FITNESS & HEALTH
Belajar dari Kasus Bayi Meninggal karena Suara Petasan, Ini Batas Aman Tangkapan Suara si Kecil
Medcom
Selasa 09 Mei 2023 / 12:09
Jakarta: Belakangan ini, terdapat kabar bayi berusia 38 hari meninggal dunia akibat suara petasan di Gresik. Sebenarnya, apakah suara petasan memang bisa membuat bayi meninggal?
Jawabannya adalah ya, suara keras seperti petasan dapat membuat bayi meninggal. Menurut Dokter Spesialis Anak dr. Fitria Mahrunnisa, M.Sc, Sp.A., bayi dan anak-anak sebaiknya berada di lingkungan yang memiliki suara di bawah 80 desibel.
"Betul, suara juga dapat menyebabkan kematian pada seseorang yaitu jika berada pada level mematikan atau lethal dose. WHO menyarankan paparan suara untuk anak berkisar kurang dari 75-80 dB untuk melindungi anak tetap aman," kata dr. Fitria kepada Medcom, Senin, 8 Mei 2023.
Berdasarkan penelitian pada 2017 yang dipaparkan oleh Dokter Fitria, pada tikus, suara keras lebih dari 100 desibel yang dipaparkan terus menerus selama 12 jam dapat menyebabkan kerusakan DNA pada seluruh area otak.
Secara keseluruhan, suara berkisar lebih dari 150 desibel dapat merusak gendang telinga manusia. Suara lebih dari 180 desibel dapat berdampak pada organ dalam seperti paru-paru dan otak. Dan, suara lebih dari 240 desibel akan membunuh manusia secara instan.
"Suara adalah salah satu paparan lingkungan yang paling umum dan dialami oleh hampir semua orang termasuk anak setiap hari. WHO sudah memberikan rekomendasi terkait batasan suara yang aman untuk anak," lanjut dr. Fitria.
Beberapa efek samping kesehatan yang dapat ditimbulkan karena suara yang melebihi intensitas aman yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu:
1. Efek terhadak tubuh/efek fisik
- Kerusakan organ pendengaran di telinga dapat berupa pecahnya gendang telinga atau kerusakan sel-sel sensitif suara (gambar).
- Gangguan pendengaran / Noise induced hearing loss (NIHL).
- Telinga berdengung.
- Sensitifitas terhadap suara menurun.
2. Efek terhadap kognisi anak / fungsi otak
- Gangguan tekanan darah.
- Kekakuan otot.
- Gangguan konsentrasi / perhatian.
- Gangguan memori / ingatan.
3. Efek terhadap psikologis anak
- Gangguan tidur.
- Meningkatkan hormon stres.
Bagaimana cara kita tahu perkiraan rumah aman dari kebisingan atau tidak? Dokter Fitria sendiri menjelaskan bahwa WHO telah menjelaskan paparan suara di rumah pada umumnya. Umumnya di rumah sendiri terdapat intensitas suara di angka 50-80 desibel.
Namun, kebisingan di angka maksimal 85 desibel, hanya mencakup napas normal (10 desibel), bisikan (30 desibel), obrolan normal (50-60 desibel), dan kebisingan kemacetan kota (80-85 desibel).
Seseorang yang mengalami masalah pendengaran, khususnya pada bayi, bisa dilarikan segera ke rumah sakit jika mengalami gejala:
- Kejang.
- Tampak lemas dan tidak mau makan minum sama sekali.
- Tampak sering mengantuk dan sulit dibangunkan (tanda penurunan kesadaran pada anak).
- Alami muntah hebat sampai menunjukkan tanda dehidrasi atau tidak ada minuman atau makanan yang bisa masuk.
- Terdapat gejala dan tanda sesak napas.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Jawabannya adalah ya, suara keras seperti petasan dapat membuat bayi meninggal. Menurut Dokter Spesialis Anak dr. Fitria Mahrunnisa, M.Sc, Sp.A., bayi dan anak-anak sebaiknya berada di lingkungan yang memiliki suara di bawah 80 desibel.
"Betul, suara juga dapat menyebabkan kematian pada seseorang yaitu jika berada pada level mematikan atau lethal dose. WHO menyarankan paparan suara untuk anak berkisar kurang dari 75-80 dB untuk melindungi anak tetap aman," kata dr. Fitria kepada Medcom, Senin, 8 Mei 2023.
Berdasarkan penelitian pada 2017 yang dipaparkan oleh Dokter Fitria, pada tikus, suara keras lebih dari 100 desibel yang dipaparkan terus menerus selama 12 jam dapat menyebabkan kerusakan DNA pada seluruh area otak.
Secara keseluruhan, suara berkisar lebih dari 150 desibel dapat merusak gendang telinga manusia. Suara lebih dari 180 desibel dapat berdampak pada organ dalam seperti paru-paru dan otak. Dan, suara lebih dari 240 desibel akan membunuh manusia secara instan.
"Suara adalah salah satu paparan lingkungan yang paling umum dan dialami oleh hampir semua orang termasuk anak setiap hari. WHO sudah memberikan rekomendasi terkait batasan suara yang aman untuk anak," lanjut dr. Fitria.
Beberapa efek samping kesehatan yang dapat ditimbulkan karena suara yang melebihi intensitas aman yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu:
1. Efek terhadak tubuh/efek fisik
- Kerusakan organ pendengaran di telinga dapat berupa pecahnya gendang telinga atau kerusakan sel-sel sensitif suara (gambar).
- Gangguan pendengaran / Noise induced hearing loss (NIHL).
- Telinga berdengung.
- Sensitifitas terhadap suara menurun.
2. Efek terhadap kognisi anak / fungsi otak
- Gangguan tekanan darah.
- Kekakuan otot.
- Gangguan konsentrasi / perhatian.
- Gangguan memori / ingatan.
3. Efek terhadap psikologis anak
- Gangguan tidur.
- Meningkatkan hormon stres.
Bagaimana cara kita tahu perkiraan rumah aman dari kebisingan atau tidak? Dokter Fitria sendiri menjelaskan bahwa WHO telah menjelaskan paparan suara di rumah pada umumnya. Umumnya di rumah sendiri terdapat intensitas suara di angka 50-80 desibel.
Namun, kebisingan di angka maksimal 85 desibel, hanya mencakup napas normal (10 desibel), bisikan (30 desibel), obrolan normal (50-60 desibel), dan kebisingan kemacetan kota (80-85 desibel).
Seseorang yang mengalami masalah pendengaran, khususnya pada bayi, bisa dilarikan segera ke rumah sakit jika mengalami gejala:
- Kejang.
- Tampak lemas dan tidak mau makan minum sama sekali.
- Tampak sering mengantuk dan sulit dibangunkan (tanda penurunan kesadaran pada anak).
- Alami muntah hebat sampai menunjukkan tanda dehidrasi atau tidak ada minuman atau makanan yang bisa masuk.
- Terdapat gejala dan tanda sesak napas.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)