FAMILY

Konflik antara Mertua dengan Menantu Kerap Terjadi, Apa sih Penyebabnya?

Raka Lestari
Sabtu 12 Juni 2021 / 14:57
Jakarta: Menikah dan berumah tangga tak hanya menyatukan dua individu, melainkan juga kedua keluarga. Tak jarang karena adanya perbedaan kebiasaan, bahkan kebudayaan yang dibawa dari masing-masing keluarga, muncul beragam konflik dalam rumah tangga.

Selain konflik dengan pasangan, konflik dengan mertua juga menjadi salah satu permasalahan yang cukup umum terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Berdasarkan survei online yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix kepada 995 responden di seluruh Indonesia, sekitar 54% di antaranya mengaku sempat merasa kesulitan saat ingin menjalin hubungan baik dengan mertua.

Tak hanya perbedaan sifat dan kebiasaan, adanya ekspektasi dari masing-masing pihak juga dapat memicu timbulnya konflik antara mertua dan menantu.

"Terkadang mertua kan punya kriteria tertentu, ya. Sebenarnya dua-duanya sih, termasuk menantu juga, sudah punya asumi atau persepsi, inginnya punya anak atau mertua yang seperti apa. Nah, keinginan yang berbeda-beda itu yang biasanya bisa membuat ribut antara mertua dengan menantu," jelas Psikolog Ajeng Raviando.  

Tidak bisa dipungkiri jika setiap keluarga memiliki kebudayaan dan kebiasaan masing-masing yang mungkin berbeda dengan yang biasa kita lakukan. Karenanya, menurut Ajeng, masa orientasi selama pacaran atau sebelum menikah juga bisa menjadi bekal penting untuk menjalin relasi yang harmonis dengan mertua.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa bagaimanapun juga, seorang menantu adalah new comer dalam keluarga pasangan yang memang sebelumnya sudah memiliki kebiasaan tersendiri. Maka dari itu, kunci penting keharmonisan seorang menantu dan mertua adalah kesediaan menantu untuk bisa membuka mata, memperhatikan, dan mengobservasi kebiasaan-kebiasaan tersebut.

"Kan ya namanya orang baru, ya harusnya kan sebagai menantu yang berusaha untuk lebih mengenal, lebih memahami, kira-kira aturannya seperti ini. Ya pasti memang belum paham, tapi perlu menyesuaikan diri si Pendatang baru ini, bukan yang sudah terbiasa dengan tradisi lama atau dalam hal ini mertuanya," tambah Ajeng.  

Faktor lain yang juga cukup dominan dalam menciptakan hubungan yang baik dengan mertua adalah dukungan dan sikap netral dari pasangan. Keterbukaan pasangan, terlebih mengenai kehidupan keluarganya, bisa sangat membantu dalam memahami sifat dan kebiasaan mertua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH