FITNESS & HEALTH
Bagaimana Melatonin Bekerja hingga Memberikan Dampak Buruk untuk Anak-anak
A. Firdaus
Kamis 09 Oktober 2025 / 10:10
Jakarta: Sebelum mempertimbangkan suplemen tidur untuk anak-anak, pahami dulu bagaimana siklus tidur bekerja secara alami. Otak manusia mulai memproduksi melatonin, yaitu hormon yang dibuat di kelenjar pineal saat cahaya mulai redup di malam hari yang membantu tubuh merasa mengantuk dan tertidur.
Di pagi hari, saat matahari terbit, produksi melatonin berhenti sehingga tubuh bangun dan siap beraktivitas. Intinya, melatonin mengatur ritme sirkadian, atau 'jam internal' tubuh yang menjaga keseimbangan antara tidur dan bangun.
Dikutip dari Parents, suplemen melatonin mengandung versi sintetis dari hormon alami ini yang biasanya membuat anak-anak (dan orang dewasa) merasa mengantuk dalam waktu sekitar 30 menit setelah dikonsumsi.
Suplemen ini dijual bebas dalam berbagai bentuk, seperti permen, tablet, cairan, atau tablet kunyah yang menarik bagi anak-anak.
Penelitian menunjukkan bahwa suplemen melatonin bisa membantu anak-anak dengan autisme, gangguan hiperaktivitas (ADHD), atau gangguan perkembangan saraf lainnya untuk tertidur lebih cepat.
Beberapa studi juga menemukan manfaat serupa pada anak-anak dengan perkembangan normal, meskipun hasilnya tidak selalu konsisten untuk semua kasus.
Dosis rendah melatonin mungkin aman untuk anak-anak dalam penggunaan jangka pendek, tetapi para peneliti masih belum mengetahui sepenuhnya efek samping jangka panjang dari mengonsumsi melatonin dalam jumlah berapa pun bahkan jika digunakan hanya saat dibutuhkan.
“Melatonin adalah obat dan harus dianggap sebagai obat,” kata Judith Owens, MD, direktur Pusat Tidur di Boston Children's Hospital.
Itulah mengapa AASM merekomendasikan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum memberikan suplemen ini kepada anak-anak. Memberikan melatonin dalam dosis berlebihan atau pada waktu yang salah bisa mengganggu jadwal tidur alami anak, membuat pola tidur menjadi tidak teratur di hari-hari berikutnya.
Owens juga memperingatkan bahwa konsentrasi melatonin dalam suplemen over-the-counter (OTC) bisa bervariasi, dan mungkin mengandung bahan kimia lain seperti serotonin yang tidak disebutkan.
Sebuah studi menemukan bahwa beberapa tablet kunyah yang mengklaim mengandung 1,5 miligram melatonin ternyata mengandung hingga 9 miligram. Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami efek samping dari mengonsumsi melatonin yang dapat meliputi sakit kepala, mual, berkeringat, pusing, mengompol, dan mengantuk di pagi hari.
Penting untuk dicatat bahwa FDA belum menyetujui penggunaan melatonin untuk anak-anak, seperti yang mereka lakukan untuk obat-obatan OTC atau resep lainnya.
Efek samping ini bisa lebih parah pada anak-anak dengan kondisi kesehatan tertentu, sehingga konsultasi medis menjadi langkah wajib sebelum mencoba.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Di pagi hari, saat matahari terbit, produksi melatonin berhenti sehingga tubuh bangun dan siap beraktivitas. Intinya, melatonin mengatur ritme sirkadian, atau 'jam internal' tubuh yang menjaga keseimbangan antara tidur dan bangun.
Dikutip dari Parents, suplemen melatonin mengandung versi sintetis dari hormon alami ini yang biasanya membuat anak-anak (dan orang dewasa) merasa mengantuk dalam waktu sekitar 30 menit setelah dikonsumsi.
Suplemen ini dijual bebas dalam berbagai bentuk, seperti permen, tablet, cairan, atau tablet kunyah yang menarik bagi anak-anak.
Baca Juga :
Apakah Melatonin Aman untuk Anak-Anak?
Penelitian menunjukkan bahwa suplemen melatonin bisa membantu anak-anak dengan autisme, gangguan hiperaktivitas (ADHD), atau gangguan perkembangan saraf lainnya untuk tertidur lebih cepat.
Beberapa studi juga menemukan manfaat serupa pada anak-anak dengan perkembangan normal, meskipun hasilnya tidak selalu konsisten untuk semua kasus.
Apakah melatonin buruk untuk anak-anak?
Dosis rendah melatonin mungkin aman untuk anak-anak dalam penggunaan jangka pendek, tetapi para peneliti masih belum mengetahui sepenuhnya efek samping jangka panjang dari mengonsumsi melatonin dalam jumlah berapa pun bahkan jika digunakan hanya saat dibutuhkan.
“Melatonin adalah obat dan harus dianggap sebagai obat,” kata Judith Owens, MD, direktur Pusat Tidur di Boston Children's Hospital.
Itulah mengapa AASM merekomendasikan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum memberikan suplemen ini kepada anak-anak. Memberikan melatonin dalam dosis berlebihan atau pada waktu yang salah bisa mengganggu jadwal tidur alami anak, membuat pola tidur menjadi tidak teratur di hari-hari berikutnya.
Owens juga memperingatkan bahwa konsentrasi melatonin dalam suplemen over-the-counter (OTC) bisa bervariasi, dan mungkin mengandung bahan kimia lain seperti serotonin yang tidak disebutkan.
Sebuah studi menemukan bahwa beberapa tablet kunyah yang mengklaim mengandung 1,5 miligram melatonin ternyata mengandung hingga 9 miligram. Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami efek samping dari mengonsumsi melatonin yang dapat meliputi sakit kepala, mual, berkeringat, pusing, mengompol, dan mengantuk di pagi hari.
Penting untuk dicatat bahwa FDA belum menyetujui penggunaan melatonin untuk anak-anak, seperti yang mereka lakukan untuk obat-obatan OTC atau resep lainnya.
Efek samping ini bisa lebih parah pada anak-anak dengan kondisi kesehatan tertentu, sehingga konsultasi medis menjadi langkah wajib sebelum mencoba.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)