FITNESS & HEALTH

Beberapa Kendala Nakes Menangani Penyandang Disabilitas Intelektual

Medcom
Selasa 06 Desember 2022 / 18:22
Jakarta: Berdasarkan UU No.8 Tahun 2016, terdapat 5 kategori penyandang disabilitas, yaitu fisik, intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Pada kategori disabilitas perkembangan atau intelektual, ternyata banyak yang sulit ungkapkan rasa sakit.

Disabilitas perkembangan atau disabilitas intelektual adalah suatu kelompok individu yang memiliki keterbatasan dalam perkembangan dikarenakan gangguan fisik atau kognitif, serta kurangnya keterampilan untuk jalani hidup sehari-hari.

Pada penyandang, kondisi seperti ini sebenarnya bisa mempelajari hal-hal baru. Namun, mereka mempelajarinya lebih lambat, hingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan bidang kehidupan tertentu.

Prof. dr. Dr. Rini Sekartini, SpA(K) selaku dokter spesialis anak menyebut bahwa disabilitas perkembangan cukup sering terjadi pada anak-anak. Umur 5-9 tahun terdapat 2,5 persen, umur 10-14 tahun sebanyak 3,5 persen, dan 15-17 tahun sebanyak 4,2 persen.

Tanda dari munculnya disabilitas perkembangan sebenarnya terjadi pada masa bayi atau saat anak sudah mulai masuk sekolah. Maka dari itu, orang tua perlu mengenali tanda-tanda disabilitas perkembangan ini agar segera ditindaklanjuti.

Dr. Rini juga menambahkan bahwa disabilitas perkembangan juga bisa diperhatikan sejak masa kehamilan hingga proses tumbuh kembang. Karena bisa saja saat masa SMP perkembangannya baik, pada SMA terkena kerusakan saraf otak.

“Itu bisa saja terjadi disabilitas perkembangan. Jadi, sebagai orang tua harus selalu awas dengan segala perkembangan anak,” kata dr. Rini pada acara Daewoong Media Day Q4 2022, Selasa, 6 Desember 2022.

Adanya kesulitan berkomunikasi, membuat para penyandang disabilitas enggan mengatakan apa yang tengah dirasakan. Menurut data Jaringan Operasi Penyandang Disabilitas (DPO), 42 persen penyandang disabilitas kesulitan menggunakan layanan medis selama pandemi Covid-19 di Indonesia.

Adapun kendala yang dialami oleh para tenaga kesehatan pada saat menghadapi penyandang disabilitas perkembangan, antara lain:

- Kesulitan anak disabilitas perkembangan dapat menyampaikan keluhan.

- Kesulitan mengetahui apakah edukasi atau nasehat yang diberikan kepada anak tersebut dapat dimengerti.

- Kesulitan mengetahui apakah pasien dapat menjalankan edukasi yang diberikan, terutama evaluasi kemajuan hendaya yang diberikan.

- Kekhawatiran terhadap disabilitas anak yang bisa atau tidak bersosialisasi kepada teman atau keluarga dalam mengatasi hidup sehari-hari.

“Kadang orang tua saja kebingungan. Apalagi kita sebagai nakes, sulit sekali untuk menangkap ekspresi sang anak. Sehingga, dibutuhkan alat yang secara mudah dapat dipahami oleh penyandang disabilitas perkembangan,” pungkas dr. Rini.

Aulia Putriningtias
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH