FITNESS & HEALTH

Miris, Asap Rokok Berperan Penting Bikin Perokok Pasif Mengalami PPOK

Medcom
Selasa 30 Mei 2023 / 08:47
Jakarta: Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau disingkat sebagai PPOK adalah kondisi peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang. Perwakilan Kelompok Kerja Asma dan PPOK dari PDPI, dr. Triya Damayanti, Ph.D, Sp. P(K). menyatakan bahwa faktor risiko PPOK paling utama yakni asap rokok. Selain itu, ada polusi udara lainnya, baik di luar dan dalam ruangan.

Data yang dipaparkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), prevalensi PPOK di Indonesia hingga tahun 2013 mencapai 5,6 persen atau sekitar 8,5 juta pasien. Sementara itu, prevalensi bukan perokok dari data pun mencapai 6,3 persen di Indonesia.

PPOK umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek). PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada perokok aktif dan pasif. Faktor yang paling berpengaruh terhadap PPOK adalah karena polusi udara.

Baik polusi di dalam atau di luar ruangan, sangat memengaruhi timbulnya PPOK. Namun, PPOK tidak akan datang dalam jangka waktu cepat. Umumnya PPOK ini akan muncul saat usia lanjut, terlebih jika mengalami paparan polusi lebih banyak saat muda, akan semakin rentan.

Pada penelitian yang dipaparkan dr. Triya, rokok memang menjadi faktor paling utama dalam terserang PPOK terutama pada asapnya. Baik yang merokok maupun tidak, keduanya memang sangat berbahaya untuk kesehatan paru-paru jika terpapar.

Pada kasus PPOK di dunia, kebiasaan merokok menjadi penyebab terbanyak. Terhitung sebanyak lebih dari 70 persen terjadi di negara-negara dengan penghasilan perkapita tinggi. Pada negara berpenghasilan rendah dan sedang, sekitar 30-40 persen kebiasaan merokok ikut berkontribusi menciptakan penyakit PPOK ini.

Sayangnya, dampak buruk terjadi meskipun kita tidak merokok. Pada data yang dijelaskan oleh dr. Triya, sebanyak 6,3 persen dinyatakan pasien PPOK tidak menjadi perokok. Serangan PPOK terjadi pada beberapa polusi, seperti terkena asap rokok, asap kayu bakar, asap kebakaran, dan juga asap kendaraan.

"Data yang kita temukan sebanyak 6,3 persen ternyata respondennya mengaku tidak merokok. Ini menjadi awarness (perhatian) kita bahwasannya PPOK tidak hanya terjadi akibat asap rokok, tapi ada juga hal yang lain," kata dr. Triya saat ditemui di Jakarta, Senin, 29 Mei 2023.

Namun, bukan berarti perokok dapat bersenang ria. PPOK ini biasanya terjadi pada usia rentan, seperti di atas 40 tahun. Jika kebergantungan terhadap rokok maupun asap, ditambah kondisi lingkungan yang banyak polusi, bisa saja lebih cepat mengalami PPOK.

Pasien dicurigai mengalami PPOK jika terjadi beberapa gejala. Kamu perlu segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami beberapa gejala berikut:
- Sesak napas
- Batuk kronik
- Dahak
- Dada sesak dan mengi (bengek)

Karena PPOK terjadi akibat polusi udara, dr. Triya Damayanti, Ph.D, Sp. P(K). selaku Kelompok Kerja Asma dan PPOK dari PDPI menyarankan untuk selalu menggunakan masker saat di luar. Jika polusi dari dalam ruangan, hindari polusi seperti asap rokok dan asap kayur bakar.

Aulia Putriningtias

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH