasional Meksiko (ENSANUT) tahun 2012, 2016, dan 2018.

Setelah mengecualikan individu tertentu, seperti mereka yang sedang hamil atau menyusui, dan mereka yang datanya hilang atau tidak dapat diandalkan mengenai diabetes dan asupan alpukat, sampel akhir mencakup 25.640 peserta. Sekitar 59 persen adalah perempuan, dan lebih dari 60 persen mengalami obesitas perut.

Dalam survei tersebut, informasi pola makan dinilai menggunakan kuesioner frekuensi makanan selama tujuh hari untuk menentukan kebiasaan konsumsi alpukat, dan peserta diklasifikasikan secara ketat sebagai konsumen alpukat (yang mengonsumsi alpukat dalam jumlah berapa pun) atau non-konsumen.

Temuan ini menunjukkan bahwa individu yang mengonsumsi alpukat cenderung memiliki akses dan sumber daya yang lebih besar terhadap pilihan makanan yang lebih sehat. Namun, penting untuk dicatat bahwa model penelitian yang disesuaikan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor-faktor ini.

Pada wanita yang mengonsumsi alpukat menunjukkan risiko 22 persen dan 29 persen lebih rendah terkena diabetes pada model yang tidak disesuaikan dan disesuaikan. Namun, efek perlindungan dari konsumsi alpukat tidak diamati pada pria.

Hubungan ini tetap konsisten ketika diagnosis diabetes yang dikonfirmasi laboratorium digunakan dan bukan diagnosis yang dilaporkan sendiri.


(Alpukat kaya akan nutrisi yang peka terhadap insulin. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Alpukat dan risiko diabetes

Menurut Avantika Waring, MD, seorang dokter bersertifikat di bidang endokrinologi, diabetes, dan metabolisme, dan kepala petugas medis di 9amHealth, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, ada beberapa kemungkinan konsumsi alpukat dapat menurunkan risiko diabetes pada wanita. 

Termasuk adanya antioksidan yang dapat mengurangi peradangan dan kerusakan sel yang dapat meningkatkan risiko kondisi seperti diabetes. 

"Alpukat, karena tinggi lemak dan serat, juga memiliki indeks glikemik yang rendah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan glukosa dan mengakibatkan peningkatan kadar insulin yang secara metabolik tidak menguntungkan," ujarnya dikutip dari Medical News Today. 

Namun, dr. Waring menekankan bahwa mekanisme ini masih bersifat spekulatif, dan menyatakan bahwa tingginya serat dan lemak sehat dalam alpukat juga dapat meningkatkan rasa kenyang, sehingga mengurangi asupan makanan yang kurang bergizi.

Thomas M. Holland, MD, MS, dokter-ilmuwan di RUSH Institute for Healthy Aging, Rush University System for Health, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, juga menyoroti bahwa alpukat kaya akan nutrisi yang peka terhadap insulin, sehingga berpotensi menstabilkan sistem kekebalan tubuh. 

"Namun, masih menjadi tantangan untuk menentukan secara tepat mengapa hubungan tersebut hanya terjadi pada perempuan dan tidak pada laki-laki," katanya.
 

Gaya hidup sehat, pola makan sehat 

Eliza Whitaker, MS, RDN, ahli diet terdaftar dan penasihat nutrisi medis di Dietitian Insights, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mencatat keterbatasan utama penelitian dalam mengkategorikan konsumen alpukat secara luas, sehingga sulit untuk menentukan jumlah asupan alpukat yang bermanfaat.

"Sejauh yang kami tahu, berdasarkan ilmu pengetahuan saat ini, alpukat mungkin dikaitkan dengan rendahnya risiko diabetes, namun alpukat saja tidak cukup untuk mengurangi risiko tersebut. Kita harus mempertimbangkan pola makan secara keseluruhan untuk mengurangi risiko terkena diabetes," ujarnya. 

Dr. Waring juga menyatakan bahwa penelitian tersebut mendukung konsumsi makanan yang tidak diolah dan menyehatkan jantung, termasuk buah-buahan dan sayuran, untuk kesehatan metabolisme yang lebih baik, namun tidak menghasilkan panduan diet khusus mengenai konsumsi alpukat.

"Secara keseluruhan, menjaga gaya hidup sehat, dengan pola makan sebagai salah satu komponennya, dapat meningkatkan kemampuan individu untuk mengendalikan proses penyakitnya," tambah dr. Holland.

Meskipun penelitian ini tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan pasti tentang konsumsi alpukat dan risiko diabetes, dr. Holland berpendapat bahwa hubungan yang diungkapkan masih memiliki pengaruh yang signifikan.

"Mengingat kelimpahan dan keragaman nutrisi yang ditemukan dalam alpukat, terdapat bukti kuat bahwa menggabungkannya ke dalam pola makan yang lebih sehat, seperti diet DASH, diet Mediterania, atau diet MIND, sangat disarankan untuk pengelolaan diabetes," tutup dr. Holland. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH