FEATURE
Indahnya Berbuka Puasa Bersama Frying Pan Adventures di Dubai
Yatin Suleha
Selasa 26 Maret 2024 / 19:03
Jakarta: Ramadan, bulan mulia yang selalu dirindukan. Kini ia tiba setelah 11 bulan lamanya menanti bulan suci, ketibaannya menjadikan hati setiap insan Muslim bergembira.
Ramadan 1445 Hijriah (2024) ini amat berbeda. Atas undangan dari The Department of Economy and Tourism (DET), tim Medcom.id berkesempatan berbuka puasa bersama di Dubai, salah satu kota dengan keberagaman yang paling unik.
Menurut data dari World Population Review, kota Dubai jadi emirat terpadat di UEA. Dengan para pekerja yang datang lebih dari 60 negara, Dubai tersaji dalam pesona kebahagiaan untuk berbagi bersama dalam momen buka puasa bersama.
Melalui DET kami dipertemukan dengan Arva Ahmed seorang Founder dan CEO dari Frying Pan Adventures. Sebuah tur unik sambil berjalan kaki memperkenalkan kultur berbuka puasa bersama dan kuliner setempat yang telah ada sejak 2013. Lewat kemahirannya, ia menyulap kota Dubai untuk menjadikannya sebuah teater kuliner nan indah.

(Arva menyiapkan hidangan berbuka puasa dalam tur Frying Pan Adventures. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Perjalanan dimulai dari Gold Souk Gate 1 di Deira. Arva dengan senyum lebarnya memperkenalkan diri kemudian dengan cekatan ia membagikan alat komunikasi yang kita pakai untuk saling terhubung.
Ini ia lakukan karena pada momen Iftar (buka puasa) dan pada tiap kali tur di area yang akan dilalui penuh dengan lalu-lalang orang. Dengan keriuhan dan fase perjalanan yang cepat, komunikasi akan tidak terdengar jika tak memakai alat bantu.
Pemberhentian pertama berada di samping mesjid Bin Ydauh. Arva kemudian berhenti di area tanah lapang berkerikil. Sempat dalam hati bertanya, 'untuk apa kita berhenti di sini? Bukankah lima menit lagi akan buka puasa?'

(Hidangan berbuka puasa bersama. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Sejurus jitu, Arva kemudian meminta bantuan untuk melebarkan terpal miliknya yang digelar tepat bersebelahan dengan lautan manusia yang sudah duduk dengan makanan Iftar. Tepat di depan butik tailor Al Zahiya Al Aneeqa Tailoring and Embroidery dan Abou Khaled - Tailoring & Embroidery kami semua duduk bersama Arva.
Mereka duduk berjajar rapi dan di hadapannya ada Kanji (hidangan berbahan dasar air beras secara tradisional/sup tradisional khas India), tiga buah kurma, satu potong jeruk, satu buah samosa, dan satu buah bhaji.
Tak ketinggalan satu boks susu bertulis Laban Up-minuman sehat dengan komponen probiotik yang sangat baik untuk kesehatan dan membantu mengatur sistem pencernaan. Salah satu yang paling saya sukai yaitu samosa yang begitu gurih dan nikmat serta bhaji yang hadir dengan rasa gurih dan sedikit sentuhan manis. Semuanya sangat sempurna bagi berbuka puasa.
Kumandang indah azan magrib terdengar, lalu semuanya berbuka puasa.

(Berbuka bersama dengan masyarakat sekitar di area Deira, Dubai. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Hebatnya, semangat Iman-sebuah komunitas yang selalu memberikan makanan Iftar gratis bagi area Deira ini begitu rendah hati.
Tak peduli kamu siapa, beragama apa, berkeyakinan apa pun sampai ateis, saat kamu duduk bersama dan ikut dalam Iftar di tempat yang sama, kamu akan diberikan makanan yang sama. Bahkan mereka akan terus menanyakan apakah kita sudah punya makanan untuk berbuka. Iman bahkan memberikan sekitar 5000 makanan berbuka puasa setiap harinya di area Deira, Dubai.
Bagi Arva, semangat berbagi di momen Ramadan ini begitu indah. "Nothing beats Ramadan," katanya singkat.
Dalam nilai Islam yang dituturkan Arva, semua dapat berbagi dan keyakinan indah tersebut tak akan membuat siapa pun berkekurangan. Malah sebaliknya, "Jika kamu berbagi, kamu akan lebih berbahagia..." sambung Arva.

(Iftar dengan masyarakat sekitar di Deira, Dubai. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Buka puasa bersama yang dilakukan dengan sederhana di tengah kota yang bersinar seperti Dubai, tentunya jadi pertanyaan. "Apakah ini Dubai?" "Lalu, mengapa buka puasa di lapang kerikil dan di tangah lautan para pekerja Deira?"
Sejurus jitu, sapaan dan pemberian berbagai makanan itu menancap dalam-dalam di dalam hati. Kebersamaan dalam berbagi itu luar biasa indah.
Salah satu yang ikut berbuka puasa yaitu Abdollah. Seorang pekerja imigran asal Afganistan yang telah bekerja selama 30 tahun di Deira, Dubai mengaku bahwa jika sengaja membeli makanan untuk berbuka puasa, paling tidak ia harus menghabiskan sekitar AED17 (sekitar Rp76 ribu) per hari. Untuk para pekerja kasar seperti dirinya, ia bilang hal tersebut cukup mahal.
Abdollah lalu menyebut, belum lagi ia harus menabung untuk anak dan istrinya. Ia bilang, "Alhamdulillah, berbuka puasa di sini sangat membantunya, agar ia bisa menabung."

(Roti bernama Cheese Zaatar dengan minuman Karak. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selesai Iftar dan solat magrib, Arva lalu bersiap-siap membereskan terpal dan membersihkan alat makan piring serta mengajak kami semuanya bergegas untuk wisata kuliner khas di Deira, Dubai.
Tak lama berjalan, kami tiba di sebuah toko mungil tempat berjualan mirip kebab. Bernama Al Shaiba Bakery, Arva memesankan kami Cheese Zaatar yang sangat lezat.
Saat itu ia menerangkan soal bumbu-bumbu yang ada di dalamnya. Salah satu yang sangat saya ingat yaitu zaatar. Paduan rempah yang banyak digunakan di Timur Tengah. Dalam roti pipih (sepintas mirip roti long jhon yang dipipihkan). Disajikan hangat, lalu gigitan pertama saya begitu terpesona. Sulit rasanya menerangkan dengan kata-kata, dan ya, kamu harus mencobanya karena rasanya jauh lebih indah daripada kata-kata ini. Saya jamin!
Lalu Arva datang dan memberikan sebuah cup kecil berisi minuman berwarna coklat kemudaan. Ya, bisa dibilang mirip Milo atau Thai tea. Seruput kecil karena masih panas, minuman itu membuat saya jatuh hati. Ia adalah Karak.
Sebuah minuman dari campuran teh, susu, air, gula, dan kapulaga yang direbus bersama dengan api kecil. Rasa manis yang ringan terasa sentuhan herbal dan sangat cocok berpadu dengan roti zaatar yang kami makan.
Ini menjadikan keindahan lain dari sisi Dubai. Keberagaman budaya ini meraih sisi hati lainnya. Sudah jatuh hati dengan keindahan kotanya, kecanggihannya, ditambah lagi dengan ragam kulinernya yang luar biasa lezat.

(Es segar bernama Iranian Faluda. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Arva lalu menjelaskan tentang apa-apa saja yang kita lalui. Para pedagang kaftan, baju, scarf, emas, dan aneka bumbu. Melaluinya pun kita diberikan sensasi keelokan dari tatanan rapi bumbu dan keharumannya. Bayangkan berjalan dengan sensasi keharuman dan keindahan warna-warni yang memanjakan mata. Bahkan tak peduli kamu berada di sebuah gang dan jalan kecil seperti pasar.
Perjalanan Arva selanjutnya mengadakan games kecil. Di depan toko yang menjual aneka ragam bumbu, herbal, dan cokelat. Ia membagikan kertas dan pensil untuk kita memperbaiki urutan kosa kata yang benar lalu memfoto tiga bumbu dari lima kosa kata bumbu tersebut.
Dengan banyaknya bumbu, saya pun hanya bisa memfoto satu yang benar dari tiga tersebut. Dan pemenangnya mendapatkan sebuah pin istimewa dari Frying Pan.

(Pembuatan roti Cheese Zaatar yang sangat unik dengan tungku panas di bawah. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Cukup lama kami berdiri dan bermain tebak-tebakan bumbu tersebut, dan ini cukup menyenangkan. Dengan keramahan sang empunya toko, kami pun tertarik dengan safron serta cokelat dari susu unta. Dan, yes! It is super delicious.
Jadilah kami berbelanja aneka cokelat serta teh dan safron di tokonya. One of the best shop! Lewat keramahannya, kami jadi tahu puluhan bumbu yang biasa dijadikan pelengkap dalam masakan masyarakat di Dubai.
Pemberhentian berikutnya Arva menawarkan lagi kuliner yang jadi makanan favorit bagi masyarakat sekitar. Jika di Indonesia kamu biasa melihat es campur, begitu pula dengan mereka.
Es dengan campuran serupa bihun putih dicampur dengan sirup rasa jeruk atau Vimto. Rasanya mengigatkan kamu akan es campur dengan kali ini rasa yang berbeda. Garis besarnya, es ini manis dan segar. Di toko kecil Jafer Biman Ali Cafetaria, es terkenal ini bernama Iranian Faluda. Segar banget!
.jpg)
(Aneka herbs yang dijual di sebuah toko. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Setelah berjalan beberapa kilo dan mengudap es dengan sirup Vimto tersebut, kami menyebrang ala warga lokal di tengah muara Dubai dengan Abra. Abra adalah perahu khas Dubai bagi masyarakat sekitar untuk menyeberang dari satu area ke area lainnya.
Dengan hanya membayar AED1 (sekitar Rp4 ribuan) saja kita sudah sampai di area seberang bernama Grand Souq-Bur Dubai. Persinggahan terakhir kami datang ke sebuah resto indah di tepi Dubai Creek. Di restoran Robou Al Yaman Mandi Restaurant dalam makan malam bersama, adalah perjumpaan akhir dengan Arva.
Ia menjelaskan soal bagaimana satu per satu masakan yang datang diolah dan bumbu yang ada di dalamnya. Misalnya rice (nasi), shorba (sup dari kaldu sapi), mulawah dengan habata sauda seeds, zahaweeq (seperti pesto dari tomat), rub (yoghurt), madfoon (daging domba), dan fahsa (sup Yaman terbuat dari irisan daging domba dengan kaldu domba) yang dimakan lumer di mulut.

(Menu makan malam di Robou Al Yaman Mandi Restaurant bersama Frying Pan Adventures. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Menutup perjalanan Arva sempat bercerita tentang bagaimana ia menjadi seorang tour guide. Ia bilang, "Saya dulu bekerja di bidang finance. Saat saya berkeputusan untuk menjadi tour guide orang tua saya sempat mempertanyakan apakah hal tersebut adalah hal yang tepat?" kenang Arva.
Ia lalu bilang. "Jika orang tidak tahu sisi indah kultur, budaya, kuliner masyarakat Dubai, berarti saya tidak membantu kota ini." Sisi indah lainnya juga bisa diraih siapa pun untuk dapat menyelami Dubai. Jadi, tak hanya soal bling-bling yang menyilaukan mata, tapi Dubai dapat direngkuh dalam-dalam sampai ke sisi lainnya.
Terima kasih Frying Pan. Jadi, jangan tinggalkan Dubai, tanpa kamu mencobanya bersama Arva dalam Fryping Pan Adventures.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Ramadan 1445 Hijriah (2024) ini amat berbeda. Atas undangan dari The Department of Economy and Tourism (DET), tim Medcom.id berkesempatan berbuka puasa bersama di Dubai, salah satu kota dengan keberagaman yang paling unik.
Menurut data dari World Population Review, kota Dubai jadi emirat terpadat di UEA. Dengan para pekerja yang datang lebih dari 60 negara, Dubai tersaji dalam pesona kebahagiaan untuk berbagi bersama dalam momen buka puasa bersama.
Melalui DET kami dipertemukan dengan Arva Ahmed seorang Founder dan CEO dari Frying Pan Adventures. Sebuah tur unik sambil berjalan kaki memperkenalkan kultur berbuka puasa bersama dan kuliner setempat yang telah ada sejak 2013. Lewat kemahirannya, ia menyulap kota Dubai untuk menjadikannya sebuah teater kuliner nan indah.
Perjalanan dimulai

(Arva menyiapkan hidangan berbuka puasa dalam tur Frying Pan Adventures. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Perjalanan dimulai dari Gold Souk Gate 1 di Deira. Arva dengan senyum lebarnya memperkenalkan diri kemudian dengan cekatan ia membagikan alat komunikasi yang kita pakai untuk saling terhubung.
Ini ia lakukan karena pada momen Iftar (buka puasa) dan pada tiap kali tur di area yang akan dilalui penuh dengan lalu-lalang orang. Dengan keriuhan dan fase perjalanan yang cepat, komunikasi akan tidak terdengar jika tak memakai alat bantu.
Pemberhentian pertama berada di samping mesjid Bin Ydauh. Arva kemudian berhenti di area tanah lapang berkerikil. Sempat dalam hati bertanya, 'untuk apa kita berhenti di sini? Bukankah lima menit lagi akan buka puasa?'

(Hidangan berbuka puasa bersama. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Sejurus jitu, Arva kemudian meminta bantuan untuk melebarkan terpal miliknya yang digelar tepat bersebelahan dengan lautan manusia yang sudah duduk dengan makanan Iftar. Tepat di depan butik tailor Al Zahiya Al Aneeqa Tailoring and Embroidery dan Abou Khaled - Tailoring & Embroidery kami semua duduk bersama Arva.
Mereka duduk berjajar rapi dan di hadapannya ada Kanji (hidangan berbahan dasar air beras secara tradisional/sup tradisional khas India), tiga buah kurma, satu potong jeruk, satu buah samosa, dan satu buah bhaji.
Tak ketinggalan satu boks susu bertulis Laban Up-minuman sehat dengan komponen probiotik yang sangat baik untuk kesehatan dan membantu mengatur sistem pencernaan. Salah satu yang paling saya sukai yaitu samosa yang begitu gurih dan nikmat serta bhaji yang hadir dengan rasa gurih dan sedikit sentuhan manis. Semuanya sangat sempurna bagi berbuka puasa.
"Allahu Akbar, Alllahu.. Akbar.."
Kumandang indah azan magrib terdengar, lalu semuanya berbuka puasa.

(Berbuka bersama dengan masyarakat sekitar di area Deira, Dubai. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Hebatnya, semangat Iman-sebuah komunitas yang selalu memberikan makanan Iftar gratis bagi area Deira ini begitu rendah hati.
Tak peduli kamu siapa, beragama apa, berkeyakinan apa pun sampai ateis, saat kamu duduk bersama dan ikut dalam Iftar di tempat yang sama, kamu akan diberikan makanan yang sama. Bahkan mereka akan terus menanyakan apakah kita sudah punya makanan untuk berbuka. Iman bahkan memberikan sekitar 5000 makanan berbuka puasa setiap harinya di area Deira, Dubai.
Bagi Arva, semangat berbagi di momen Ramadan ini begitu indah. "Nothing beats Ramadan," katanya singkat.
Dalam nilai Islam yang dituturkan Arva, semua dapat berbagi dan keyakinan indah tersebut tak akan membuat siapa pun berkekurangan. Malah sebaliknya, "Jika kamu berbagi, kamu akan lebih berbahagia..." sambung Arva.

(Iftar dengan masyarakat sekitar di Deira, Dubai. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Buka puasa bersama yang dilakukan dengan sederhana di tengah kota yang bersinar seperti Dubai, tentunya jadi pertanyaan. "Apakah ini Dubai?" "Lalu, mengapa buka puasa di lapang kerikil dan di tangah lautan para pekerja Deira?"
Sejurus jitu, sapaan dan pemberian berbagai makanan itu menancap dalam-dalam di dalam hati. Kebersamaan dalam berbagi itu luar biasa indah.
Salah satu yang ikut berbuka puasa yaitu Abdollah. Seorang pekerja imigran asal Afganistan yang telah bekerja selama 30 tahun di Deira, Dubai mengaku bahwa jika sengaja membeli makanan untuk berbuka puasa, paling tidak ia harus menghabiskan sekitar AED17 (sekitar Rp76 ribu) per hari. Untuk para pekerja kasar seperti dirinya, ia bilang hal tersebut cukup mahal.
Abdollah lalu menyebut, belum lagi ia harus menabung untuk anak dan istrinya. Ia bilang, "Alhamdulillah, berbuka puasa di sini sangat membantunya, agar ia bisa menabung."
Jalan-jalan sambil makan

(Roti bernama Cheese Zaatar dengan minuman Karak. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selesai Iftar dan solat magrib, Arva lalu bersiap-siap membereskan terpal dan membersihkan alat makan piring serta mengajak kami semuanya bergegas untuk wisata kuliner khas di Deira, Dubai.
Tak lama berjalan, kami tiba di sebuah toko mungil tempat berjualan mirip kebab. Bernama Al Shaiba Bakery, Arva memesankan kami Cheese Zaatar yang sangat lezat.
Saat itu ia menerangkan soal bumbu-bumbu yang ada di dalamnya. Salah satu yang sangat saya ingat yaitu zaatar. Paduan rempah yang banyak digunakan di Timur Tengah. Dalam roti pipih (sepintas mirip roti long jhon yang dipipihkan). Disajikan hangat, lalu gigitan pertama saya begitu terpesona. Sulit rasanya menerangkan dengan kata-kata, dan ya, kamu harus mencobanya karena rasanya jauh lebih indah daripada kata-kata ini. Saya jamin!
Lalu Arva datang dan memberikan sebuah cup kecil berisi minuman berwarna coklat kemudaan. Ya, bisa dibilang mirip Milo atau Thai tea. Seruput kecil karena masih panas, minuman itu membuat saya jatuh hati. Ia adalah Karak.
Sebuah minuman dari campuran teh, susu, air, gula, dan kapulaga yang direbus bersama dengan api kecil. Rasa manis yang ringan terasa sentuhan herbal dan sangat cocok berpadu dengan roti zaatar yang kami makan.
Ini menjadikan keindahan lain dari sisi Dubai. Keberagaman budaya ini meraih sisi hati lainnya. Sudah jatuh hati dengan keindahan kotanya, kecanggihannya, ditambah lagi dengan ragam kulinernya yang luar biasa lezat.

(Es segar bernama Iranian Faluda. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Street food pertama yang langsung bikin jatuh hati.
Arva lalu menjelaskan tentang apa-apa saja yang kita lalui. Para pedagang kaftan, baju, scarf, emas, dan aneka bumbu. Melaluinya pun kita diberikan sensasi keelokan dari tatanan rapi bumbu dan keharumannya. Bayangkan berjalan dengan sensasi keharuman dan keindahan warna-warni yang memanjakan mata. Bahkan tak peduli kamu berada di sebuah gang dan jalan kecil seperti pasar.
Perjalanan Arva selanjutnya mengadakan games kecil. Di depan toko yang menjual aneka ragam bumbu, herbal, dan cokelat. Ia membagikan kertas dan pensil untuk kita memperbaiki urutan kosa kata yang benar lalu memfoto tiga bumbu dari lima kosa kata bumbu tersebut.
Dengan banyaknya bumbu, saya pun hanya bisa memfoto satu yang benar dari tiga tersebut. Dan pemenangnya mendapatkan sebuah pin istimewa dari Frying Pan.

(Pembuatan roti Cheese Zaatar yang sangat unik dengan tungku panas di bawah. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Cukup lama kami berdiri dan bermain tebak-tebakan bumbu tersebut, dan ini cukup menyenangkan. Dengan keramahan sang empunya toko, kami pun tertarik dengan safron serta cokelat dari susu unta. Dan, yes! It is super delicious.
Jadilah kami berbelanja aneka cokelat serta teh dan safron di tokonya. One of the best shop! Lewat keramahannya, kami jadi tahu puluhan bumbu yang biasa dijadikan pelengkap dalam masakan masyarakat di Dubai.
Pemberhentian berikutnya Arva menawarkan lagi kuliner yang jadi makanan favorit bagi masyarakat sekitar. Jika di Indonesia kamu biasa melihat es campur, begitu pula dengan mereka.
Es dengan campuran serupa bihun putih dicampur dengan sirup rasa jeruk atau Vimto. Rasanya mengigatkan kamu akan es campur dengan kali ini rasa yang berbeda. Garis besarnya, es ini manis dan segar. Di toko kecil Jafer Biman Ali Cafetaria, es terkenal ini bernama Iranian Faluda. Segar banget!
Makan malam dan penutup
.jpg)
(Aneka herbs yang dijual di sebuah toko. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Setelah berjalan beberapa kilo dan mengudap es dengan sirup Vimto tersebut, kami menyebrang ala warga lokal di tengah muara Dubai dengan Abra. Abra adalah perahu khas Dubai bagi masyarakat sekitar untuk menyeberang dari satu area ke area lainnya.
Dengan hanya membayar AED1 (sekitar Rp4 ribuan) saja kita sudah sampai di area seberang bernama Grand Souq-Bur Dubai. Persinggahan terakhir kami datang ke sebuah resto indah di tepi Dubai Creek. Di restoran Robou Al Yaman Mandi Restaurant dalam makan malam bersama, adalah perjumpaan akhir dengan Arva.
Ia menjelaskan soal bagaimana satu per satu masakan yang datang diolah dan bumbu yang ada di dalamnya. Misalnya rice (nasi), shorba (sup dari kaldu sapi), mulawah dengan habata sauda seeds, zahaweeq (seperti pesto dari tomat), rub (yoghurt), madfoon (daging domba), dan fahsa (sup Yaman terbuat dari irisan daging domba dengan kaldu domba) yang dimakan lumer di mulut.

(Menu makan malam di Robou Al Yaman Mandi Restaurant bersama Frying Pan Adventures. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Menutup perjalanan Arva sempat bercerita tentang bagaimana ia menjadi seorang tour guide. Ia bilang, "Saya dulu bekerja di bidang finance. Saat saya berkeputusan untuk menjadi tour guide orang tua saya sempat mempertanyakan apakah hal tersebut adalah hal yang tepat?" kenang Arva.
Ia lalu bilang. "Jika orang tidak tahu sisi indah kultur, budaya, kuliner masyarakat Dubai, berarti saya tidak membantu kota ini." Sisi indah lainnya juga bisa diraih siapa pun untuk dapat menyelami Dubai. Jadi, tak hanya soal bling-bling yang menyilaukan mata, tapi Dubai dapat direngkuh dalam-dalam sampai ke sisi lainnya.
Terima kasih Frying Pan. Jadi, jangan tinggalkan Dubai, tanpa kamu mencobanya bersama Arva dalam Fryping Pan Adventures.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)