FITNESS & HEALTH

Melahirkan dengan Vakum dan Forceps

Yatin Suleha
Selasa 16 April 2024 / 15:35
Jakarta: Tak ada satu pun ibu yang menginginkan persalinannya menemui suatu hambatan, Namun tak ada yang bisa mengelak dari kenyataan saat persalinan terhambat, ibu yang membutuhkan bantuan dengan dua alat ini yaitu vakum dan forceps. 

Melahirkan dengan vakum dan forceps bisa menjadi salah satu cara untuk membantu proses kelahiran bayi pada persalinan normal. Metode ini biasanya dilakukan pada kondisi tertentu, seperti persalinan berlangsung lama atau saat ibu sudah terlalu lelah untuk mengejan.
 

Apa itu vakum dan forceps?


Vakum dan forsep termasuk assisted vaginal delivery (modus persalinan dengan bantuan). Vakum dan forsep merupakan dua alat bantu dalam melahirkan. Vakum berbentuk seperti topi dan digunakan bila Mom masih kuat mengejan, walau tidak dengan kekuatan penuh. 

Sedangkan forsep adalah sepasang alat penjepit dengan lubang di tengahnya (berbentuk mirip seperti tang besar panjang dan agak lonjong) dan digunakan untuk menggantikan tenaga Mom yang sama sekali sudah tidak mampu mengejan lagi.

Pada penggunaan vakum, dokter sudah lebih dulu memastikan tidak ada jaringan vagina yang terjepit antara vakum dan kepala bayi. Kemudian, dokter akan menggunakan pompa vakum untuk mengisap.

Forceps diperlukan bila posisi kepala bayi salah, ibu kelelahan dan tidak sanggup mengejan atau mendorong bayi keluar, persalinan lama atau macet, riwayat penyakit jantung atau asma, dan perdarahan selama persalinan.


(Lakukan persiapan mental. Persalinan dengan menggunakan alat bantu bukan hal yang mustahil dilakukan ya Moms. ibu, tante, tetangga, atau teman Moms mungkin pernah melakukannya dan berhasil ya. Jadi, tak perlu takut kok Moms. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Risiko melahirkan dengan alat bantu vakum dan forceps 


Menurut dr. Harianto Wijaya, SpOG, komplikasi serius untuk bayi relatif jarang ya Moms baik itu dengan cara vakum ataupun forceps. Seorang bayi yang lahir dengan bantuan vakum mungkin memiliki memar (atau bisa disebut dengan cephalohematoma) di atas kepalanya. 

Namun Moms jangan khawatir ya, karena memar biasanya hilang dalam beberapa minggu kok, meskipun mungkin memakan waktu lebih lama. Namun ada risiko lainnya jika bayi Moms terkena memar, dia juga lebih cenderung menjadi kuning (jaundiced). 

Hal ini terjadi karena sel-sel darah merah dalam memar pecah kemudian melepaskan bilirubin, komponen darah terlalu banyak yang menyebabkan penyakit kuning. 

Pada vakum juga bisa terjadi perdarahan pada conjungtiva (di mata) karena tekanan yang diberikan pada kepala bayi, walau terdengar “agak seram” ya Moms, namun jangan kahwatir ya karena kondisinya hanya sementara tanpa konsekuensi jangka panjang. 

Pada kelahiran dengan menggunakan alat bantu forceps, terkadang kulit kepala melepuh membentuk alat cengkeraman forsep pada kepala bayi. Lepuhan ini terlihat kurang sedap dipandang mata ya Moms, tetapi akan sembuh kok Moms dalam beberapa minggu. 

Cedera saraf wajah juga bisa jadi risiko Moms, meskipun kerusakan biasanya bersifat sementara saja. Risiko masalah yang lebih serius untuk bayi relatif jarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH