COMMUNITY
Survei Narasi dan Jakpat Soal Pop Culture Sampai Kesehatan Mental pada Generasi Muda
Yatin Suleha
Kamis 30 November 2023 / 20:05
Jakarta: Era digital telah melahirkan generasi muda yang berkembang, tidak hanya sebagai pengikut, tapi juga sebagai pelopor.
Mereka membentuk dan dibentuk oleh perubahan dunia dalam berbagai aspek, seperti mengadopsi dan menyesuaikan tren internasional, mendorong inovasi, hingga beraksi dalam isu perubahan iklim.
Narasi bersama Jakpat melakukan survei untuk mengetahui gambaran generasi muda Indonesia dalam merespons hingga mengubah lingkungan mereka di tengah era digital yang semakin berkembang.
Laporan yang melibatkan 2.482 responden yang dilakukan selama periode September-Oktober 2023 ini menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi khususnya pada pop culture, ekonomi digital, isu lingkungan, dan isu kesehatan mental.
Survei ini adalah hasil kolaborasi bersama Narasi dari movement "Bergerak, Bergerak, Berdampak" yang berlangsung pada Minggu, 19 November 2023 di Graha Bhakti Budaya, Jakarta.
Hasil survei dengan fokus pada generasi Milenial dan generasi Z ini menunjukkan 56 persen responden khususnya dari kelompok usia 15-19 tahun, menunjukkan identifikasi terhadap pop culture sebagai pengikut setia atau followers tren terkini.
Namun, dari kelompok usia yang sama ini juga menunjukkan tingkat kekhawatiran yang lebih rendah atas dampak negatif dari pop culture, 3,09 untuk kelompok usia 15-19 tahun dibandingkan dengan 2,93 untuk kelompok 30-35 tahun.
“Mayoritas generasi muda adalah followers pop culture, dan hanya sebagian kecil yang menjadi trendsetter. Fakta inilah yang menjadi dasar bagi perusahaan, brand, sampai tokoh dan partai politik untuk mengadaptasi isu-isu tren terkini dalam rangka merangkul generasi muda," ucap Head of Research Jakpat, Aska Primardi.
"Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan bagi generasi muda untuk bersikap lebih kritis, dan bisa mengidentifikasi benefit dari sebuah produk, ataupun komitmen dari caleg atau capres, yang sering kali tersembunyi di balik tren budaya pop tersebut,” tambah Aska lagi.
.jpg)
(Survei Jakpat dan Narasi dapatkan gambaran soal generasi muda yang melekat akan interaksi digital, ternyata menunjukkan kekhawatiran terhadap risiko dalam tren ekonomi digital saat ini. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Sebesar 18 persen dari semua responden menunjukkan partisipasi yang sering terhadap kegiatan yang berkaitan dengan tren ekonomi digital, lalu 37 persen untuk sesekali, dan 45 persen tidak pernah.
Generasi muda yang melekat akan interaksi digital ternyata menunjukkan kekhawatiran terhadap risiko dalam tren ekonomi digital saat ini. Khususnya pada kelompok responden laki-laki usia 25-29 tahun (35 persen) yang khawatir akan ancaman hilangnya peluang kerja yang timbul akibat perubahan yang cepat dalam ekonomi dan teknologi.
Perempuan dengan Status Ekonomi Sosial (SES) yang lebih tinggi memiliki sikap deklaratif yang kuat terhadap lingkungan dengan 70 persen nilai rata-rata dalam hal pengetahuan dan minat, 65 persen aktif dalam kegiatan lingkungan dan 75 persen mendukung bisnis hijau.
Selain itu, perempuan kelas menengah juga menunjukkan 60 persen aktif dalam kegiatan lingkungan dan 70 persen mendukung bisnis hijau.
Dari segi praktik berkelanjutan menunjukkan seperti konservasi energi (55 persen untuk perempuan, 48 persen untuk laki-laki); kendaraan listrik (40 persen untuk perempuan, 35 persen untuk laki-laki); green investment (32 persen untuk perempuan, 26 persen untuk laki-laki); dan transisi energi (33 persen untuk perempuan, 25 persen untuk laki-laki).
Dari semua usia dan gender menunjukkan partisipasi yang tinggi terhadap gerakan kesehatan mental, mulai dari:
Selain itu, 86 persen dari semua responden menunjukkan bahwa media sosial sebagai saluran utama dalam mengakses informasi mengenai kesehatan mental.
“Mayoritas responden di usia muda ini sudah aware tentang pentingnya aspek kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari."
"Mereka tidak merasa malu lagi untuk mengakui bahwa dirinya memiliki masalah mental, dan mulai berinisiatif untuk mencari solusinya, baik yang berbentuk self-therapy ataupun melalui psikolog atau psikiater. Indikasi ini bisa dilihat juga dari tumbuhnya platform, web, atau aplikasi yang memberikan pelayanan kesehatan mental,” pungkas Aska.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Mereka membentuk dan dibentuk oleh perubahan dunia dalam berbagai aspek, seperti mengadopsi dan menyesuaikan tren internasional, mendorong inovasi, hingga beraksi dalam isu perubahan iklim.
Narasi bersama Jakpat melakukan survei untuk mengetahui gambaran generasi muda Indonesia dalam merespons hingga mengubah lingkungan mereka di tengah era digital yang semakin berkembang.
Laporan yang melibatkan 2.482 responden yang dilakukan selama periode September-Oktober 2023 ini menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi khususnya pada pop culture, ekonomi digital, isu lingkungan, dan isu kesehatan mental.
Survei ini adalah hasil kolaborasi bersama Narasi dari movement "Bergerak, Bergerak, Berdampak" yang berlangsung pada Minggu, 19 November 2023 di Graha Bhakti Budaya, Jakarta.
Generasi muda dan pop culture
Hasil survei dengan fokus pada generasi Milenial dan generasi Z ini menunjukkan 56 persen responden khususnya dari kelompok usia 15-19 tahun, menunjukkan identifikasi terhadap pop culture sebagai pengikut setia atau followers tren terkini.
Namun, dari kelompok usia yang sama ini juga menunjukkan tingkat kekhawatiran yang lebih rendah atas dampak negatif dari pop culture, 3,09 untuk kelompok usia 15-19 tahun dibandingkan dengan 2,93 untuk kelompok 30-35 tahun.
“Mayoritas generasi muda adalah followers pop culture, dan hanya sebagian kecil yang menjadi trendsetter. Fakta inilah yang menjadi dasar bagi perusahaan, brand, sampai tokoh dan partai politik untuk mengadaptasi isu-isu tren terkini dalam rangka merangkul generasi muda," ucap Head of Research Jakpat, Aska Primardi.
"Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan bagi generasi muda untuk bersikap lebih kritis, dan bisa mengidentifikasi benefit dari sebuah produk, ataupun komitmen dari caleg atau capres, yang sering kali tersembunyi di balik tren budaya pop tersebut,” tambah Aska lagi.
.jpg)
(Survei Jakpat dan Narasi dapatkan gambaran soal generasi muda yang melekat akan interaksi digital, ternyata menunjukkan kekhawatiran terhadap risiko dalam tren ekonomi digital saat ini. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Ekonomi digital dan kewaspadaan
Sebesar 18 persen dari semua responden menunjukkan partisipasi yang sering terhadap kegiatan yang berkaitan dengan tren ekonomi digital, lalu 37 persen untuk sesekali, dan 45 persen tidak pernah.
Generasi muda yang melekat akan interaksi digital ternyata menunjukkan kekhawatiran terhadap risiko dalam tren ekonomi digital saat ini. Khususnya pada kelompok responden laki-laki usia 25-29 tahun (35 persen) yang khawatir akan ancaman hilangnya peluang kerja yang timbul akibat perubahan yang cepat dalam ekonomi dan teknologi.
Kelestarian lingkungan
Perempuan dengan Status Ekonomi Sosial (SES) yang lebih tinggi memiliki sikap deklaratif yang kuat terhadap lingkungan dengan 70 persen nilai rata-rata dalam hal pengetahuan dan minat, 65 persen aktif dalam kegiatan lingkungan dan 75 persen mendukung bisnis hijau.
Selain itu, perempuan kelas menengah juga menunjukkan 60 persen aktif dalam kegiatan lingkungan dan 70 persen mendukung bisnis hijau.
Dari segi praktik berkelanjutan menunjukkan seperti konservasi energi (55 persen untuk perempuan, 48 persen untuk laki-laki); kendaraan listrik (40 persen untuk perempuan, 35 persen untuk laki-laki); green investment (32 persen untuk perempuan, 26 persen untuk laki-laki); dan transisi energi (33 persen untuk perempuan, 25 persen untuk laki-laki).
Anak muda dan isu kesehatan mental
Dari semua usia dan gender menunjukkan partisipasi yang tinggi terhadap gerakan kesehatan mental, mulai dari:
- - Usia 15-19 tahun (73 persen)
- - Usia 20-24 tahun (72 persen)
- - Usia 25-29 tahun (76 persen), dan
- - Usia 30-35 tahun (79 persen)
Selain itu, 86 persen dari semua responden menunjukkan bahwa media sosial sebagai saluran utama dalam mengakses informasi mengenai kesehatan mental.
“Mayoritas responden di usia muda ini sudah aware tentang pentingnya aspek kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari."
"Mereka tidak merasa malu lagi untuk mengakui bahwa dirinya memiliki masalah mental, dan mulai berinisiatif untuk mencari solusinya, baik yang berbentuk self-therapy ataupun melalui psikolog atau psikiater. Indikasi ini bisa dilihat juga dari tumbuhnya platform, web, atau aplikasi yang memberikan pelayanan kesehatan mental,” pungkas Aska.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)