FITNESS & HEALTH
Cermati Apa yang Harus Dilakukan Bumil dengan HIV!
Mia Vale
Senin 04 Desember 2023 / 21:05
Jakarta: HIV merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sel T (sel CD4) dalam sistem imun yang tugas utamanya melawan infeksi.
Virus penyebab HIV menyebar dari satu orang ke lainnya melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina yang notabene sangat lumrah terjadi saat hubungan seksual. Pada prinsipnya, HIV bisa menyerang siapa saja, bahkan ibu hamil.
Penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui disebut dengan penularan perinatal. Ini adalah cara paling umum yang membuat bayi tertular HIV. Seorang wanita yang sedang merencanakan kehamilan atau sudah hamil ada baiknya juga menjalani tes HIV dan pasangannya juga melakukan tes yang sama.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan agar perempuan juga menerima tes lebih lanjut selama trimester ketiga kehamilan mereka, jika mereka terus melakukan perilaku-yang meningkatkan kemungkinan mereka menularkan HIV.
.jpg)
(Dr. Tania Savitri dalam Hellosehat menyebutkan, tanpa pengobatan seorang ibu hamil yang positif HIV berisiko sekitar 25-30 persen menularkan virus pada anaknya selama kehamilan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Mengutip laman Hiv.gov, bumil yang akan melahirkan sebelum mereka dites harus diperiksa di ruang bersalin. Jika positif, dokter dapat bekerja sama dengan ibu untuk mencegah penularan HIV ke bayinya selama persalinan. Selain itu bumil dengan HIV juga diminta untuk mengonsumsi obat, dengan harapan:
Jika kamu mengidap HIV dan sedang mempertimbangkan untuk hamil, bicarakan dengan dokter tentang profilaksis pra pajanan (PrEP). PrEP adalah obat yang diminum oleh orang yang berisiko terkena HIV untuk mencegah tertular HIV melalui hubungan seks atau penggunaan narkoba suntikan.
PrEP dapat menghentikan penyebaran HIV ke seluruh tubuh. PrEP dapat menjadi pilihan untuk membantu melindungi kamu dan bayi dari tertular HIV saat kamu mencoba untuk hamil, selama kehamilan, atau saat menyusui.
Bila pasangan mengidap HIV, dorong juga untuk mendapatkan dan tetap menggunakan obat HIV. Hal ini akan menjaga mereka tetap sehat dan membantu mencegah mereka menularkan HIV. Satu lagi, bila kamu tidak mengidap HIV, tetapi berisiko lebih tinggi tertular HIV, lakukan tes lagi pada trimester ketiga.
Beberapa klinisi berpendapat bahwa ibu dengan HIV sebaiknya tidak menyusui untuk menghindari risiko penularan pada bayi. Namun, pedoman yang dikeluarkan oleh WHO yang didasarkan pada berbagai studi, tetap mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu HIV disertai dengan obat antiretroviral profilaksis. Studi yang ada membuktikan bahwa bayi yang diberi ASI memiliki risiko tertular HIV yang lebih rendah.
Mengonsumsi obat HIV dan menjaga viral load tidak terdeteksi secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi melalui menyusui hingga kurang dari satu persen. Namun, risikonya bukan berarti nol.
Susu formula bayi yang disiapkan dengan benar atau ASI donor yang disimpan dalam simpanan merupakan pilihan alternatif yang menghilangkan risiko penularan melalui menyusui. Jika kamu sedang hamil atau berencana untuk hamil, bicarakan dengan dokter sedini mungkin tentang pilihan makanan bayi yang tepat untuk kamu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Virus penyebab HIV menyebar dari satu orang ke lainnya melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina yang notabene sangat lumrah terjadi saat hubungan seksual. Pada prinsipnya, HIV bisa menyerang siapa saja, bahkan ibu hamil.
Penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui disebut dengan penularan perinatal. Ini adalah cara paling umum yang membuat bayi tertular HIV. Seorang wanita yang sedang merencanakan kehamilan atau sudah hamil ada baiknya juga menjalani tes HIV dan pasangannya juga melakukan tes yang sama.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan agar perempuan juga menerima tes lebih lanjut selama trimester ketiga kehamilan mereka, jika mereka terus melakukan perilaku-yang meningkatkan kemungkinan mereka menularkan HIV.
.jpg)
(Dr. Tania Savitri dalam Hellosehat menyebutkan, tanpa pengobatan seorang ibu hamil yang positif HIV berisiko sekitar 25-30 persen menularkan virus pada anaknya selama kehamilan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Jika hasil positif
Mengutip laman Hiv.gov, bumil yang akan melahirkan sebelum mereka dites harus diperiksa di ruang bersalin. Jika positif, dokter dapat bekerja sama dengan ibu untuk mencegah penularan HIV ke bayinya selama persalinan. Selain itu bumil dengan HIV juga diminta untuk mengonsumsi obat, dengan harapan:
- - Obat HIV mengurangi jumlah HIV dalam tubuh (viral load) ke tingkat yang sangat rendah, yang disebut penekanan virus. Sehingga bumil tetap sehat dan mencegah penularan pada bayi yang dikandung
- - Jika obat HIV dikonsumsi sesuai resep selama kehamilan dan persalinan serta memberikan obat HIV kepada bayi selama 2-6 minggu setelah melahirkan, risiko menularkan HIV ke bayi bisa kurang dari satu persen
- - Selama viral load bumil masih tidak terdeteksi, maka bisa melahirkan secara normal
- - Mengonsumsi obat HIV mengurangi risiko penularan HIV ke bayi melalui menyusui hingga kurang dari satu persen
- - Mengonsumsi obat HIV juga melindungi pasangan kamu yang HIV-negatif melalui hubungan seks
HIV-negatif tetapi berisiko
Jika kamu mengidap HIV dan sedang mempertimbangkan untuk hamil, bicarakan dengan dokter tentang profilaksis pra pajanan (PrEP). PrEP adalah obat yang diminum oleh orang yang berisiko terkena HIV untuk mencegah tertular HIV melalui hubungan seks atau penggunaan narkoba suntikan.
PrEP dapat menghentikan penyebaran HIV ke seluruh tubuh. PrEP dapat menjadi pilihan untuk membantu melindungi kamu dan bayi dari tertular HIV saat kamu mencoba untuk hamil, selama kehamilan, atau saat menyusui.
Bila pasangan mengidap HIV, dorong juga untuk mendapatkan dan tetap menggunakan obat HIV. Hal ini akan menjaga mereka tetap sehat dan membantu mencegah mereka menularkan HIV. Satu lagi, bila kamu tidak mengidap HIV, tetapi berisiko lebih tinggi tertular HIV, lakukan tes lagi pada trimester ketiga.
Apakah ibu dengan HIV boleh menyusui?
Beberapa klinisi berpendapat bahwa ibu dengan HIV sebaiknya tidak menyusui untuk menghindari risiko penularan pada bayi. Namun, pedoman yang dikeluarkan oleh WHO yang didasarkan pada berbagai studi, tetap mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu HIV disertai dengan obat antiretroviral profilaksis. Studi yang ada membuktikan bahwa bayi yang diberi ASI memiliki risiko tertular HIV yang lebih rendah.
Mengonsumsi obat HIV dan menjaga viral load tidak terdeteksi secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi melalui menyusui hingga kurang dari satu persen. Namun, risikonya bukan berarti nol.
Susu formula bayi yang disiapkan dengan benar atau ASI donor yang disimpan dalam simpanan merupakan pilihan alternatif yang menghilangkan risiko penularan melalui menyusui. Jika kamu sedang hamil atau berencana untuk hamil, bicarakan dengan dokter sedini mungkin tentang pilihan makanan bayi yang tepat untuk kamu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)