FAMILY

Orang Tua Harus Waspada, Inilah 10 Tanda-tanda Bullying pada Remaja

Mia Vale
Kamis 05 Oktober 2023 / 13:05
Jakarta: Kalau anak terjatuh dari sepeda atau mengalami cedera, lukanya akan terlihat. Orang tua pun dapat dengan mudah memberikan bantuan medis yang diperlukan. Orang tua juga bisa memberikan dukungan moral yang sesuai. 

Namun, bagaimana bila yang dialami anak itu berupa luka yang tidak terlihat tapi bisa membekas dan menimbulkan efek psikologis jangka panjang. Kasus penindasan atau bullying, misalnya.

Penindasan pada anak dan remaja dapat menyebabkan kerugian emosional yang serius, meskipun tidak ada kerugian fisik yang terlihat. Seperti yang belum lama ini banyak terjadi.

Pemberitaan media diramaikan oleh kasus bullying terhadap siswa SMP yang sampai merenggut nyawa korbannya. Kejadian ini jelas menambah panjang daftar kasus bullying di Indonesia.
 

Bullying = kuat, dominan


Masalah 'gencet-menggencet' anak yang lebih lemah di kalangan anak, remaja khususnya, bisa dibilang bak gunung es. Pasalnya, kasus seperti ini sudah sering terjadi. Hanya saja, kurang mendapat atensi dari masyarakat luas. 

“Asumsi mereka, dengan mem-bully orang lain mereka akan merasa puas, lebih kuat, serta menjadi lebih dominan,” tandas Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog, dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga.

Mengutip dari laman resmi Unair, Tiara menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyebab mengapa kasus bullying banyak terjadi pada remaja. Secara psikologis, bullying dapat dipicu oleh sikap-sikap negatif seperti perasaan iri, dendam, atau permusuhan antar-remaja. 

Sementara dari sisi pelaku, biasanya bullying  dilakukan karena kepercayaan diri mereka yang cenderung rendah. Bullying menjadi sarana si pelaku untuk mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. 

Bahkan, survei dari Pusat Statistik Pendidikan Nasional (NCES) di Amerika menunjukkan bahwa 1 dari setiap 5 remaja (usia 12–18 tahun) melaporkan pernah mengalami perundungan di sekolah. 

Penindasan paling umum terjadi di sekolah menengah, ketika sepertiga siswa mengalami beberapa bentuk penindasan. Dan alasan utama remaja ditindas adalah penampilan fisik, ras atau etnis, gender, disabilitas, agama, dan orientasi seksual.


(Menurut laporan UNICEF tahun 2015, 40 persen anak Indonesia mengalami bullying di sekolah. Sementara menurut laporan ICRW (International Center for Research on Women) juga pada tahun yang sama, hampir 84 persen anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah yang berakar dari tindakan bullying. Foto: Ilustrasi/Dok. Freepik.com)
 

10 tanda penindasan


Karena bullying merupakan luka yang tidak terlihat, sebaiknya orang tua memerhatikan perubahan perilaku remajanya.

Meskipun tanda-tanda penindasan yang tercantum di bawah, bukan jaminan seorang remaja sedang mengalami penindasan, mengetahui apa yang harus diperhatikan dapat membantu orang tua mengetahui apa yang sedang terjadi. 

Inilah rangkuman tanda-tanda remaja sedang mangalami bullying, seperti yang dinukil dari Newport Academy:


- Luka, goresan, atau memar yang tidak diketahui penyebabnya
- Barang hilang, rusak, atau sobek
- Hilangnya atau perubahan nafsu makan
- Sering sakit perut, sakit kepala, atau keluhan fisik lainnya
- Mencoba keluar dari pergi ke sekolah atau aktivitas sepulang sekolah
- Berkurangnya minat bersekolah, atau nilai buruk
- Tampak sedih, murung, atau depresi, terutama sepulang sekolah
- Menunjukkan perilaku cemas
- Menurunnya harga diri
- Menarik diri dari teman dan kegiatan sosial 

Jika Moms melihat salah satu dari tanda-tanda ini, penting untuk berdiskusi dengan sang anak tentang apakah mereka mengalami penindasan fisik, verbal, atau jenis penindasan lainnya.
 

Dampak akibat bullying


Risiko yang ditimbulkan dari bullying ini sangat beragam, mulai dari yang ringan, sampai bisa menghilangkan nyawa korbannya. Penelitian menunjukkan beberapa dampak kesehatan mental dari intimidasi pada remaja:
 
  • - Peningkatan risiko kecemasan, depresi, dan trauma
  • - Risiko bunuh diri yang lebih tinggi
  • - Harga diri yang rendah

Selain itu, bukan hanya korban penindasan saja yang mengalami dampak kesehatan mental jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menindas orang lain, mereka berisiko lebih tinggi mengalami perilaku agresif dan anti-sosial, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, putus sekolah, aktivitas seksual dini, dan hukuman pidana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH