FITNESS & HEALTH
Alternatif Minimally Invasive Surgery dan Jenis Kanker Paru
Yatin Suleha
Minggu 28 Juli 2024 / 17:08
Jakarta: Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan. Dalam laman resmi Kemenkes terutama sejumlah karsinogen lingkungan asap rokok.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (WHO), melalui lembaga riset kanker International Agency for Research on Cancer (IARC), merilis data estimasi mutakhir mengenai beban kanker dunia.
Data yang diambil dari 185 negara ini menunjukkan bahwa 10 jenis kanker masih mendominasi 2 per 3 kasus baru dan menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Data tersebut menyebutkan bahwa kasus kanker paru di dunia mencapai angka 20 juta kasus, dengan jumlah kematian sebesar 9,7 juta kasus. Dari angka ini, kanker paru memiliki kasus terbanyak (12,4 persen), diikuti kanker payudara (11,6 persen), kanker kolorektal (9,6 persen), kanker prostat (7,3 persen), dan kanker perut (4,9 persen).
Menurut paparan dr. Hariadi Hadibrata, Sp.BTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dari RS Siloam MRCCC Semanggi, kanker paru merupakan salah satu kanker dengan jumlah kematian tertinggi di dunia. Faktor utama risiko kanker paru adalah kebiasaan merokok.
Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya yang dapat memengaruhi seseorang terkena penyakit kanker paru seperti kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi udara, paparan zat kimia dan radioaktif, serta riwayat tuberkulosis (TB).
Dr. Hariadi Hadibrata memaparkan mengenai peran VATS (Video Assisted Thoracoscopic Surgery) sebagai salah satu alternatif pengobatan pada kanker paru.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis kanker paru. Menurutnya, ada dua jenis utama kanker paru yang dapat dibedakan berdasarkan tipe sel yang terlibat, yaitu:
NSCLC merupakan jenis kanker paru yang paling umum, dengan sekitar 85 persen dari semua kasus kanker paru merupakan jenis kanker ini. Terdapat tiga subjenis utama NSCLC:
a. Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcin): Jenis ini berkembang di bronkus besar dan sering terkait dengan seseorang yang sering merokok.
b. Adenokarsinoma (Adenocarcinoma): Adenokarsinoma merupakan jenis NSCLC yang paling umum pada perokok dan non-perokok. Biasanya berkembang di jaringan yang menghasilkan lendir di dalam paru-paru.
c. Karsinoma Sel Besar (Large Cell Carcinoma): Ini adalah jenis NSCLC yang lebih jarang, dan sel-sel kankernya biasanya berukuran lebih besar dan memiliki bentuk yang tidak lazim.

(Dr. Hariadi Hadibrata, Sp.BTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dari RS Siloam MRCCC Semanggi. Foto: Dok. Istimewa)
SCLC merupakan jenis kanker paru yang lebih agresif dan tumbuh dengan cepat, dengan sebanyak 15 persen dari semua kasus kanker paru adalah jenis SCLC. Jenis ini sering dikaitkan dengan riwayat perokok jangka panjang.
Dalam paparan Dr. Hariadi Hadibrata, di Indonesia, angka kematian akibat kanker paru cukup tinggi dan kebanyakan menyerang pasien laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya edukasi tentang merokok dan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
“Penting melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, apalagi jika sudah memiliki faktor risiko seperti kebiasaan merokok dan berusia di atas 50 tahun,” sebut dr. Hadibrata.
Skrining kanker dilakukan sebagai tahapan awal untuk mendeteksi penyakit sebelum gejalanya berkembang lebih jauh. Untuk kanker paru, skrining biasanya direkomendasikan untuk beberapa kasus, yaitu:
Skrining kanker paru dengan CT scan dianjurkan untuk orang yang pernah merokok atau masih merokok di atas usia 50 tahun. Skrining rutin dengan CT scan dapat membantu menemukan sel kanker pada tahap awal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker.
Jika ada riwayat keluarga dekat yang menderita kanker paru, skrining perlu untuk dilakukan terutama jika mereka didiagnosis pada usia muda.
“Diagnosis kanker sangat penting untuk menentukan jenis kanker, stadium penyakit, dan pilihan pengobatan yang tepat. Biopsi adalah prosedur diagnostik yang umum digunakan untuk mengonfirmasi keberadaan kanker. Biopsi melibatkan pengambilan sampel jaringan yang dicurigai kanker dan pemeriksaan mikroskopis sampel tersebut di laboratorium,” sebut dr. Hadibrata.
a. Konfirmasi diagnosis: Biopsi memungkinkan dokter untuk memastikan apakah sel-sel yang ditemukan adalah sel-sel kanker dengan melihat karakteristik khusus di bawah mikroskop.
Hal ini penting karena evaluasi mikroskopis jaringan dapat menentukan jenis kanker yang spesifik, yang pada gilirannya mempengaruhi perencanaan pengobatan.
b. Menentukan tipe dan karakteristik sel kanker: Biopsi memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi tipe sel kanker dan karakteristik khusus lainnya.
Misalnya, biopsi dapat membantu menentukan apakah sel kanker tersebut termasuk dalam kanker paru kecil atau kanker paru non-kecil. Informasi ini akan memengaruhi rencana pengobatan dan terapi yang diberikan.
c. Penentuan stadium kanker: Biopsi juga membantu dalam menentukan dengan akurasi stadium kanker. Stadium kanker mengacu pada sejauh mana kanker telah menyebar dalam tubuh. Informasi ini penting dalam menentukan jenis pengobatan yang tepat dan memperkirakan prognosis.
.jpg)
(Dalam paparan Dr. Hariadi Hadibrata, di Indonesia, angka kematian akibat kanker paru cukup tinggi dan kebanyakan menyerang pasien laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya edukasi tentang merokok. Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya yang dapat memengaruhi seseorang terkena penyakit kanker paru seperti kerentanan genetik, polusi udara, paparan zat kimia dan radioaktif, serta riwayat TB. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Secara historis bedah kanker paru dilakukan dengan sayatan besar (torakotomi) untuk membuka dan memasukkan alat bedah ke rongga dada hingga mencapai organ paru. Tetapi kini, kemajuan teknologi medis sudah mendorong lahirnya metode bedah yang lebih modern.
Inovasi teknologi bedah minimal invasif mendorong hadirnya thoracoscopy, yakni bedah toraks dengan sayatan minimal dan dibantu video kamera atau dikenal dengan nama Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
“Bedah toraks dengan VATS dilakukan dengan memasukkan kamera video kecil dan instrumen bedah melalui lubang yang dibuat di dinding dada, kira-kira berukuran kurang lebih 5 milimeter. Penggunaan video ini bertujuan untuk membuka pandangan saat operasi, walau dengan sayatan yang kecil,” ujar dr. Hadibrata.
Gambar dari kamera akan muncul di monitor yang dapat disaksikan juga oleh tim bedah lainnya. Berbeda dari bedah terbuka, tindakan VATS hanya memerlukan sayatan kecil (sekitar 1-2 sentimeter) sehingga menjadikan risiko nyeri dan infeksi luka pasca-bedah jauh berkurang.
Perkembangan teknologi pengolahan gambar dan cahaya penerangan dengan transmisi serat optik, membuat VATS lebih mudah dalam pengoperasian. Dengan memanfaatkan VATS, dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular dapat melakukan tindakan yang lebih akurat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, prosedur VATS dilakukan dengan menggunakan kamera video yang mengirimkan gambar real-time dari dalam dada melalui endoskopi, memungkinkan dokter untuk melihat dan bergerak dengan presisi di dalam rongga dada tanpa membuat sayatan besar.
Berbeda dengan bedah konvensional yang memerlukan sayatan besar di dada, VATS memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. Minimal invasif: VATS melibatkan sayatan kecil, yang mengurangi risiko infeksi, nyeri, perdarahan, dan waktu pemulihan setelah operasi.
b. Pemulihan yang lebih cepat: Karena ukuran sayatan yang lebih kecil dan minimnya kerusakan jaringan, waktu pemulihan pasien biasanya lebih cepat daripada operasi konvensional.
c. Minimal terhindar dari kerusakan struktural: VATS memungkinkan dokter untuk secara tepat menargetkan area yang harus ditangani, mengurangi risiko kerusakan struktural sekitarnya.
Perlu dicatat bahwa tidak setiap kasus kanker paru memenuhi syarat untuk VATS. Setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda dan dokter akan mengevaluasi setiap kasus secara individu, termasuk lokasi dan stadium kanker, sebelum menentukan apakah VATS adalah metode yang tepat untuk pasien tersebut.
Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan saat menentukan apakah seseorang cocok untuk menjalani VATS.
Kriteria ini dapat berbeda tergantung pada dokter dan kondisi pasien, tetapi berikut adalah beberapa faktor umum yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut:
a. Lokasi dan ukuran tumor: VATS biasanya lebih efektif jika tumor berada pada lokasi yang dapat dijangkau melalui torakoskopi. Tumor dengan ukuran kecil hingga sedang, biasanya kurang dari 6 sentimeter.
b. Stadium kanker: VATS direkomendasikan untuk pengangkatan tumor paru stadium awal. Sedangkan untuk stadium lanjut, VATS bisa direkomendasikan untuk pemeriksaan biopsi.
c. Kondisi fisik pasien: Kondisi fisik pasien, seperti paru-paru yang baik dan kesehatan jantung yang memadai, dapat mempengaruhi kelayakan VATS. Pasien harus memiliki kapasitas paru-paru yang cukup untuk mengatasi prosedur VATS dan pemulihan pasca operasi.
d. Riwayat medis pasien: Faktor-faktor seperti usia, riwayat operasi sebelumnya, adanya kondisi medis yang berhubungan dengan risiko operasi (misalnya, penyakit jantung), dan faktor-faktor risiko lainnya akan dievaluasi untuk menentukan kelayakan VATS.
“Penerapan teknologi terbaru dan kerja sama tim multidisiplin merupakan upaya untuk meningkatkan hasil dan kepuasan pasien, serta menawarkan solusi yang optimal dalam penanganan kanker paru dengan metode VATS,” pungkas dr. Hadibrata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (WHO), melalui lembaga riset kanker International Agency for Research on Cancer (IARC), merilis data estimasi mutakhir mengenai beban kanker dunia.
Data yang diambil dari 185 negara ini menunjukkan bahwa 10 jenis kanker masih mendominasi 2 per 3 kasus baru dan menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Data tersebut menyebutkan bahwa kasus kanker paru di dunia mencapai angka 20 juta kasus, dengan jumlah kematian sebesar 9,7 juta kasus. Dari angka ini, kanker paru memiliki kasus terbanyak (12,4 persen), diikuti kanker payudara (11,6 persen), kanker kolorektal (9,6 persen), kanker prostat (7,3 persen), dan kanker perut (4,9 persen).
Menurut paparan dr. Hariadi Hadibrata, Sp.BTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dari RS Siloam MRCCC Semanggi, kanker paru merupakan salah satu kanker dengan jumlah kematian tertinggi di dunia. Faktor utama risiko kanker paru adalah kebiasaan merokok.
Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya yang dapat memengaruhi seseorang terkena penyakit kanker paru seperti kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi udara, paparan zat kimia dan radioaktif, serta riwayat tuberkulosis (TB).
Dr. Hariadi Hadibrata memaparkan mengenai peran VATS (Video Assisted Thoracoscopic Surgery) sebagai salah satu alternatif pengobatan pada kanker paru.
Jenis-jenis kanker paru
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis kanker paru. Menurutnya, ada dua jenis utama kanker paru yang dapat dibedakan berdasarkan tipe sel yang terlibat, yaitu:
1. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC merupakan jenis kanker paru yang paling umum, dengan sekitar 85 persen dari semua kasus kanker paru merupakan jenis kanker ini. Terdapat tiga subjenis utama NSCLC:
a. Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcin): Jenis ini berkembang di bronkus besar dan sering terkait dengan seseorang yang sering merokok.
b. Adenokarsinoma (Adenocarcinoma): Adenokarsinoma merupakan jenis NSCLC yang paling umum pada perokok dan non-perokok. Biasanya berkembang di jaringan yang menghasilkan lendir di dalam paru-paru.
c. Karsinoma Sel Besar (Large Cell Carcinoma): Ini adalah jenis NSCLC yang lebih jarang, dan sel-sel kankernya biasanya berukuran lebih besar dan memiliki bentuk yang tidak lazim.
(Dr. Hariadi Hadibrata, Sp.BTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dari RS Siloam MRCCC Semanggi. Foto: Dok. Istimewa)
2. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
SCLC merupakan jenis kanker paru yang lebih agresif dan tumbuh dengan cepat, dengan sebanyak 15 persen dari semua kasus kanker paru adalah jenis SCLC. Jenis ini sering dikaitkan dengan riwayat perokok jangka panjang.
Dalam paparan Dr. Hariadi Hadibrata, di Indonesia, angka kematian akibat kanker paru cukup tinggi dan kebanyakan menyerang pasien laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya edukasi tentang merokok dan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
“Penting melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, apalagi jika sudah memiliki faktor risiko seperti kebiasaan merokok dan berusia di atas 50 tahun,” sebut dr. Hadibrata.
Kapan skrining kanker perlu dilakukan
Skrining kanker dilakukan sebagai tahapan awal untuk mendeteksi penyakit sebelum gejalanya berkembang lebih jauh. Untuk kanker paru, skrining biasanya direkomendasikan untuk beberapa kasus, yaitu:
1. Perokok atau mantan perokok
Skrining kanker paru dengan CT scan dianjurkan untuk orang yang pernah merokok atau masih merokok di atas usia 50 tahun. Skrining rutin dengan CT scan dapat membantu menemukan sel kanker pada tahap awal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker.
2. Riwayat keluarga dengan kanker paru
Jika ada riwayat keluarga dekat yang menderita kanker paru, skrining perlu untuk dilakukan terutama jika mereka didiagnosis pada usia muda.
Biopsi untuk diagnosis kanker paru
“Diagnosis kanker sangat penting untuk menentukan jenis kanker, stadium penyakit, dan pilihan pengobatan yang tepat. Biopsi adalah prosedur diagnostik yang umum digunakan untuk mengonfirmasi keberadaan kanker. Biopsi melibatkan pengambilan sampel jaringan yang dicurigai kanker dan pemeriksaan mikroskopis sampel tersebut di laboratorium,” sebut dr. Hadibrata.
Berikut adalah alasan mengapa biopsi perlu dilakukan untuk pasien kanker:
a. Konfirmasi diagnosis: Biopsi memungkinkan dokter untuk memastikan apakah sel-sel yang ditemukan adalah sel-sel kanker dengan melihat karakteristik khusus di bawah mikroskop.
Hal ini penting karena evaluasi mikroskopis jaringan dapat menentukan jenis kanker yang spesifik, yang pada gilirannya mempengaruhi perencanaan pengobatan.
b. Menentukan tipe dan karakteristik sel kanker: Biopsi memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi tipe sel kanker dan karakteristik khusus lainnya.
Misalnya, biopsi dapat membantu menentukan apakah sel kanker tersebut termasuk dalam kanker paru kecil atau kanker paru non-kecil. Informasi ini akan memengaruhi rencana pengobatan dan terapi yang diberikan.
c. Penentuan stadium kanker: Biopsi juga membantu dalam menentukan dengan akurasi stadium kanker. Stadium kanker mengacu pada sejauh mana kanker telah menyebar dalam tubuh. Informasi ini penting dalam menentukan jenis pengobatan yang tepat dan memperkirakan prognosis.
VATS untuk penanganan kanker paru
.jpg)
(Dalam paparan Dr. Hariadi Hadibrata, di Indonesia, angka kematian akibat kanker paru cukup tinggi dan kebanyakan menyerang pasien laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya edukasi tentang merokok. Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya yang dapat memengaruhi seseorang terkena penyakit kanker paru seperti kerentanan genetik, polusi udara, paparan zat kimia dan radioaktif, serta riwayat TB. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Secara historis bedah kanker paru dilakukan dengan sayatan besar (torakotomi) untuk membuka dan memasukkan alat bedah ke rongga dada hingga mencapai organ paru. Tetapi kini, kemajuan teknologi medis sudah mendorong lahirnya metode bedah yang lebih modern.
Inovasi teknologi bedah minimal invasif mendorong hadirnya thoracoscopy, yakni bedah toraks dengan sayatan minimal dan dibantu video kamera atau dikenal dengan nama Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
“Bedah toraks dengan VATS dilakukan dengan memasukkan kamera video kecil dan instrumen bedah melalui lubang yang dibuat di dinding dada, kira-kira berukuran kurang lebih 5 milimeter. Penggunaan video ini bertujuan untuk membuka pandangan saat operasi, walau dengan sayatan yang kecil,” ujar dr. Hadibrata.
Gambar dari kamera akan muncul di monitor yang dapat disaksikan juga oleh tim bedah lainnya. Berbeda dari bedah terbuka, tindakan VATS hanya memerlukan sayatan kecil (sekitar 1-2 sentimeter) sehingga menjadikan risiko nyeri dan infeksi luka pasca-bedah jauh berkurang.
Perkembangan teknologi pengolahan gambar dan cahaya penerangan dengan transmisi serat optik, membuat VATS lebih mudah dalam pengoperasian. Dengan memanfaatkan VATS, dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular dapat melakukan tindakan yang lebih akurat.
Manfaat VATS
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, prosedur VATS dilakukan dengan menggunakan kamera video yang mengirimkan gambar real-time dari dalam dada melalui endoskopi, memungkinkan dokter untuk melihat dan bergerak dengan presisi di dalam rongga dada tanpa membuat sayatan besar.
Berbeda dengan bedah konvensional yang memerlukan sayatan besar di dada, VATS memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. Minimal invasif: VATS melibatkan sayatan kecil, yang mengurangi risiko infeksi, nyeri, perdarahan, dan waktu pemulihan setelah operasi.
b. Pemulihan yang lebih cepat: Karena ukuran sayatan yang lebih kecil dan minimnya kerusakan jaringan, waktu pemulihan pasien biasanya lebih cepat daripada operasi konvensional.
c. Minimal terhindar dari kerusakan struktural: VATS memungkinkan dokter untuk secara tepat menargetkan area yang harus ditangani, mengurangi risiko kerusakan struktural sekitarnya.
Perlu dicatat bahwa tidak setiap kasus kanker paru memenuhi syarat untuk VATS. Setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda dan dokter akan mengevaluasi setiap kasus secara individu, termasuk lokasi dan stadium kanker, sebelum menentukan apakah VATS adalah metode yang tepat untuk pasien tersebut.
Kriteria pasien VATS
Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan saat menentukan apakah seseorang cocok untuk menjalani VATS.
Kriteria ini dapat berbeda tergantung pada dokter dan kondisi pasien, tetapi berikut adalah beberapa faktor umum yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut:
a. Lokasi dan ukuran tumor: VATS biasanya lebih efektif jika tumor berada pada lokasi yang dapat dijangkau melalui torakoskopi. Tumor dengan ukuran kecil hingga sedang, biasanya kurang dari 6 sentimeter.
b. Stadium kanker: VATS direkomendasikan untuk pengangkatan tumor paru stadium awal. Sedangkan untuk stadium lanjut, VATS bisa direkomendasikan untuk pemeriksaan biopsi.
c. Kondisi fisik pasien: Kondisi fisik pasien, seperti paru-paru yang baik dan kesehatan jantung yang memadai, dapat mempengaruhi kelayakan VATS. Pasien harus memiliki kapasitas paru-paru yang cukup untuk mengatasi prosedur VATS dan pemulihan pasca operasi.
d. Riwayat medis pasien: Faktor-faktor seperti usia, riwayat operasi sebelumnya, adanya kondisi medis yang berhubungan dengan risiko operasi (misalnya, penyakit jantung), dan faktor-faktor risiko lainnya akan dievaluasi untuk menentukan kelayakan VATS.
“Penerapan teknologi terbaru dan kerja sama tim multidisiplin merupakan upaya untuk meningkatkan hasil dan kepuasan pasien, serta menawarkan solusi yang optimal dalam penanganan kanker paru dengan metode VATS,” pungkas dr. Hadibrata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)