FITNESS & HEALTH

'Pertolongan Pertama' Luka Psikologis dan Skrining Jiwa

Yatin Suleha
Selasa 17 Desember 2024 / 20:17
Jakarta: Kasus bunuh diri tercatat meningkat di 2024. Dalam 9 bulan di 2024, Polri menindak 988 kejadian bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam laman resmi Pusiknas (Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri) tersebut, penemuan mayat menjadi jenis gangguan dengan jumlah terbanyak yaitu 35,46 persen dari jumlah total gangguan atau 3.698 kejadian. Sedangkan bunuh diri menjadi jenis ke-4 dengan jumlah kejadian terbanyak yaitu 9,47 persen.

Berbicara soal bunuh diri dalam isu kesehatan mental, tentu saja ada hubungannya dengan depresi. Ini karena dalam studi mengenai kesehatan mental dan psikologi, dijabarkan bahwa depresi bisa menjadi salah satu faktor utama yang dapat memicu tindakan bunuh diri. 
 

Kemenkes gandeng influencer



(Kemenkes mengajak media dan influencer untuk menyebarluaskan pentingnya kesadaran akan kesehatan jiwa. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
 

Untuk mendukung upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengajak rekan-rekan media serta influencer di bidang kesehatan, seperti dr. Farhan Zubedi, Ariel Tatum, dan Irwantja (Mental Health Doodler), untuk bersama-sama menyebarluaskan pentingnya kesadaran akan kesehatan jiwa melalui berbagai kegiatan edukasi dan kampanye. 

Fokus edukasi dan kampanye ini adalah Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) dan Aksi Deteksi Dini melalui Skrining Kesehatan Jiwa.

Media sosial memiliki potensi besar sebagai platform edukasi dan kampanye yang efektif untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas dan personal. 

Dengan melibatkan figur publik yang peduli terhadap isu kesehatan jiwa, Kemenkes berharap pesan tentang pentingnya P3LP dan deteksi dini melalui skrining kesehatan jiwa dapat tersampaikan dengan cepat dan mudah dipahami. 

Hal ini sangat penting mengingat masih banyak individu yang belum menyadari bahwa mereka mungkin sedang mengalami luka psikologis atau kurang peduli terhadap orang di sekitarnya yang juga menghadapi kondisi serupa.

“Bila kita merasa sedih, kecewa, takut atau khawatir karena masalah sehari-hari yang tidak mengenakkan dan yang mengganggu aktivitas harian atau melihat teman kita yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi murung atau sikapnya berubah. Bisa jadi itu tanda bahwa kita atau rekan kita sedang mengalami luka psikologis," ujar Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI dr. Imran Pambudi, MPHM.

"Luka psikologis bisa disebabkan karena tekanan hidup atau stres sehari-hari, misalnya perundungan, konflik dalam keluarga, kehilangan orang terdekat, penolakan, kegagalan dan lain-lain. Namun sayangnya, belum banyak masyarakat yang menyadari luka psikologisnya sejak dini, sehingga tidak mendapatkan penanganan awal yang baik dan menjadi masalah kejiwaan,” tambah dr. Imran.
 

6 buku saku untuk First Aider



(Kampanye #PeduliSayangiJiwa dipilih sebagai gerakan untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya peduli terhadap kondisi jiwa. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) adalah bantuan atau dukungan psikologis paling dasar dan sederhana untuk orang-orang yang mengalami kejadian berat atau krisis, sehingga mengalami luka psikologis. 

Krisis adalah insiden atau peristiwa penuh tekanan yang dianggap luar biasa. Sementara itu, luka psikologis adalah perasaan tidak nyaman yang berlebihan dan mengganggu aktivitas keseharian. P3LP diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menangani masalah-masalah kesehatan jiwa sehari-hari, seperti halnya P3K untuk penanganan masalah medis awal.

Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes telah menyusun enam buku saku untuk First Aider, yang ditujukan untuk berbagai lingkungan seperti sekolah (PAUD, SD, SMP/SMA), kampus, tempat kerja, dan masyarakat umum.

Buku saku ini bertujuan meningkatkan literasi masyarakat serta menjadi panduan bagi individu yang berperan sebagai penolong pertama dalam masalah kesehatan jiwa di masyarakat, sebelum penderita mendapatkan pertolongan profesional.

Kampanye #PeduliSayangiJiwa dipilih sebagai gerakan untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya peduli terhadap kondisi jiwa, dimulai dari tindakan kecil seperti memberikan pertolongan pertama pada masalah psikologis yang dihadapi.

Jika masalah tersebut sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, masyarakat diimbau untuk melakukan deteksi dini melalui skrining kesehatan jiwa.

Dr. Farhan Zubedi, dokter sekaligus influencer yang aktif mengedukasi kesehatan melalui media sosial, diharapkan dapat turut menyuarakan pentingnya kesadaran kesehatan jiwa kepada masyarakat. 

Sementara itu, Irwantja selaku mental health doodler akan berkontribusi dalam kampanye ini melalui media doodle yang banyak diminati masyarakat. 

Dan Ariel Tatum, sebagai figur publik yang kerap mempromosikan pentingnya mencintai diri sendiri dan kesehatan jiwa, diharapkan dapat menjadi panutan dan inspirasi bagi masyarakat dalam penerapan gerakan #PeduliSayangiJiwa di kehidupan sehari-hari.

“Kita sudah ada di penghujung 2024. Beberapa orang mungkin melalui perjalanan setahun ini dengan jatuh bangun dan menyisakan luka psikologis. Untuk mengatasi luka psikologis ini, Kemenkes menggalakkan Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP). Diharapkan dalam setahun, dibentuk 1 juta first aider P3LP untuk membantu orang yang mengalami luka psikologis," ujar dr. Imran.

"Semoga bersama para rekan media dan influencer yang peduli kesehatan jiwa, semangat #PeduliSayangiJiwa dapat mendorong masyarakat untuk sadar akan pentingnya melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa demi memastikan penanganan yang cepat dan tepat, sehingga masalah kesehatan jiwa tidak berkembang lebih parah dan dapat membantu individu menjalani kehidupan yang lebih baik,” pungkas dr. Imran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH