FEATURE
Cerita Air, Tempat di Mana 'Kejujuran dan Keuletan' Bermuara bersama Danone-Aqua
Yatin Suleha
Kamis 13 Juli 2023 / 10:49
Jakarta: Pagi ini (Rabu, 12 Juli 2023), udara dingin menyeruak saat jendela pintu mobil dibuka. Sejuknya menyapa setiap yang melintas. Mobil Hiace melaju hingga tiba di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kami tiba di Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah.
Seperti kata Katon Bagaskara dalam lagu ciptaannya bersama Andre Manika, "Negeri Di Awan", Sebuah lagu.. tentang negeri di awan. Di mana kedamaian menjadi istananya.
Desa Mriyan menjadi bukti gambaran 'Negeri di Awan' lain yang dapat ditemukan di nusantara ini. Dan wajah-wajah ramah penduduk Mriyan, lemparkan senyumnya. Sampaikan salam, 'Selamat Datang'.
Site Visit yang diadakan oleh Danone-Aqua di Desa Mriyan ini membuka awalan hari. Seakan, masuk ke dalam lukisan 'infinity sky', saat berdiri di tanahnya, Mriyan menyatu dengan awan serta puncak dan memandangi Gunung Merbabu yang menyeruak malu dari kejauhan.
Mari mengenali berbagai program binaan Danone-Aqua, Daerah Aliran Sungai (DAS) dari hulu ke hilir. Dari Mriyan sampai Juwiring, mengikuti alur sungai Pusur, di Jawa Tengah. Inilah cerita air yang dituturkan oleh Danone-Aqua, di mana air mengalir sampai jauh.
.jpeg)
(Agroforesti yang didampingi oleh Danone-Aqua. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Air, yang merupakan sumber kehidupan adalah hal substansial dalam kehidupan manusia. Dalam studi The United States Geological Survey (USGS) menyebutkan bahwa sampai dengan 60 persen tubuh manusia dewasa terdiri dari air.
Bahkan menurut Mitchell and others (1945), komposisi otak dan hati sebanyak 75 persennya adalah air. Dalam paru-paru, 83 persennya pun terdapat air. Begitu pula dengan organ terbesar di manusia yaitu kulit, 64 persennya mengandung air.
Studi lain juga menyebutkan, manusia tidak bisa bertahan hidup lebih dari delapan hari tanpa air. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan cairan tubuh merupakan hal yang krusial dan amat penting.
Lalu, kehadiran Aqua sejak berdiri setengah abad yang lalu (1973/ kini berusia 50 tahun) menjadi salah satu hidrasi kemasan yang mampu memenuhi salah satu kebutuhan cairan tubuh. Akan tetapi, benar dengan paparan yang dikemukakan oleh Danone-Aqua, bahwa, "Dampak kesehatan kita, bergantung pada kesehatan planet, manusia dan komunitas."
Sehingga Aqua atau yang disebut dengan Danone-Aqua memiliki core business (inti bisnis) yaitu, air. Menjadi sebuah pemahaman yang substansial, buka Karyanto Wibowo, Direktur Sustainability Development Danone Indonesia, bahwa jika tidak melakukan berbagai hal, pastinya suatu saat air akan berkurang.
Untuk itu, Karyanto memaparkan bahwa, "Pabrik Danone-Aqua Klaten merupakan salah satu bentuk perwujudan operasional perusahaan yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan memberikan dampak sosial yang positif secara luas."
Menurutnya, hal ini sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan yaitu "Danone Impact Journey" yang berfokus pada tiga pilar utama yaitu kesehatan, lingkungan, serta masyarakat dan komunitas dalam menjalankan berbagai upaya keberlanjutan di manapun Danone-Aqua beroperasi, termasuk di Klaten, Jawa Tengah.
.jpeg)
(Pembuatan green house dan pelestarian Anggrek langka, Anggrek Vanda tricolor yang akan dikembalikan lagi di lereng bukit Gunung Merapi. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selain membuka Taman Kehati-yang berdiri sejak 2009 di Klaten, sebagai taman keanekaragaman hayati dengan luas 156 hektar, bagian hulu atau awal berada di Desa Mriyan, Boyolali. Desa yang berdiri di area Gunung Merapi ini, mendapatkan pendampingan dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Karanganyar dan PT. Tirta Investama (Danone-Aqua).
Kepala Desa Mriyan, Suwandi mengatakan dampingan Aqua sudah berjalan dengan baik, sejak penanaman alpukat, cengkih, serta kopi. "Terima kasih kepada Danone Indonesia beserta mitra kerjanya yang selama ini sudah mendampingi kegiatan di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan dari tahun 2016," buka Suwandi.
Kegiatan konservasi vegetatif, penanaman buah alpukat, cengkih dan sebagainya. Dan di tahun 2017 penanaman kopi dilakukan. Termasuk pupuk, Pemuda untuk Pemberdayaan Budi Daya Anggrek, Sekar Dewani-kelompok penanaman tanaman Krisan. Selain itu terdapat pula pengelolaan air hujan yang ditampung dalam PAH (Penampungan Air Hujan) yang merupakan pendampingan konservasi teknik sipil yang juga dilakukan oleh Danone-Aqua bagi masyarakat sekitar di Desa Mriyan.
Karyanto menerangkan, menjaga air di hulu ke hilir adalah hal penting. Diawai dari Dukuh Gumuk, Desa Mriyan yang merupakan bagian hulu, adalah lokasi recharge area daerah penangkapan air awal. Selanjutnya juga mengalir ke bawah yaitu Klaten dan Solo.
.jpeg)
(Terdapat juga Automatic Weather Station, yaitu stasiun cuaca otomatis yang di desain untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter meteorologi secara otomatis dampingan Danone-Aqua. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
"Ini adalah salah satu recahrge area dari Aqua, jadi air yang keluar dari sumber. Awal mula itu di sini, kemudian mengalir lewat aquariver mengalir sampai ke sana. Di daerah sini (Mriyan) kita sebut Sub DAS (Sub Daerah Aliran Sungai) Pusur/Sungai Pusur yang merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo. Jadi, ini adalah hulu dari DAS Bengawan Solo. Salah satu hulunya di sini," buka Karyanto.
Ada tiga hulu sungai dari Desa Mriyan yaitu bagian tengah adalah Pusur yang mengalir sampai Taman Kehati, Sungai Brambang, dan Sungai Soka. "Yang menarik, kita melakukan riset beberapa tahun yang lalu yang melibatkan UGM dan salah satu universitas dari Prancis, mereka melakukan studi dan mengetahui karakteristik dari Sub DAS ini. Jadi kita mengetahui daya dukung, recycle-nya, kita mengetahui daerah resapan airnya berapa, meresapnya bagaimana dan lain sebagainya," jelas Karyanto.
Karyanto melanjutkan, yang unik di Mriyan adalah air meresap ke dalam tanah aqua river spesisik lewat sungai-sungai di atas tadi. "Tetapi hulu sungai Pusur, sungai itu hanya dialiri air pada waktu musim hujan. Begitu musim hujan selesai air itu kering kurang lebih sampai daerah Mundu. Kurang lebih sekitar 10 km dari sini (Mriyan)."
"Jadi, sungai di daerah ini memegang peranan yang sangat penting untuk air meresap ke dalam tanah. Sehingga inisiatif konservasi yang harus dilakukan itu salah satunya adalah menjaga sungai. Sehingga apa yang kita lakukan konservasi untuk menjaga sungai, salah satunya menjaga run off, jadi menjaga tanah itu masuk ke dalam sungai. Karena apa? Karena butiran-butiran itu bisa membentuk pori-pori di sungai sehingga menghambat air itu masuk ke dalam tanah," jelas Karyanto.

(Teh Piles dan Gumuk Kopi dalam Kedai Kopi Gumuk. Teh Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selain konservasi air yang dilakukan Danone-Aqua, hal lain yang juga dilakukan yaitu agroforestri di lereng bukit Desa Mriyan. Sistem agroforestri di Indonesia juga dikenal dengan istilah wanatani yaitu “wana/hutan” dan “tani yaitu bertani”.
Kegiatan bercocok tanam sambil berkebun dan beternak. Sistem tersbut dapat berisi tanaman holtikultura atau tegakan hutan di pekarangan atau lahan kosong yang ada di rumah. Beberapa tanaman seperti kopi, jeruk, mawar, termasuk tanaman Indigofera, yang merupakan tanaman untuk makan ternak. Tanaman tersebut baik untuk ternak sapi potong, sapi perah hingga kambing. Kemudian komposnya juga didapat dari hewan ternak tersebut untuk menyuburkan kembali berbagai tanaman ini.
Pemanfaatan lain yang lebih beragam, menjadi upaya manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan sosial, ekonomi serta budaya masyarakat.
Selain membantu budi daya tanaman anggrek langka yang dilindungi yaitu Anggrek Vanda tricolor yang hanya tumbuh di Gunung Merapi, pemanfaatan lahan dengan tanaman mawar serta teh juga kopi yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Mriyan juga menjadi komoditi dari Desa Mriyan.
.jpeg)
(Kedai Kopi Gumuk di Desa Mriyan. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Salah satu yang menyediakan kopi khas Desa Mriyan yaitu kedai Kopi Gumuk. Tertulis, "Keno iwake ojo nganti buthek banyune" yang artinya berusahalah mencapai tujuan tanpa menimbulkan kerusakan di papan tempat para barista yang asli merupakan penduduk sekitar, kedai sederhana ini menyuguhkan Teh Piles, yang memiliki keharuman earthy dan rasa teh khas Jawa yang khas. Dan kopi bertajuk "Gumuk Coffee" jadi salah satu kuliner kopi yang wajib dicoba.
Khas terasa kopi dengan sentuhan soft fruity dan asam namun tidak menyengat. Tersaji dengan kacang dan pisang kepok rebus, seruputnya menjadi lebih indah dengan hamparan langit yang seakan menyatu dengan desa. Gastronomo kuliner kearifan lokal yang sederhana namun membahagiakan.
Parli, salah satu barista dalam kedai Kopi Gumuk mengatakan, "(Baik) kopi maupun teh, katakanlah belum kesorot dari daerah-daerah lain. Tapi sekarang dari Aqua sekarang kita bisa dikenal di (daerah) dan negara lain," beber sang barista yang kegiatan sehari-harinya juga petani agroforestri di sekitar Desa Mriyan. Keinginannya sederhana kopinya ingin maju serta masyarakat sejahteran. "Katakanlah kopi di sini pengin maju, pengin sejahtera. Dapat dengan ekonomi itu, petani sini mayoritas meningkatlah," ungkap Parli.
Ia juga punya cita-cita besar bahwa daerahnya juga dapat menjadi kawasan sport toursim atau berwisata sekaligus berkuliner di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, yang menyajikan pemandangan indah dengan kekayaan alamnya serta kuliner kearifan lokal yang jadi ciri khas Mriyan yang nikmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Seperti kata Katon Bagaskara dalam lagu ciptaannya bersama Andre Manika, "Negeri Di Awan", Sebuah lagu.. tentang negeri di awan. Di mana kedamaian menjadi istananya.
Desa Mriyan menjadi bukti gambaran 'Negeri di Awan' lain yang dapat ditemukan di nusantara ini. Dan wajah-wajah ramah penduduk Mriyan, lemparkan senyumnya. Sampaikan salam, 'Selamat Datang'.
Site Visit yang diadakan oleh Danone-Aqua di Desa Mriyan ini membuka awalan hari. Seakan, masuk ke dalam lukisan 'infinity sky', saat berdiri di tanahnya, Mriyan menyatu dengan awan serta puncak dan memandangi Gunung Merbabu yang menyeruak malu dari kejauhan.
Mari mengenali berbagai program binaan Danone-Aqua, Daerah Aliran Sungai (DAS) dari hulu ke hilir. Dari Mriyan sampai Juwiring, mengikuti alur sungai Pusur, di Jawa Tengah. Inilah cerita air yang dituturkan oleh Danone-Aqua, di mana air mengalir sampai jauh.
'Ambisi' Danone-Aqua
.jpeg)
(Agroforesti yang didampingi oleh Danone-Aqua. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Air, yang merupakan sumber kehidupan adalah hal substansial dalam kehidupan manusia. Dalam studi The United States Geological Survey (USGS) menyebutkan bahwa sampai dengan 60 persen tubuh manusia dewasa terdiri dari air.
Bahkan menurut Mitchell and others (1945), komposisi otak dan hati sebanyak 75 persennya adalah air. Dalam paru-paru, 83 persennya pun terdapat air. Begitu pula dengan organ terbesar di manusia yaitu kulit, 64 persennya mengandung air.
Studi lain juga menyebutkan, manusia tidak bisa bertahan hidup lebih dari delapan hari tanpa air. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan cairan tubuh merupakan hal yang krusial dan amat penting.
Lalu, kehadiran Aqua sejak berdiri setengah abad yang lalu (1973/ kini berusia 50 tahun) menjadi salah satu hidrasi kemasan yang mampu memenuhi salah satu kebutuhan cairan tubuh. Akan tetapi, benar dengan paparan yang dikemukakan oleh Danone-Aqua, bahwa, "Dampak kesehatan kita, bergantung pada kesehatan planet, manusia dan komunitas."
Sehingga Aqua atau yang disebut dengan Danone-Aqua memiliki core business (inti bisnis) yaitu, air. Menjadi sebuah pemahaman yang substansial, buka Karyanto Wibowo, Direktur Sustainability Development Danone Indonesia, bahwa jika tidak melakukan berbagai hal, pastinya suatu saat air akan berkurang.
Untuk itu, Karyanto memaparkan bahwa, "Pabrik Danone-Aqua Klaten merupakan salah satu bentuk perwujudan operasional perusahaan yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan memberikan dampak sosial yang positif secara luas."
Menurutnya, hal ini sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan yaitu "Danone Impact Journey" yang berfokus pada tiga pilar utama yaitu kesehatan, lingkungan, serta masyarakat dan komunitas dalam menjalankan berbagai upaya keberlanjutan di manapun Danone-Aqua beroperasi, termasuk di Klaten, Jawa Tengah.
Apa saja yang dilakukan Danone-Aqua di hulu?
.jpeg)
(Pembuatan green house dan pelestarian Anggrek langka, Anggrek Vanda tricolor yang akan dikembalikan lagi di lereng bukit Gunung Merapi. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selain membuka Taman Kehati-yang berdiri sejak 2009 di Klaten, sebagai taman keanekaragaman hayati dengan luas 156 hektar, bagian hulu atau awal berada di Desa Mriyan, Boyolali. Desa yang berdiri di area Gunung Merapi ini, mendapatkan pendampingan dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Karanganyar dan PT. Tirta Investama (Danone-Aqua).
Kepala Desa Mriyan, Suwandi mengatakan dampingan Aqua sudah berjalan dengan baik, sejak penanaman alpukat, cengkih, serta kopi. "Terima kasih kepada Danone Indonesia beserta mitra kerjanya yang selama ini sudah mendampingi kegiatan di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan dari tahun 2016," buka Suwandi.
Kegiatan konservasi vegetatif, penanaman buah alpukat, cengkih dan sebagainya. Dan di tahun 2017 penanaman kopi dilakukan. Termasuk pupuk, Pemuda untuk Pemberdayaan Budi Daya Anggrek, Sekar Dewani-kelompok penanaman tanaman Krisan. Selain itu terdapat pula pengelolaan air hujan yang ditampung dalam PAH (Penampungan Air Hujan) yang merupakan pendampingan konservasi teknik sipil yang juga dilakukan oleh Danone-Aqua bagi masyarakat sekitar di Desa Mriyan.
Karyanto menerangkan, menjaga air di hulu ke hilir adalah hal penting. Diawai dari Dukuh Gumuk, Desa Mriyan yang merupakan bagian hulu, adalah lokasi recharge area daerah penangkapan air awal. Selanjutnya juga mengalir ke bawah yaitu Klaten dan Solo.
.jpeg)
(Terdapat juga Automatic Weather Station, yaitu stasiun cuaca otomatis yang di desain untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter meteorologi secara otomatis dampingan Danone-Aqua. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
"Ini adalah salah satu recahrge area dari Aqua, jadi air yang keluar dari sumber. Awal mula itu di sini, kemudian mengalir lewat aquariver mengalir sampai ke sana. Di daerah sini (Mriyan) kita sebut Sub DAS (Sub Daerah Aliran Sungai) Pusur/Sungai Pusur yang merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo. Jadi, ini adalah hulu dari DAS Bengawan Solo. Salah satu hulunya di sini," buka Karyanto.
Ada tiga hulu sungai dari Desa Mriyan yaitu bagian tengah adalah Pusur yang mengalir sampai Taman Kehati, Sungai Brambang, dan Sungai Soka. "Yang menarik, kita melakukan riset beberapa tahun yang lalu yang melibatkan UGM dan salah satu universitas dari Prancis, mereka melakukan studi dan mengetahui karakteristik dari Sub DAS ini. Jadi kita mengetahui daya dukung, recycle-nya, kita mengetahui daerah resapan airnya berapa, meresapnya bagaimana dan lain sebagainya," jelas Karyanto.
Karyanto melanjutkan, yang unik di Mriyan adalah air meresap ke dalam tanah aqua river spesisik lewat sungai-sungai di atas tadi. "Tetapi hulu sungai Pusur, sungai itu hanya dialiri air pada waktu musim hujan. Begitu musim hujan selesai air itu kering kurang lebih sampai daerah Mundu. Kurang lebih sekitar 10 km dari sini (Mriyan)."
"Jadi, sungai di daerah ini memegang peranan yang sangat penting untuk air meresap ke dalam tanah. Sehingga inisiatif konservasi yang harus dilakukan itu salah satunya adalah menjaga sungai. Sehingga apa yang kita lakukan konservasi untuk menjaga sungai, salah satunya menjaga run off, jadi menjaga tanah itu masuk ke dalam sungai. Karena apa? Karena butiran-butiran itu bisa membentuk pori-pori di sungai sehingga menghambat air itu masuk ke dalam tanah," jelas Karyanto.
Agroforestri, dan nikmatnya teh serta kopi Desa Mriyan

(Teh Piles dan Gumuk Kopi dalam Kedai Kopi Gumuk. Teh Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Selain konservasi air yang dilakukan Danone-Aqua, hal lain yang juga dilakukan yaitu agroforestri di lereng bukit Desa Mriyan. Sistem agroforestri di Indonesia juga dikenal dengan istilah wanatani yaitu “wana/hutan” dan “tani yaitu bertani”.
Kegiatan bercocok tanam sambil berkebun dan beternak. Sistem tersbut dapat berisi tanaman holtikultura atau tegakan hutan di pekarangan atau lahan kosong yang ada di rumah. Beberapa tanaman seperti kopi, jeruk, mawar, termasuk tanaman Indigofera, yang merupakan tanaman untuk makan ternak. Tanaman tersebut baik untuk ternak sapi potong, sapi perah hingga kambing. Kemudian komposnya juga didapat dari hewan ternak tersebut untuk menyuburkan kembali berbagai tanaman ini.
Pemanfaatan lain yang lebih beragam, menjadi upaya manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan sosial, ekonomi serta budaya masyarakat.
Selain membantu budi daya tanaman anggrek langka yang dilindungi yaitu Anggrek Vanda tricolor yang hanya tumbuh di Gunung Merapi, pemanfaatan lahan dengan tanaman mawar serta teh juga kopi yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Mriyan juga menjadi komoditi dari Desa Mriyan.
.jpeg)
(Kedai Kopi Gumuk di Desa Mriyan. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Salah satu yang menyediakan kopi khas Desa Mriyan yaitu kedai Kopi Gumuk. Tertulis, "Keno iwake ojo nganti buthek banyune" yang artinya berusahalah mencapai tujuan tanpa menimbulkan kerusakan di papan tempat para barista yang asli merupakan penduduk sekitar, kedai sederhana ini menyuguhkan Teh Piles, yang memiliki keharuman earthy dan rasa teh khas Jawa yang khas. Dan kopi bertajuk "Gumuk Coffee" jadi salah satu kuliner kopi yang wajib dicoba.
Khas terasa kopi dengan sentuhan soft fruity dan asam namun tidak menyengat. Tersaji dengan kacang dan pisang kepok rebus, seruputnya menjadi lebih indah dengan hamparan langit yang seakan menyatu dengan desa. Gastronomo kuliner kearifan lokal yang sederhana namun membahagiakan.
Parli, salah satu barista dalam kedai Kopi Gumuk mengatakan, "(Baik) kopi maupun teh, katakanlah belum kesorot dari daerah-daerah lain. Tapi sekarang dari Aqua sekarang kita bisa dikenal di (daerah) dan negara lain," beber sang barista yang kegiatan sehari-harinya juga petani agroforestri di sekitar Desa Mriyan. Keinginannya sederhana kopinya ingin maju serta masyarakat sejahteran. "Katakanlah kopi di sini pengin maju, pengin sejahtera. Dapat dengan ekonomi itu, petani sini mayoritas meningkatlah," ungkap Parli.
Ia juga punya cita-cita besar bahwa daerahnya juga dapat menjadi kawasan sport toursim atau berwisata sekaligus berkuliner di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, yang menyajikan pemandangan indah dengan kekayaan alamnya serta kuliner kearifan lokal yang jadi ciri khas Mriyan yang nikmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)