FAMILY

Bagaimana 'Glow Up' Diam-diam Merusak Kesehatan Mental Gadis Remaja?

A. Firdaus
Jumat 26 September 2025 / 15:31
Jakarta: Di platform seperti TikTok dan Instagram, video tentang perawatan kulit, fashion, dan kecantikan muncul di mana-mana, terutama yang ditujukan untuk gadis remaja.

Coba cari hashtag #glowuproutine di TikTok, dan ribuan video akan muncul yang mempromosikan rutinitas dan produk khusus untuk gadis muda. Fenomena ini membuat banyak gadis merasa harus ikut serta agar tidak ketinggalan.

Namun, di balik kilauan rutinitas ini, ada dampak tersembunyi yang bisa merusak kesehatan mental dan fisik mereka. Budaya glow-up yang menjanjikan penampilan sempurna, sebenarnya memicu tekanan berlebih, perbandingan diri, dan kebiasaan tidak sehat.
 

Apa itu budaya Glow-Up dan mengapa menarik bagi gadis remaja?


Budaya glow-up adalah tren di media sosial yang mendorong orang, khususnya gadis muda, untuk "berubah" menjadi lebih cantik melalui rutinitas harian seperti perawatan kulit intensif, makeup, dan gaya hidup sehat.

Video-video ini sering muncul saat musim sekolah dimulai, memanfaatkan keinginan gadis remaja untuk tampil menarik di depan teman-teman.

Baca juga: Peran Media Sosial dalam Memperburuk Budaya 'Glow-Up' Remaja

Sebuah pencarian cepat untuk #glowuproutine di TikTok membawa ke satu video yang memiliki 17.000 likes dan menunjukkan seorang gadis yang menyiapkan rutinitas “glow-up” untuk kembali ke sekolah.

Pertama, dia berbelanja di Ulta dan mengisi keranjang dengan berbagai produk “esensial”. Kemudian, dia memasang kuku tempel, dan mandi.

Selanjutnya, melaminasi alisnya dan melakukan rutinitas gua sha drainase limfatik untuk merawat area bawah matanya dengan dua patch perawatan kulit berbentuk bulan, dan memutihkan giginya.

Video seperti ini sangat populer, dan banyak remaja serta gadis pra-remaja menganggapnya serius. Mereka percaya bahwa rutinitas ini adalah “harus dilakukan” dan bahwa mereka harus membeli dan menggunakan produk-produk yang disarankan.

Akhirnya, banyak gadis yang percaya bahwa memiliki rutinitas perawatan yang terkurasi dan mahal hanya untuk meningkatkan penampilan fisik adalah sesuatu yang patut dikejar.

Remaja dan gadis-gadis muda mudah menjadi target konten yang meningkatkan kecantikan karena mereka cenderung merasa tidak percaya diri dengan penampilan mereka dan terlalu fokus membandingkan diri dengan orang lain.

Dilansir dari Parents, Whitney Casares, MD, MPH, dokter anak dan penulis buku My-One-of-a-Kind Body mengatakan, rutinitas glow-up kembali ke sekolah secara khusus memanfaatkan ketakutan anak-anak tentang menjadi cukup menarik atau populer.

Selain itu, mendorong remaja untuk menghabiskan jumlah uang yang berlebihan pada produk yang mereka katakan akan memberikan solusi cepat.

“Saya benar-benar memperhatikan ini sebagai fokus utama di antara pasien saya dalam kelompok usia ini. Dan ini semakin parah seiring berjalannya waktu,” kata dr. Casares.

Grace Lautman, LMHC, CN, ahli gizi dan terapis gangguan makan remaja, mengatakan bahwa rutinitas “glow-up” ini juga dapat menyoroti tubuh yang tidak realistis yang dapat mendorong kebiasaan tidak sehat, bahkan gangguan makan.

“Ini adalah area lain di internet di mana standar kecantikan yang perfeksionis dan tidak realistis dipertahankan,” katanya.

Tren ini tidak hanya soal rutinitas harian, tapi juga menciptakan tekanan sosial di mana gadis remaja merasa wajib tampil sempurna setiap hari, mulai dari pagi hingga malam. 

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH