FAMILY
Seiring Bertambahnya Usia, Alergi Susu Sapi pada Anak Berkurang
Aulia Putriningtias
Kamis 21 September 2023 / 12:11
Jakarta: Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M. Kes, selaku Dokter Anak Konsultan Alergi Imunologi mengatakan seiring usia bertambah, anak bisa tidak lagi alergi susu sapi. Sehingga, angka kejadian alergi susu sapi pun berkurang.
Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi yang terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia. Kasein dan whey adalah protein dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi.
Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai Imunoglobulin E (IgE) atau non-IgE. Reaksi alergi yang diperantarai IgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tetapi lebih mudah untuk mendiagnosisnya.
Prof. Budi menjelaskan perihal kesembuhan anak dalam mengalami alergi susu sapi. Ada tiga tahapan, yakni tahun pertama, kedua, dan ketiga. Peningkatannya kian lama, kian membaik dari alergi.
"Tahun pertama sekitar 45-50 persen yang alergi susu sapi, pada tahun pertama nanti dia tidak alergi lagi," ujar Prof. Budi dalam: Bicara Gizi Peran Isolat Protein Soya untuk si Kecil yang tidak Cocok Susu Sapi pada Rabu, 20 September 2023 secara daring.
Pada tahun kedua, kesembuhan anak menjadi sekitar 60-75 persen. Lalu, kian membaik pada tahun ketiga sekitar 90 persen anak yang tadinya alergi susu sapi tidak akan mengalami alergi lagi.
Sementara itu, merujuk data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2012 yang mencatat sekitar 23,8 persen alergi terhadap susu sapi. Angka ini di bawah jumlah pasien yang mengalami alergi putih telur yakni sebanyak 31 persen.
Alergi terhadap susu sapi adalah reaksi yang tidak diinginkan melalui sistem imun tubuh. Kondisi ini bisa bermanifestasi beragam seperti misalnya pada kulit berupa dermatitis atopik atau eksim dan biduran.
Tidak hanya penyakit pernapasan saja. Jika mengenai saluran pernapasan, biasanya memunculkan gejala asma dan rhinitis alergi. Sementara gejala pada saluran cerna antara lain diare dan kolik.
"Selain bisa mengenai tiga organ itu, bisa gejala yang sangat berat yaitu gejala sistemik berupa anafilaksis sebesar 11 persen suatu keadaan gawat darurat akibat alergi susu sapi," pungkas Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi yang terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia. Kasein dan whey adalah protein dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi.
Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai Imunoglobulin E (IgE) atau non-IgE. Reaksi alergi yang diperantarai IgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tetapi lebih mudah untuk mendiagnosisnya.
Prof. Budi menjelaskan perihal kesembuhan anak dalam mengalami alergi susu sapi. Ada tiga tahapan, yakni tahun pertama, kedua, dan ketiga. Peningkatannya kian lama, kian membaik dari alergi.
"Tahun pertama sekitar 45-50 persen yang alergi susu sapi, pada tahun pertama nanti dia tidak alergi lagi," ujar Prof. Budi dalam: Bicara Gizi Peran Isolat Protein Soya untuk si Kecil yang tidak Cocok Susu Sapi pada Rabu, 20 September 2023 secara daring.
Pada tahun kedua, kesembuhan anak menjadi sekitar 60-75 persen. Lalu, kian membaik pada tahun ketiga sekitar 90 persen anak yang tadinya alergi susu sapi tidak akan mengalami alergi lagi.
Sementara itu, merujuk data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2012 yang mencatat sekitar 23,8 persen alergi terhadap susu sapi. Angka ini di bawah jumlah pasien yang mengalami alergi putih telur yakni sebanyak 31 persen.
Alergi terhadap susu sapi adalah reaksi yang tidak diinginkan melalui sistem imun tubuh. Kondisi ini bisa bermanifestasi beragam seperti misalnya pada kulit berupa dermatitis atopik atau eksim dan biduran.
Tidak hanya penyakit pernapasan saja. Jika mengenai saluran pernapasan, biasanya memunculkan gejala asma dan rhinitis alergi. Sementara gejala pada saluran cerna antara lain diare dan kolik.
"Selain bisa mengenai tiga organ itu, bisa gejala yang sangat berat yaitu gejala sistemik berupa anafilaksis sebesar 11 persen suatu keadaan gawat darurat akibat alergi susu sapi," pungkas Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)