FAMILY
Luka dan Lecet pada Puting Menjadi Masalah Umum untuk Ibu Menyusui
Raka Lestari
Selasa 09 November 2021 / 16:08
Jakarta: Seperti kita ketahui, Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Karenanya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sangat merekomendasikan agar bayi memperoleh ASI secara eksklusif, setidaknya hingga ia berusia 6 bulan.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri jika momen menyusui kerap dihadapkan dengan berbagai drama. Mulai dari puting lecet, payudara bengkak, hingga jumlah ASI yang sedikit.
Berdasarkan survei online yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 1.025 ibu menyusui, hasilnya didapatkan bahwa salah satu masalah yang paling umum dihadapi ibu menyusui adalah luka dan lecet pada puting payudara. Sebanyak 63 persen dari 1.025 partisipan pernah mengalami kondisi ini.
“Perlu diingat bahwa selama menyusui, seharusnya dada bayi menempel di dada ibu, perut bayi menempel ke perut ibu, lalu kepala bayi menghadap ke atas. Jika tidak seperti ini, berarti kurang tepat posisinya. Jadi, bayi juga tidak maksimal saat menyusu," jelas dr. Ria Puspitasari, Sp.A, CIMI.
Imbasnya, pengosongan payudara jadi tidak maksimal dan produksi ASI bisa menurun. Oleh karena itu, dr. Ria mengingatkan agar para ibu menyusui memperhatikan pelekatan mulut bayi selama menyusui, untuk mencegah terjadinya puting lecet dan luka sekaligus bayi dapat menyusu maksimal. Pastikan bahwa bayi memasukkan seluruh bagian puting dan areola ke dalam mulutnya, bukan hanya bagian puting saja.
Pada masa awal kelahirannya, sistem pencernaan bayi belum bekerja secara maksimal layaknya orang dewasa. Selain merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, ASI juga dinilai paling aman diterima oleh sistem pencernaan. Tak hanya sampai di situ, ASI pun mengandung imunoglobulin atau antibodi, yang dapat mencegah dan melindungi bayi dari berbagai risiko infeksi, seperti diare dan pneumonia.
"Selain bonding dengan bayi, pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, juga bisa membantu ibu yang sedang menyusui menunda kehamilan atau kesuburan, mengurangi perdarahan setelah melahirkan, serta mencegah kanker payudara atau kanker ovarium," kata dr. Ria.
Kesuksesan menyusui juga didukung oleh keberhasilan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan. Adanya skin-to-skin contact antara bayi dan ibu selama proses IMD dapat membuat keduanya merasa nyaman. Kenyamanan ini akan merangsang pelepasan hormon prolaktin dan oksitosin, yang berperan besar dalam melancarkan produksi ASI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Meski begitu, tak bisa dipungkiri jika momen menyusui kerap dihadapkan dengan berbagai drama. Mulai dari puting lecet, payudara bengkak, hingga jumlah ASI yang sedikit.
Berdasarkan survei online yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 1.025 ibu menyusui, hasilnya didapatkan bahwa salah satu masalah yang paling umum dihadapi ibu menyusui adalah luka dan lecet pada puting payudara. Sebanyak 63 persen dari 1.025 partisipan pernah mengalami kondisi ini.
“Perlu diingat bahwa selama menyusui, seharusnya dada bayi menempel di dada ibu, perut bayi menempel ke perut ibu, lalu kepala bayi menghadap ke atas. Jika tidak seperti ini, berarti kurang tepat posisinya. Jadi, bayi juga tidak maksimal saat menyusu," jelas dr. Ria Puspitasari, Sp.A, CIMI.
Imbasnya, pengosongan payudara jadi tidak maksimal dan produksi ASI bisa menurun. Oleh karena itu, dr. Ria mengingatkan agar para ibu menyusui memperhatikan pelekatan mulut bayi selama menyusui, untuk mencegah terjadinya puting lecet dan luka sekaligus bayi dapat menyusu maksimal. Pastikan bahwa bayi memasukkan seluruh bagian puting dan areola ke dalam mulutnya, bukan hanya bagian puting saja.
Pada masa awal kelahirannya, sistem pencernaan bayi belum bekerja secara maksimal layaknya orang dewasa. Selain merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, ASI juga dinilai paling aman diterima oleh sistem pencernaan. Tak hanya sampai di situ, ASI pun mengandung imunoglobulin atau antibodi, yang dapat mencegah dan melindungi bayi dari berbagai risiko infeksi, seperti diare dan pneumonia.
"Selain bonding dengan bayi, pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, juga bisa membantu ibu yang sedang menyusui menunda kehamilan atau kesuburan, mengurangi perdarahan setelah melahirkan, serta mencegah kanker payudara atau kanker ovarium," kata dr. Ria.
Kesuksesan menyusui juga didukung oleh keberhasilan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan. Adanya skin-to-skin contact antara bayi dan ibu selama proses IMD dapat membuat keduanya merasa nyaman. Kenyamanan ini akan merangsang pelepasan hormon prolaktin dan oksitosin, yang berperan besar dalam melancarkan produksi ASI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)