FITNESS & HEALTH
Seberapa Berbahaya Mengonsumsi Banyak Lemak Selama Isoman?
Raka Lestari
Kamis 19 Agustus 2021 / 10:12
Jakarta: Bagi pasien covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri atau Isoman di rumah, perlu memerhatikan asupan nutrisi yang mereka konsumsi. Terutama, asupan lemak agar tidak berlebihan. Konsumsi lemak yang berlebihan, terutama lemak jenuh bisa meningkatkan risiko gejala yang lebih berat.
"Ternyata orang yang terbiasa makan tinggi lemak, itu bisa memengaruhi reseptor tempat melekatnya si virus. Reseptor adalah tempat perlekatan virus,“ ujar dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik, dalam Webinar: Bahaya Salah Asupan di Tengah Pandemi dan Isolasi Mandiri”.
Lebih lanjut, dr. Juwalita menambahkan, di dalam tubuh mempunyai beberapa lokasi yang menjadi tempat perlekatan si virus. Jadi, kebiasaan makan tinggi lemak ternyata bisa mengacaukan sehingga akhirnya virus lebih mudah masuk.
“Orang yang gemuk atau terbiasa mengonsumsi makanan tinggi lemak, terjadi down regulation pada reseptor ACE-2 yaitu reseptor tempat SARS-CoV-2 menempel. Dan akhirnya membuat virus gampang masuk, kemudian serangkaian kejadian terjadi di dalam tubuh yang akhirnya ada yang namanya pengentalan darah,” jelas dr. Juwalita.
Lemak itu secara garis besar ada 2, yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Kalau lemak jenuh atau saturated fatty acid, yang bisa semakin meningkatkan pengeluaran mediator yang sifatnya inflamasi atau peradangan dari sel imun. Pada akhirnya, kalau inflamasinya berat maka akan semakin memperparah gejalanya.
“Diet tinggi lemak juga ternyata akan memengaruhi kondisi bakteri baik dalam usus. Mikrobiota di dalam usus itu mempunyai manfaat yang sangat luar biasa. Tidak hanya menjaga kesehatan saluran cerna kita, tetapi berdampak juga pada sistem imun tubuh kita, karena dia juga akan membantu mengaktivasi sel-sel imun tubuh,” tambah dr. Juwalita.
Menurut dr. Juwalita, konsumsi banyak lemak terutama lemak jenuh akan bisa menyebabkan kondisi peradangan yang lebih berat. Akhirnya increase pneumonia severity, yang tadinya keluhannnya ringan tetapi karena konsumsi yang salah akhirnya malah jadi lebih berat gejalanya.
"Ingat, ketika angka inflamasinya tinggi maka akan bisa meningkatkan angka mortalitas atau kematian,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
"Ternyata orang yang terbiasa makan tinggi lemak, itu bisa memengaruhi reseptor tempat melekatnya si virus. Reseptor adalah tempat perlekatan virus,“ ujar dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik, dalam Webinar: Bahaya Salah Asupan di Tengah Pandemi dan Isolasi Mandiri”.
Lebih lanjut, dr. Juwalita menambahkan, di dalam tubuh mempunyai beberapa lokasi yang menjadi tempat perlekatan si virus. Jadi, kebiasaan makan tinggi lemak ternyata bisa mengacaukan sehingga akhirnya virus lebih mudah masuk.
“Orang yang gemuk atau terbiasa mengonsumsi makanan tinggi lemak, terjadi down regulation pada reseptor ACE-2 yaitu reseptor tempat SARS-CoV-2 menempel. Dan akhirnya membuat virus gampang masuk, kemudian serangkaian kejadian terjadi di dalam tubuh yang akhirnya ada yang namanya pengentalan darah,” jelas dr. Juwalita.
Lemak itu secara garis besar ada 2, yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Kalau lemak jenuh atau saturated fatty acid, yang bisa semakin meningkatkan pengeluaran mediator yang sifatnya inflamasi atau peradangan dari sel imun. Pada akhirnya, kalau inflamasinya berat maka akan semakin memperparah gejalanya.
“Diet tinggi lemak juga ternyata akan memengaruhi kondisi bakteri baik dalam usus. Mikrobiota di dalam usus itu mempunyai manfaat yang sangat luar biasa. Tidak hanya menjaga kesehatan saluran cerna kita, tetapi berdampak juga pada sistem imun tubuh kita, karena dia juga akan membantu mengaktivasi sel-sel imun tubuh,” tambah dr. Juwalita.
Menurut dr. Juwalita, konsumsi banyak lemak terutama lemak jenuh akan bisa menyebabkan kondisi peradangan yang lebih berat. Akhirnya increase pneumonia severity, yang tadinya keluhannnya ringan tetapi karena konsumsi yang salah akhirnya malah jadi lebih berat gejalanya.
"Ingat, ketika angka inflamasinya tinggi maka akan bisa meningkatkan angka mortalitas atau kematian,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)