FITNESS & HEALTH
Kolaborasi Chef Juna Sebarkan Semangat Hidup Sehat
Medcom
Sabtu 17 Agustus 2024 / 08:00
Jakarta: Mitos memakan nasi saat diet bisa menyebabkan berat badan menjadi naik masih beredar luas. Hal itu membuat banyak orang menghindari mengonsumsi nasi selama diet.
Nasi putih memiliki kadar karbohidrat dan indeks glikemik yang termasuk tinggi sehingga banyak orang yang menghindari. Melihat fenomena itu, Flimty berkolaborasi dengan Chef Juna untuk membantu menyebarkan semangat gaya hidup sehat.
Sebagai seorang chef yang sudah bergelut di dunia FnB selama lebih dari 20 tahun, Chef Juna merasa pilihan nasi yang lebih sehat tak hanya bagus, tap juga menambah variasi dari bahan yang bisa diolah.
"Kami ingin membantu perjalanan diet sehat masyarakat Indonesia menjadi lebih mudah. Tentunya melalui nasi yang lebih sehat dan rendah kalori," kata Dennis Hadi selaku Direktur Flimgroup.
Menurut Chef Juna, bahan dasar nasi atau beras tidak selalu dari biji-bijian seperti padi. Seiring berkembangnya teknologi pangan, beras kini juga bisa dibuat dari umbi-umbian. Salah satunya yaitu akar tanaman konjac atau yang dikenal juga sebagai beras shirataki.
"Kami tertarik untuk menjadikan akar tanaman konjac ini sebagai bahan baku utama dari Flimrice. Kami harus pilih ingredients yang terbaik," ucapnya.
Selain menggandeng Chef Juna, mereka juga bekerja sama dengan Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes., ahli gizi yang berpengalaman lebih dari 20 tahun. Dia ingin masyarakat Indonesia yang ingin bisa tetap makan nasi tanpa khawatir berat badan naik.
Menurut Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes., nasi yang terbuat dari beras shirataki memang bisa menjadi pilihan nasi yang lebih sehat. Kandungan seratnya yang lebih tinggi dapat membantu kenyang lebih lama.
Selain itu, dibandingkan nasi putih biasa, nasi shirataki memiliki kalori, karbohidrat, dan indeks glikemik lebih rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah maupun menstimulasi produksi insulin yang berlebihan.
"Saya selalu bilang ke tim terutama RnD kalau kita mau ngembangin produk harus riset dulu yang dalam, kalau bisa ya diskusi sama expert biar produk kita ini enggak cuma bagus, tapi benar-benar bisa efektif bantu diet mereka," jelas Dennis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Nasi putih memiliki kadar karbohidrat dan indeks glikemik yang termasuk tinggi sehingga banyak orang yang menghindari. Melihat fenomena itu, Flimty berkolaborasi dengan Chef Juna untuk membantu menyebarkan semangat gaya hidup sehat.
Sebagai seorang chef yang sudah bergelut di dunia FnB selama lebih dari 20 tahun, Chef Juna merasa pilihan nasi yang lebih sehat tak hanya bagus, tap juga menambah variasi dari bahan yang bisa diolah.
"Kami ingin membantu perjalanan diet sehat masyarakat Indonesia menjadi lebih mudah. Tentunya melalui nasi yang lebih sehat dan rendah kalori," kata Dennis Hadi selaku Direktur Flimgroup.
Menurut Chef Juna, bahan dasar nasi atau beras tidak selalu dari biji-bijian seperti padi. Seiring berkembangnya teknologi pangan, beras kini juga bisa dibuat dari umbi-umbian. Salah satunya yaitu akar tanaman konjac atau yang dikenal juga sebagai beras shirataki.
baca juga: Mosidik Bertekad Hidup Lebih Sehat Setelah Punya Anak |
"Kami tertarik untuk menjadikan akar tanaman konjac ini sebagai bahan baku utama dari Flimrice. Kami harus pilih ingredients yang terbaik," ucapnya.
Selain menggandeng Chef Juna, mereka juga bekerja sama dengan Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes., ahli gizi yang berpengalaman lebih dari 20 tahun. Dia ingin masyarakat Indonesia yang ingin bisa tetap makan nasi tanpa khawatir berat badan naik.
Menurut Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes., nasi yang terbuat dari beras shirataki memang bisa menjadi pilihan nasi yang lebih sehat. Kandungan seratnya yang lebih tinggi dapat membantu kenyang lebih lama.
Selain itu, dibandingkan nasi putih biasa, nasi shirataki memiliki kalori, karbohidrat, dan indeks glikemik lebih rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah maupun menstimulasi produksi insulin yang berlebihan.
"Saya selalu bilang ke tim terutama RnD kalau kita mau ngembangin produk harus riset dulu yang dalam, kalau bisa ya diskusi sama expert biar produk kita ini enggak cuma bagus, tapi benar-benar bisa efektif bantu diet mereka," jelas Dennis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)