FAMILY
Kian Mengkhawatirkan, Ini 5 Dampak Media Sosial Terhadap Remaja
Aulia Putriningtias
Kamis 17 April 2025 / 20:02
Jakarta: Anak muda zaman kini memang tidak bisa dihindarkan dari paparan media sosial. Data dari Universitas Airlangga, 90 persen remaja menggunakan media sosial pada usia 13-17 tahun, dan menggunakan setidaknya satu jenis media sosial.
Media sosial menjadi salah satu kanal dalam menghubungi satu dengan hal lainnya. Berbagai hiburan dalam berbentuk gambar, suara, dan video menjadi daya tarik dan berujung terhadap kecanduan bagi para remaja.
Meskipun media sosial memang menjadi tempat yang berguna dalam mencari teman maupun informasi, tetapi dampak negatifnya juga dapat terasa. Terutama, bagi anak-anak dan remaja yang masih belum memiliki kesempurnaan dalam mengelola emosional.
Baca juga: Juvenile Delinquency, Ketika Kenakalan Anak Sudah Mengarah pada Kriminal
Psikiater Dr. Shaunak Ajinkya dalam HealthShots pun mengungkapkan bagaimana media sosial memengaruhi anak-anak dan remaja. Adapun beberapa dampak negatif dari peran mrdia sosial, antara lain:
Perundungan terjadi melalui perangkat elektronik dan telah menjadi masalah yang meluas di kalangan remaja saat ini. Prevalensi anak-anak dan remaja yang menjadi korban perundungan siber di seluruh dunia berkisar antara 13,99 hingga 57,5 ??persen, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers.
Sering kali hal tersebut bersifat halus, tersirat, dan terselubung di balik emoji, bahasa gaul, atau sarkasme. Ini mungkin tampak tidak berbahaya bagi orang-orang, khususnya orang dewasa yang tidak familier dengan maknanya. Namun, sebenarnya ini sangat berbahaya.
Salah satu dampak media sosial pada remaja adalah terlalu banyak interaksi daring dapat mengurangi hubungan di dunia nyata. Remaja mungkin merasa sulit untuk mengekspresikan emosi secara langsung atau merasa benar-benar didengarkan.
Meskipun terus-menerus 'terhubung', banyak remaja mungkin merasa terisolasi secara emosional dan kesepian. Jadi, tetap penting untuk berhubungan secara langsung sesama manusia.
Media sosial memberi penekanan signifikan pada penampilan fisik, sering kali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis. Remaja sering kali terpapar pada gambar yang difilter dan diedit yang menciptakan ilusi kesempurnaan yang salah.
Paparan ini memicu perbandingan sosial yang berfokus pada penampilan. Hal inilah yang sering kali menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh, atau masalah citra tubuh di kalangan remaja.
Salah satu dampak media sosial terhadap remaja adalah dapat memengaruhi kualitas tidur mereka. Tidur yang cukup sangat penting untuk perkembangan remaja yang sehat.
Namun, penggunaan media sosial dapat menyebabkan gangguan tidur pada kelompok usia ini. Salah satu faktor utamanya adalah paparan cahaya biru yang dipancarkan dari gawai, yang dapat menekan produksi melatonin, hormon yang dibutuhkan untuk mengatur tidur.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat dikaitkan dengan kecemasan dan depresi. Remaja sering terlibat dalam trolling di platform digital. Mereka berfokus pada body shaming, kemampuan individu, bahasa, dan gaya hidup, yang dapat menyebabkan kecemasan, gejala depresi, dan stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Media sosial menjadi salah satu kanal dalam menghubungi satu dengan hal lainnya. Berbagai hiburan dalam berbentuk gambar, suara, dan video menjadi daya tarik dan berujung terhadap kecanduan bagi para remaja.
Meskipun media sosial memang menjadi tempat yang berguna dalam mencari teman maupun informasi, tetapi dampak negatifnya juga dapat terasa. Terutama, bagi anak-anak dan remaja yang masih belum memiliki kesempurnaan dalam mengelola emosional.
Baca juga: Juvenile Delinquency, Ketika Kenakalan Anak Sudah Mengarah pada Kriminal
Psikiater Dr. Shaunak Ajinkya dalam HealthShots pun mengungkapkan bagaimana media sosial memengaruhi anak-anak dan remaja. Adapun beberapa dampak negatif dari peran mrdia sosial, antara lain:
1. Perundungan siber
Perundungan terjadi melalui perangkat elektronik dan telah menjadi masalah yang meluas di kalangan remaja saat ini. Prevalensi anak-anak dan remaja yang menjadi korban perundungan siber di seluruh dunia berkisar antara 13,99 hingga 57,5 ??persen, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers.
Sering kali hal tersebut bersifat halus, tersirat, dan terselubung di balik emoji, bahasa gaul, atau sarkasme. Ini mungkin tampak tidak berbahaya bagi orang-orang, khususnya orang dewasa yang tidak familier dengan maknanya. Namun, sebenarnya ini sangat berbahaya.
2. Keterputusan emosional dan kesepian
Salah satu dampak media sosial pada remaja adalah terlalu banyak interaksi daring dapat mengurangi hubungan di dunia nyata. Remaja mungkin merasa sulit untuk mengekspresikan emosi secara langsung atau merasa benar-benar didengarkan.
Meskipun terus-menerus 'terhubung', banyak remaja mungkin merasa terisolasi secara emosional dan kesepian. Jadi, tetap penting untuk berhubungan secara langsung sesama manusia.
3. Tubuh terdistorsi
Media sosial memberi penekanan signifikan pada penampilan fisik, sering kali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis. Remaja sering kali terpapar pada gambar yang difilter dan diedit yang menciptakan ilusi kesempurnaan yang salah.
Paparan ini memicu perbandingan sosial yang berfokus pada penampilan. Hal inilah yang sering kali menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh, atau masalah citra tubuh di kalangan remaja.
4. Gangguan tidur
Salah satu dampak media sosial terhadap remaja adalah dapat memengaruhi kualitas tidur mereka. Tidur yang cukup sangat penting untuk perkembangan remaja yang sehat.
Namun, penggunaan media sosial dapat menyebabkan gangguan tidur pada kelompok usia ini. Salah satu faktor utamanya adalah paparan cahaya biru yang dipancarkan dari gawai, yang dapat menekan produksi melatonin, hormon yang dibutuhkan untuk mengatur tidur.
5. Kecemasan dan depresi
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat dikaitkan dengan kecemasan dan depresi. Remaja sering terlibat dalam trolling di platform digital. Mereka berfokus pada body shaming, kemampuan individu, bahasa, dan gaya hidup, yang dapat menyebabkan kecemasan, gejala depresi, dan stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)