FITNESS & HEALTH

Apa Saja Efek Samping yang Mungkin Timbul dari Vaksin Sinopharm?

Raka Lestari
Rabu 23 Juni 2021 / 06:08
Jakarta: Penggunaan vaksin covid-19 Sinopharm dari Tiongkok saat ini digunakan dalam skema vaksin gotong royong. Sama seperti jenis vaksin lainnya, beberapa orang mungkin saja mengalami efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Meskipun demikian, kamu tidak perlu khawatir. Sebab efek samping vaksin pada umumnya merupakan hal yang wajar terjadi.

“Vaksin Sinopharm merupakan vaksin buatan Tiongkok dan telah diujikan di beberapa negara. Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list WHO dan mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA)  di Tiongkok, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Yordania, dan kini juga di Indonesia,” tutur Prof. Zullies Ikawati, PhD. Apt, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM.

Prof. Zullies menjelaskan bahwa, vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi. Dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78%, dan vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai Lansia.

“Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip, di mana frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen atau terkategori sangat jarang,” ujar Prof. Zullies.

Menurut Prof Zullies, efek samping yang dijumpai dalam uji klinik adalah efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, dan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare dan batuk.

“Efek-efek samping ini segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan,” jelas Prof. Zullies.

Untuk itu, Prof. Zullies mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan efek samping vaksin, baik vaksin AstraZeneca maupun Sinopharm.

“Secara umum, dari hasil eveluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya,” jelas Prof. Zullies.  

“KIPI secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual, dan adanya KIPI juga menunjukkan bahwa vaksinnya sedang bekerja. Namun jika ada KIPI yang dirasa berat, segera saja dilaporkan kepada kontak yang sudah diberikan untuk bisa segera mendapatkan penanganan,” saran Prof. Zullies.

Selain ditangani, KIPI juga akan dievaluasi oleh Komite KIPI terkait dengan hubungan kausalitasnya dengan vaksin sehingga bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH