FEATURE

Edi Sukro Petani Banyuwangi yang Sukses Menanam Melon Davina F1

Yatin Suleha
Jumat 19 September 2025 / 16:08
Jakarta: Di Banyuwangi, Jawa Timur, sosok Edi Sukro atau akrab dipanggil Mas Edi dikenal sebagai petani muda yang tekun, ulet, sekaligus mau berbagi ilmu dengan sesama.  

Di usianya yang relatif masih muda, yaitu 35 tahun, Edi telah menekuni dunia pertanian sejak tahun 2009. Dengan modal ilmu dari orang tua yang lebih dulu berkecimpung di dunia tani, ia kini menjadi panutan bagi banyak petani muda di sekitarnya.

Baca juga: Mengingat Tragedi Mei 1998, Sampaikan Terus Gaungkan Perjuangan, Meski Hanya via Medsos

Sejak awal menekuni pertanian, Edi mengelola lahan seluas 0,8 hektar dengan fokus pada dua komoditas utama, yaitu melon dan semangka.  

Pilihan tersebut ia ambil karena selain memiliki peluang pasar yang bagus, keduanya juga memberi tantangan tersendiri dalam hal perawatan dan ketekunan.  

Salah satu pengalaman yang paling berkesan baginya adalah saat menanam Melon Davina F1. Dari sekian banyak pengalaman, menanam Melon Davina F1 adalah momen yang paling membekas, karena dari hasil panen tersebut, ia bisa menambah modal untuk memperluas usahanya. 


(Edi juga pernah tampil di farmer field day bersama petani sekitar hingga diundang sebagai pembicara pada expo pertanian berskala nasional yang digelar perusahaan benih multinasional. Foto: Dok. Istimewa)

Bagi Edi, pencapaian itu menjadi bukti nyata bahwa kerja keras di dunia pertanian bisa mengubah hidup secara nyata.  

Namun, keberhasilan finansial bukanlah satu-satunya yang membuat Edi dihargai. Lebih dari itu, ia dikenal karena semangatnya berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama petani. 

Dalam beberapa kali pertemuan di lahannya, Edi mengundang puluhan petani sekaligus untuk belajar bersama. Tak jarang, lebih dari 80 hingga 100 orang hadir mendengarkan pengalamannya, bertukar cerita, dan mempraktikkan tips budidaya yang ia bagikan. 

Pertemuan-pertemuan ini menjadikan lahannya bukan sekadar tempat menanam, melainkan pusat belajar yang menginspirasi banyak petani. Hingga kini, telah ada sekitar 50 petani  mengikuti saran dan langkahnya.

Selain melalui bimbingan langsung, Edi juga aktif dalam forum dan komunitas pertanian. Ia tak segan berbagi pengalaman budidaya, berbicara di hadapan rekan-rekan petani. 

Ia pernah tampil di farmer field day bersama petani sekitar, berbagi tips budidaya di forum petani melon, hingga diundang sebagai pembicara pada expo pertanian berskala nasional yang digelar perusahaan benih multinasional.

Atas kiprah dan kontribusinya tersebut, Edi mendapat penghargaan sebagai salah satu Master Panen dari Cap Panah Merah. Gelar ini bukan semata-mata karena hasil panen yang ia raih melainkan juga karena ia aktif berbagi ilmu di lahan maupun forum, mengajak sesama meniru praktek budidaya yang baik, terlibat dalam komunitas pertanian, serta memiliki pengaruh positif di lingkungannya

Edi juga pernah diundang ke Learning Farm Cap Panah Merah, fasilitas pelatihan pertanian yang memadukan praktik lapangan, teknologi terkini, dan bimbingan profesional untuk membantu petani meningkatkan pengetahuan, efisiensi, serta produktivitas panen.

Di sana ia pun berkesempatan berbagi pengalaman dan praktik budidaya yang ia jalankan, sehingga pengetahuan yang ia miliki bisa menjangkau lebih banyak petani dari berbagai daerah.

Baca juga: Azka, Si Kecil 'Jagoan' Kesenian Tanjidor dari Pusaka Tiga Saudara

Edi menambahkan, “Bagi saya bertani bukan hanya sekedar pekerjaan, tapi sudah menjadi jalan hidup saya yang penuh makna.” Dari lahan melon dan semangka yang ia kelola, ia membuktikan bahwa seorang petani muda bisa menjadi agen perubahan, tidak hanya menghasilkan panen, tetapi juga menyemai ilmu, menumbuhkan semangat, dan menginspirasi banyak orang di sekitarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH