FAMILY

Lesti Kejora Maafkan Rizky Billar, Bisakah Pelaku KDRT Berubah?

Sri Yanti Nainggolan
Jumat 14 Oktober 2022 / 16:11
Jakarta: Lesti Kejora membuka pintu damai untuk Rizky Billar. Ia mencabut mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya beberapa waktu lalu. 

"Alasannya anak saya," ucap Lesti Kejora dikutip dari Youtube Cumicumi, Jumat, 14 Oktober 2022. 

Selain minta maaf, Lesti Kejora juga menyatakan bahwa Rizky Billar telah berjanji tak mengulangi perbuatannya lagi. Hal itu sudah tertuang dalam perjanjian yang dibuat kedua pihak saat bertemu. 

"Kita sudah membuat perjanjian jadi insyaallah tidak terulang lagi," ucap Lesti Kejora tanpa menjabarkan isi kesepakatan. 


Lesti Kejora menarik laporan KDRT Rizky Billar. Youtube Cumicumi
 

Pengertian dan pemicu KDRT

Komnas Perempuan mengartikan KDRT atau domestic violence sebagai kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh korban, misalnya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri, ayah terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek terhadap cucu. 

Dilansir dari KlikDokter, terdapat sejumlah faktor pemicu perilaku KDRT. Tindak kekerasan terhadap pasangan dan anggota keluarga sering kali muncul ketika seseorang merasa berkuasa atas korbannya.

Selain kekuasaan, tindakan KDRT juga dapat dipicu oleh adanya perasaan untuk melampiaskan stres akibat tekanan pekerjaan, ekonomi, maupun sosial. 
 

Bisakah pelaku KDRT berubah?

Ellen Pence dari Domestic Abuse Intervention Project (DAIP), sebuah program untuk mengurangi KDRT, mengungkapkan bahwa kekerasan yang didominasi pria muncul karena praktik menahun budaya patriarki. 

Hal ini membuat pria pelaku KDRT sulit menyembuhkan kebiasaan buruk mereka. Bahkan, Pence menilai perilaku kekerasaan tersebut tidak dapat dihilangkan dengan metode psikoterapi maupun konseling.

"Sesi terapi dengan profesional rentan membuat pria pelaku KDRT melihat tindakan mereka hanya sebagai produk dari trauma masa lalu maupun masalah lain yang mereka alami," kata Ellen dilansir dari Good Therapy. 
 
Baca: Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Rizky Billar, Lesti Kejora Jawab Begini

Pendapat itu dibenarkan oleh psikolog Ikhsan Bella Persada yang menilai bahwa pelaku kekerasan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin menghilangkan kebiasaan KDRT yang mereka lakukan. Hal ini karena tindak kekerasan sudah bertransformasi menjadi perilaku dari kepribadian pelaku. 

"Mereka punya agresivitas yang cukup kuat, sehingga ketika stres atau ada sesuatu yang tidak sesuai, maka agresivitasnya akan muncul dalam bentuk KDRT," terang dia dikutip dari KlikDokter

Ikhsan menambahkan, kesulitan pelaku dalam mengontrol emosi juga bisa mendorong impulsivitas untuk melakukan KDRT terhadap pasangan. 

"Terlebih, mereka yang melakukan KDRT mudah terbawa emosi. Sehingga, perilaku kekerasan yang muncul memang karena dorongan dari dalam dirinya," papar Ikhsan.

Meski demikian, Ikhsan mengungkapkan intensitas dan frekuensi kekerasan yang pelaku KDRT lakukan dapat diturunkan dengan memberikan pelaku terapi. Terapi dapat membantu mengelola emosi mereka, sehingga pelaku KDRT dapat menyalurkan emosi negatif ke hal yang positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(SYN)

MOST SEARCH