Bekasi: Menyusui menjadi momen yang paling dinanti oleh ibu yang baru saja melahirkan sang bayi. Terlebih kata dr. Ayi Dilla Septarini, Sp.A, IBCLC, Dokter Spesialis Anak dan Konselor Laktasi Rumah Sakit Primaya, menyusui ternyata bisa melawan stres.
Menurut dr. Ayi, menyusui sebenarnya dapat membantu seorang ibu dalam melawan stres. Sebab menyusui menghasilkan hormon oksitosin yang sering disebut sebagai hormon cinta, yang berkaitan dengan perasaan kasih sayang dan keterikatan antar manusia.
Dengan keluarnya aliran ASI saat menyusui, hormon oksitosin dapat membantu memberikan efek menenangkan bagi para ibu. Semakin sering menyusui, maka semakin banyak oksitosin yang diproduksi.
Namun berbeda, jika stres yang dialami seorang ibu disebabkan oleh kendala menyusui, seperti ASI tidak lancar, si kecil menolak menyusui. Beberapa kondisi ini juga bisa merangsang hadirnya hormon oksitosin melalui skin-to-skin atau kontak kulit bersama si kecil agar proses menyusui lancar.
"Menyusui memang bisa menjadi pekerjaan yang berat dan ibu mungkin merasa kelelahan, sehingga tidak sempat untuk merawat diri sendiri," terang dr. Ayi saat perayaan HUT ke-18 Mothercare Indonesia di Summarecon Mall Bekasi, akhir pekan lalu.
Karenanya, kata dr. Ayi, meski merawat si kecil adalah prioritas nomor satu, ibu tetap perlu merawat dan menjaga ketenangan diri sendiri. Maka, luangkanlah waktu setiap harinya untuk melakukan hal-hal yang ibu sukai, entah dengan membaca buku, berolahraga ataupun hanya beristirahat.
Namun, pastikan si kecil dititipkan kepada orang yang bisa ibu andalkan selain pasangan. Jangan merasa bersalah atau terlalu keras pada diri sendiri jika ibu tidak dapat menyusui si kecil secara langsung karena harus kembali kerja ataupun karena kondisi lainnya.
"Si kecil akan bisa mendapatkan asupan ASI yang ia butuhkan untuk tumbuh kembangnya melalui media gelas atau media menyusui lainnya. Perlu diingat, setiap ibu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, namun jangan lupa untuk selalu berkonsultasi kepada tenaga profesional, jika membutuhkan bantuan lebih mendalam terkait merawat dan membesarkan si kecil," tutur dr. Ayi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut dr. Ayi, menyusui sebenarnya dapat membantu seorang ibu dalam melawan stres. Sebab menyusui menghasilkan hormon oksitosin yang sering disebut sebagai hormon cinta, yang berkaitan dengan perasaan kasih sayang dan keterikatan antar manusia.
Dengan keluarnya aliran ASI saat menyusui, hormon oksitosin dapat membantu memberikan efek menenangkan bagi para ibu. Semakin sering menyusui, maka semakin banyak oksitosin yang diproduksi.
Namun berbeda, jika stres yang dialami seorang ibu disebabkan oleh kendala menyusui, seperti ASI tidak lancar, si kecil menolak menyusui. Beberapa kondisi ini juga bisa merangsang hadirnya hormon oksitosin melalui skin-to-skin atau kontak kulit bersama si kecil agar proses menyusui lancar.
"Menyusui memang bisa menjadi pekerjaan yang berat dan ibu mungkin merasa kelelahan, sehingga tidak sempat untuk merawat diri sendiri," terang dr. Ayi saat perayaan HUT ke-18 Mothercare Indonesia di Summarecon Mall Bekasi, akhir pekan lalu.
Karenanya, kata dr. Ayi, meski merawat si kecil adalah prioritas nomor satu, ibu tetap perlu merawat dan menjaga ketenangan diri sendiri. Maka, luangkanlah waktu setiap harinya untuk melakukan hal-hal yang ibu sukai, entah dengan membaca buku, berolahraga ataupun hanya beristirahat.
Namun, pastikan si kecil dititipkan kepada orang yang bisa ibu andalkan selain pasangan. Jangan merasa bersalah atau terlalu keras pada diri sendiri jika ibu tidak dapat menyusui si kecil secara langsung karena harus kembali kerja ataupun karena kondisi lainnya.
"Si kecil akan bisa mendapatkan asupan ASI yang ia butuhkan untuk tumbuh kembangnya melalui media gelas atau media menyusui lainnya. Perlu diingat, setiap ibu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, namun jangan lupa untuk selalu berkonsultasi kepada tenaga profesional, jika membutuhkan bantuan lebih mendalam terkait merawat dan membesarkan si kecil," tutur dr. Ayi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)