FITNESS & HEALTH

Lansia Rentan Alami Luka Dekubitus, Begini Cara Penanganan yang Tepat

Yuni Yuli Yanti
Kamis 30 Mei 2024 / 09:36
Jakarta: Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), saat ini rasio kejadian luka dekubitus pada lansia di Indonesia telah mencapai 33 persen.  Oleh sebab itu, kondisi ini menjadikan luka dekubitus sebagai salah satu isu sosial di Indonesia. 

"Apalagi saat ini Indonesia telah memasuki era aging population, di mana jumlah lansia di Indonesia diprediksi akan terus bertambah mencapai 20 persen dari total penduduk Indonesia di tahun 2045. Hal ini tentunya menjadi salah satu tantangan dalam pemenuhan perawatan jangka Panjang lansia," ujar dr. Nida Rohmawati, MPH selaku Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 

Perlu diketahui, luka dekubitus merupakan luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti dalam waktu yang lama. Menurut dr. Rinadewi Astriningrum Sp.D.V.E., Subsp.D.A, luka dekubitus bisa terjadi pada anak-anak maupun lansia dengan kondisi sakit berat yang mobilitasnya terbata. 

"Luka dekubitus biasa terjadi pada area tubuh yang tertekan seperti belakang kepala, di daerah tulang lingkar, siku, tulang belakang, bokong, dan tumit. Penyebab luka ini sebenarnya eksternal yaitu adanya tekanan, pergeseran dan gesekan pada kulit. Dan, faktor internalnya pada Lansia itu karena masalah otot dan jaringan kulit yang lebih tipis karena produksi kolagen menurun sehingga rentan mengalami luka," jelas dr. Rinadewi dalam acara peluncuran Lifree, popok dewasa yang digelar oleh Unicharm Indonesia, Rabu (29/5/2024) di Hotel Mulia, Jakarta.

Lansia dengan luka dekubitus memerlukan perawatan yang lebih intensif dibanding lansia yang tidak memiliki masalah kulit. Oleh sebab itu, pencegahan menjadi sangat penting karena jika sudah terjadi itu hanya akan menyulitkan pasien maupun keluarga yang merawat. 

"Jadi perawatan kulitnya itu harus baik. Setiap dua jam sekali pasien sebaiknya direposisi, apakah miring kanan atau kiri. Jadi, tidak bertumpu di satu tempat saja. Pastikan kondisi kulitnya selalu bersih. Apabila, BAB atau BAK itu segera dibersihkan," ujar dr. Rinadewi. 


(Momen peluncuran “Lifree Popok Perekat” dari PT Uni-Charm Indonesia Tbk pada Rabu (29/5/2024) di Hotel Mulia, Jakarta. Foto: Dok. Istimewa)

Selain itu, Lansia dengan kondisi tirah baring yang mobilitasnya terbatas memiliki resiko terkena luka dekubitus lebih tinggi karena adanya tekanan pada area tubuh yang sama dalam jangka waktu yang lama.

Hal ini dapat diperparah jika menggunakan popok dengan sirkulasi udara yang tidak baik, karena kulit menjadi pengap dan rentan terhadap iritasi. Oleh karena itu, popok yang sirkulasi udaranya baik efektif untuk mencegah terjadinya luka dekubitus," tambah dr. Rinadewi. 

Dalam kesempatan yang sama, Takumi Terakawa, Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk 
menyampaikan luka dekubitus telah menjadi salah satu masalah sosial di Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil riset yang dilakukan, di mana kebutuhan konsumen terhadap popok yang tidak menimbulkan ruam cukup tinggi.

"Karena itu, melanjutkan upaya di tahun 2023 dengan melakukan riset bersama CRSU-FKUI menuju (0) nol luka dekubitus dan bertepatan dengan Hari Lanjut Usia Nasional di tahun ini, kami meluncurkan Lifree Popok Perekat yang telah diperbarui, pertama dan satu-satunya di Indonesia menggunakan 100 persen bahan breathable. Lifree Popok Perekat dengan sirkulasi udara yang baik, mencegah terjadinya iritasi kulit dan kulit lembap. Kami bertekad untuk terus mendukung kehidupan pengguna popok dan perawat, serta keluarganya yang sehat dan bahagia," pungkas Terakawa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH