FEATURE

Kisah Inspiratif Dokter Tanpa Kaki Layani Ribuan Pasien di Pegunungan China

Kumara Anggita
Jumat 15 Mei 2020 / 10:45

Jakarta: Menjadi seorang penolong bagi masyarakat adalah sebuah tindakan mulia yang semua orang seharusnya bisa melakukannya. Tak peduli bagaimana keadaan kita, menjadi orang yang berguna untuk orang lain adalah sebuah pilihan hidup.

Seperti yang dilakukan seorang wanita di daerah pegunungan China ini. Ia adalah Li Juhong yang saat ini bekerja sebagai dokter walaupun tak memiliki kaki.

Dilansir dari Great Big Story, Li Juhong yang berumur 38 tahun dan tinggal di Kampung Wadian, Desa Qingping, Distrik Hachuan, China ini bercerita awal mula mengapa dia tak memiliki kaki. 

Kedua kaki Li terpaksa diamputasi karena kecelakaan lalu lintas pada Maret 1983 sore. Ia yang kala itu masih berusia 4 tahun sedang dalam perjalanan ke sekolah ditabrak sebuah truk besar dan terjebak di bawahnya.
Suatu hari dia kecelakaan dan momen itu membuat dia merasa begitu menderita, karena kakinya harus diamputasi. 

“Aku kehilangan kaki saat umurku 4 tahun. Aku kecelakaan, yang membuat aku sangat merasa sakit,” kenangnya. 

embed

(Ia adalah Li Juhong yang saat ini bekerja sebagai dokter walaupun tak memiliki kaki. Foto: Dok. Youtube/ Great Big Story)

Setelah amputasi, dia hanya memiliki sisa bagian bawah tubuhya kurang dari 3 cm, seperti diberitakan situs people.cn. Ketika berusia 8 tahun, ia belajar berjalan menggunakan tangan dengan bertumpu pada seluruh bagian atas tubuhnya serta memakai bangku kayu. Ia merasakan sakit, namun dari situlah semangat membantu sesamanya timbul.

Kejadian itu begitu memukulnya hingga dia memutuskan untuk menjadi seorang dokter di mana dia bisa membantu orang-orang yang merasa sakit seperti apa yang dirasakan waktu kecil.

“Mengingat sakit yang saya alami saat kecil, saya berharap bisa membantu orang yang merasakan sakit juga. Menjadi dokter adalah mimpiku,” ungkapnya.

Pada tahun 2000, setelah belajar di sekolah kejuruan khusus selama 4 tahun, Li mendapat gelar. Dia mulai bekerja di sebuah klinik medis di Wadian Village, di Chongqing Municipality, barat daya China, pada tahun berikutnya.

embed

(Pasien Li mayoritas berusia lebih dari 60 tahun. Pada sore hari, ia biasa mengunjungi para lanjut usia (lansia) itu meski melewati jalan terjal di daerah pegunungan. Foto: Dok. Amazon.uk)

Apa yang dicita-citakan pun terkabul, sekarang Li bekerja di kampung yang kecil di mana ia bertanggungjawab bekerja di klinik dan datang langsung ke pasien.

“Saya punya dua jenis pekerjaan yaitu kerja di klinik dan mengunjungi pasien di rumah, ada dua kampung yang berisi sekitar 2.000 orang di mana saya bertanggungjawab di sana,” jelasnya.

Dia bekerja dengan keras mengingat banyak pasien yang harus dibantunya. Terkadang dia harus bekerja di luar jam kerjanya.

“Dokter kampung seperti saya tidak punya waktu kerja yang pasti. Beberapa orang datang jam 6 pagi atau 7 karena mereka harus kerja lebih awal. Bahkan setelah saya bekerja, setelah jam 8 atau 9 atau 10, beberapa tetap datang pada saya,” tambahnya.

Didukung sang suami 

Li Juhong telah mengabdi menjadi dokter desa selama 15 tahun, dan melayani panggilan dari rumah ke rumah. Selama itu pula ia berganti bangku kayu berulang kali. Sampai saat ini sudah 30 bangku kayu yang ia pakai untuk mobilisasi. 

Beruntung Li memiliki suami yang setia dan memahami niat tulus istrinya. Liu Xingyang (akrab disapa Xing), berhenti bekerja agar bisa membantu pekerjaan rumah dan istrinya. 

Xing dengan setia menggendong Li di punggungnya ke klinik, yang berjarak 500 meter dari rumah. Sebab dibutuhkan waktu lebih dari setengah jam untuk Li berjalan ke klinik menggunakan bangku kayu.

“Saya mengendarai sepeda roda tiga atau kursi roda di kampung bila kondisi jalanan memungkinkan. Bila terlalu sulit, suamiku akan membantuku (gendong),” tuturnya. 

embed

(Sang suami, Xing dengan setia menggendong Li di punggungnya ke klinik, yang berjarak 500 meter dari rumah. Foto: Dok. Youtube/ Great Big Story)

Li merasa bahwa usahanya ini sepadan karena dia tahu dia telah membantu banyak orang merasa lebih baik. Sesuai dengan apa yang diharapkan sejak kecil. Banyak dari pasiennya yang memberikan gestur emosional dan dia sangat menghargai itu.

“Ketika mereka melihat saya, mereka selalu berterima kasih. Kadang mereka memberikan sayur atau buah yang mereka tanam sendiri sebagai hadiah. Mereka bilang ‘terima kasih banyak, kamu sudah bekerja keras’,” lanjutnya.

Walaupun tak memiliki kaki, Li juhong merasa bahagia. Ini karena dia sudah melayani masyarakat sekaligus mengerjakan apa yang dia inginkan. Dalam 15 tahun mengabdi, Li sudah merawat lebih dari 1.000 orang dari 300 rumah tangga di Desa Wadian.

Pasien Li mayoritas berusia lebih dari 60 tahun. Pada sore hari, ia biasa mengunjungi para lanjut usia (lansia) itu meski melewati jalan terjal di daerah pegunungan. Salut!



Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH