FAMILY
Apa yang Terjadi jika Anak Tertunda Melakukan Toilet Training?
A. Firdaus
Jumat 27 Desember 2024 / 12:18
Jakarta: Pelatihan cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet atau toilet training yang tertunda bisa menimbulkan masalah kesehatan pada anak. Hal itu diutarakan anggota Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Meitha Pingkan Esther T. Sp.A (K), yang mengatakan telatnya toilet training akan menimbulkan kekhawatiran adanya peningkatan penyebaran penyakit baik infeksi, diare, maupun hepatitis A.
"Toilet training yang tertunda juga pada anak menyebabkan penolakan untuk buang air besar dan bisa terjadi konstipasi, juga masalah-masalah pencapaian dan pemeliharaan kontrol kandung kemih," kata dokter konsultan tumbuh kembang pediatri sosial lulusan Universitas Indonesia itu melansir Antara.
Dr. Meitha mengatakan, pembelajaran toilet training yang tertunda juga berpeluang menyebabkan stres pada orang tua, anggota keluarga, petugas di tempat penitipan anak, dan guru di sekolah.
Kehadiran anak-anak yang belum terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil maupun buang air besar bisa menambah beban kerja petugas tempat penitipan anak dan taman bermain anak. Ia juga menyampaikan, toilet training dimaksudkan untuk melatih anak supaya bisa secara mandiri buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
Baca juga: Mengenal Hernia Inguinal Anak, Penyebab dan Pentingnya Penanganan Dini
Menurut dr. Meitha, ada dua tujuan utama pelatihan menggunakan toilet secara mandiri bagi anak, yakni memampukan anak mengenali sensasi buang air kecil serta menguasai tata cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
"Misalnya, begitu anak merasa ada sensasi untuk buang air kecil dia akan menuju toilet, dia akan duduk di toilet, buang air kecil, setelah itu dia akan membersihkan dirinya sendiri, menyiram toiletnya, cuci tangan, dan seterusnya," kata dr. Meitha.
Pada intinya, pelatihan dilakukan supaya anak menguasai seluruh tata laku yang menyertai kunjungan ke toilet, termasuk memakai celana sendiri. Orang tua bisa memberikan contoh untuk membiasakan anak berkemih atau buang air besar di toilet.
Dokter Meitha menyarankan orang tua memberikan apresiasi jika anak berhasil menjalani fase pelatihan menggunakan toilet secara mandiri, mengingat proses belajar menggunakan toilet secara mandiri merupakan tonggak penting dalam perkembangan anak.
Selain dapat memudahkan orang tua, anggota keluarga, maupun pengasuh anak, melatih kemandirian anak menggunakan toilet bisa mengurangi biaya penyediaan popok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Toilet training yang tertunda juga pada anak menyebabkan penolakan untuk buang air besar dan bisa terjadi konstipasi, juga masalah-masalah pencapaian dan pemeliharaan kontrol kandung kemih," kata dokter konsultan tumbuh kembang pediatri sosial lulusan Universitas Indonesia itu melansir Antara.
Dr. Meitha mengatakan, pembelajaran toilet training yang tertunda juga berpeluang menyebabkan stres pada orang tua, anggota keluarga, petugas di tempat penitipan anak, dan guru di sekolah.
Kehadiran anak-anak yang belum terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil maupun buang air besar bisa menambah beban kerja petugas tempat penitipan anak dan taman bermain anak. Ia juga menyampaikan, toilet training dimaksudkan untuk melatih anak supaya bisa secara mandiri buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
Baca juga: Mengenal Hernia Inguinal Anak, Penyebab dan Pentingnya Penanganan Dini
Tujuan toilet training untuk anak
Menurut dr. Meitha, ada dua tujuan utama pelatihan menggunakan toilet secara mandiri bagi anak, yakni memampukan anak mengenali sensasi buang air kecil serta menguasai tata cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
"Misalnya, begitu anak merasa ada sensasi untuk buang air kecil dia akan menuju toilet, dia akan duduk di toilet, buang air kecil, setelah itu dia akan membersihkan dirinya sendiri, menyiram toiletnya, cuci tangan, dan seterusnya," kata dr. Meitha.
Pada intinya, pelatihan dilakukan supaya anak menguasai seluruh tata laku yang menyertai kunjungan ke toilet, termasuk memakai celana sendiri. Orang tua bisa memberikan contoh untuk membiasakan anak berkemih atau buang air besar di toilet.
Dokter Meitha menyarankan orang tua memberikan apresiasi jika anak berhasil menjalani fase pelatihan menggunakan toilet secara mandiri, mengingat proses belajar menggunakan toilet secara mandiri merupakan tonggak penting dalam perkembangan anak.
Selain dapat memudahkan orang tua, anggota keluarga, maupun pengasuh anak, melatih kemandirian anak menggunakan toilet bisa mengurangi biaya penyediaan popok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)