FEATURE

Liestiani Anisa, Si Milenial yang Sukses Berbisnis Endorsement Artis

Yatin Suleha
Rabu 27 Januari 2021 / 22:01
Jakarta: Siapa yang tidak tahu Instagram. Platform media sosial yang lahir pada 6 Oktober 2010 ini kini merupakan salah satu leading dalam dunia digital. Platform yang memfokuskan pada foto dan video dengan ragam like serta komentar ini memang paling asyik buat memamerkan foto-foto atau video editan pribadi.

Selain banyak yang memakai untuk selfie, banyak juga yang menggunakannya untuk berbisnis. Coba saja sebut bisnis kue, bisnis baju, bisnis jualan tanaman, hingga endorsement. Malahan platform ini bisa digunakan para customer untuk berbelanja selain di e-commerce.

Salah satu yang menggunakannya untuk berbisnis yaitu Liestiani Anisa. Milenial yang cantik ini terbilang sukses di usia muda pasalnya ia sudah mampu mengumpulkan pundi-pundi Rupiahnya dengan sukses mempromosikan 12.000 produk online shop serta berbagai brand.

Ia juga sukses memasarkan jasa endorsement artis. Icha, sapaan akrabnya mengakui hal ini tak lepas dari pesona dan popularitas sang artis yang bisa membuat orang tertarik atau penasaran hingga akhirnya mau membeli sebuah produk. Artis tersebut biasanya berada dalam manajemen artis. 

Icha membawahi sebuah manajemen bernama Tutu Management (Tutu). Manajemen artis yang dimiliki wanita muda ini memiliki puluhan artis papan atas dan influencer sosial media yang bernaung di manajemennya. 

Sebut saja ada Anissa Pohan, Nia Ramadhani, dan Syahnaz Sadiqah. Dan sejak berdiri tahun 2015, Icha membawa Tutu dipakai jasanya oleh lebih dari 12.000 online shop maupun brand.



(Icha menikmati semua proses dalam bisnisnya hingga kini. Foto: Instagram Liestiani Anisa/@chaliesti)
 

Kunci sukses yaitu menikmati proses


Menurut Icha, kunci sukses dalam menjalani bisnis ialah menikmati prosesnya. Karena bisnis yang ia jalani saat ini merupakan hasil dari proses yang panjang. Mula-mula Icha menjalani bisnis online shop baju anak di tahun 2013, lalu berkembang menjadi manajemen artis di tahun 2015 berkat pengalamannya menjalani bisnis online shop dan mengenal sejumlah artis saat masih jadi karyawan. 

"Jadi, awalnya itu saat barang online shop saya dipromosikan oleh artis yang saya kenal. Saya minta tolong mereka dan mereka mau. Waktu itu tidak bayar, kami hanya barter barang aja karena saat itu belum ada juga istilah endorsement, dan Instagram pun masih baru muncul. 

Nah, melihat akun online shop saya dipromosiin artis, teman-teman saya yang merupakan pemilik online shop pun pada nanya ke saya di mana saat itu pemilik online shop ada Line Group-nya, dan mereka minta dibantu dipromosikan juga seperti itu, dan permintaan itu datang berkali-kali. 

Dari sanalah saya melihat peluang (baru) ini, dan saya coba jalanin," kata Icha seperti dilihat di postingan Instagram @chaliesti, baru-baru ini.

“So, semuanya by process ya. Karena, sejujurnya, saya itu tipe orang yang easy going. Lihat aja ada masa tiga tahun waktu antara saya menjalani online shop sampai membuat perusahaan. Di mana di tiga tahun itu mengurus online shop-endorsement disambi menjadi karyawan. Itu, proses. Mungkin kalau tidak begitu jalannya, kalau saya langsung membuat perusahaan, mental saya belum tentu siap,” tambahnya.

Menikmati proses itu pula yang makin membuat Icha mengenal dunia digital, dan kini ia tak hanya “mengurusi” soal endorse artis tapi juga digital marketing untuk usaha UMKM maupun brand, antara lain strategi kampanye, social media ads, konten produksi sampai ke pengelolaan sosial media. 


endorsement
(Icha mengakui berbagai faktor bisa menjadi daya pikat di Instagram contohnya kualitas foto yang baik dan copywriting yang menarik. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
 

Faktor lain agar orang beli produk


Menurut Icha ada faktor lain produk terbeli atau tidak. Hal ini karena endorse artis bukan solusi semua dari peningkatan penjualan. “Contohnya, kualitas foto belum bagus, copywriting-nya enggak bikin engange orang, atau desain feed IG-nya acak-acakan,” urai Icha.

Wanita asal Bogor ini juga bercerita bisnisnya sempat terganggu saat pandemi covid-19. Meski kata orang bidang pekerjaan di ranah digital meraup banyak keuntungan, tapi saat itu faktanya tak ada order proyek baru di awal pandemi. 

Justru Icha malah mengorek tabungan pribadinya dalam-dalam agar operasionalnya bisa tetap berjalan dan membayar 15 orang yang bekerja padanya. 

Baru di awal semester kedua 2020 Icha bisa bernapas agak lega. Bisnisnya mulai membaik. Karena di masa itu pemilik online shop sudah kembali melakukan promosi, dan juga berkat Icha “jemput bola” dengan melakukan pendekatan persuasif-optimis ke para pemilik online shop agar tetap melakukan promosi.

“Sebab kalau diam juga di masa pandemi, merupakan langkah yang kurang bijak. Karena demand terhadap suatu produk sebenarnya tetap ada, hanya saja cara bertransaksinya yang berubah,” terang wanita kelahiran 22 April 1989 ini. 

Dengan demikian, kata Icha, melakukan promosi tetap diperlukan agar produk bisa terjual. Apalagi jika pengemasan promosinya menarik atau unik, maka dengan mudah produk bisa diserap pasar.

“Saat itu, saya yakinkan hal itu, lalu mereka mau coba. Dan saya bersyukur analisis saya terbukti. Pemilik online shop mengaku penjualan usaha mereka meningkat, mulai dari jilbab, baju, kosmetik, kebutuhan bayi dan mereka mengaku sekarang sudah bisa bounce back,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH