COMMUNITY
Belajar Makna Toleransi di Terowongan Silaturahim
Elang Riki Yanuar
Rabu 22 Oktober 2025 / 20:00
Jakarta: Tak banyak yang tahu bahwa di tengah hiruk-pikuk ibu kota, tersimpan sebuah tempat wisata rohani yang sarat makna persaudaraan yakni, Terowongan Silaturahim yang merupakan penghubung antara dua ikon besar Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta.
Terowongan sepanjang 28 meter ini bukan sekadar jalur pejalan kaki bawah tanah, tapi juga simbol nyata dari harmoni dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Suasana damai menyelimuti setiap langkah di dalamnya.
Momen penuh makna itulah yang membuat Ikatan Alumni SMA Pangudi Luhur Jakarta menggelar kegiatan bertajuk "Empat Kunci, Satu Pintu Persaudaraan", sebuah perjalanan simbolis yang menegaskan makna kebersamaan lintas iman.
Dari arah Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, dua kelompok berjalan perlahan menyusuri terowongan. Mereka bertemu di tengah, membawa empat kunci simbolik yakni, dari Istiqlal, Katedral, Yayasan Pangudi Luhur, dan Ikatan Alumni Pangudi Luhur. Saat keempat kunci disatukan, “pintu persaudaraan” pun dibuka, mengingatkan semua yang hadir bahwa perbedaan adalah anugerah yang memperkaya, bukan memisahkan.
“Semua agama mengajarkan kasih. Perbedaan itu nyata, tapi bukan untuk dipertentangkan,” ujar Suparman selaku Dirjen Bimas Katolik, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Terowongan Silaturahim kini menjadi destinasi wisata religi baru yang banyak dikunjungi warga dan wisatawan. Pengunjung dapat berjalan kaki dari pelataran Masjid Istiqlal, menuruni jalur bawah tanah dengan pencahayaan hangat, dan tiba di halaman Gereja Katedral hanya dalam beberapa menit.

Sepanjang lorong, terpampang mural bertema toleransi dan kebinekaan, mulai dari kutipan ayat suci berbagai agama hingga lukisan simbol kasih antarumat. Spot foto favorit pengunjung ada di bagian tengah terowongan, tempat dua arus pengunjung dari arah berbeda saling berpapasan dan berjabat tangan.
Tak sedikit wisatawan yang datang bukan hanya untuk berfoto, tapi juga untuk merenung sejenak, menikmati kedamaian yang jarang ditemukan di tengah riuhnya Jakarta.
Kegiatan para alumni SMA Pangudi Luhur ini menjadi bagian dari rangkaian Road to Lustrum XII bertema besar “Bikin Geter”, yang akan berpuncak pada 15 November 2025. Namun lebih dari sekadar reuni, acara ini merupakan refleksi atas nilai-nilai yang telah mengakar di sekolah tersebut: brotherhood, atau persaudaraan lintas iman dan budaya.
“Anak-anak Pangudi Luhur dididik untuk hidup dalam kasih dan menghargai perbedaan. Ini bukan sekadar teori, tapi cara hidup,” ungkap Bruder Fransiskus Asisi Dwiyatno, FIC, dari Yayasan Pangudi Luhur.
Kegiatan “Empat Kunci, Satu Pintu Persaudaraan” bukan hanya memperingati perjalanan sekolah, tetapi juga mengajak masyarakat untuk kembali berjalan bersama, menembus batas, dan membuka hati.
Turut hadir pula keluarga besar arsitek Masjid Istiqlal, Friedrich Silaban, yang turut menegaskan betapa sejarah kedua rumah ibadah raksasa itu memang dibangun di atas fondasi persaudaraan.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman serupa, perjalanan bisa dimulai dari halaman Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara. Setelah menikmati kemegahan arsitekturnya, cukup berjalan kaki menuju area bawah tanah tempat Terowongan Silaturahim berada.
Setelah melewati terowongan, wisatawan akan tiba di pelataran Gereja Katedral Jakarta, bangunan bergaya neo-gotik yang berdiri megah sejak tahun 1901. Kombinasi keduanya menghadirkan pemandangan unik, dua tempat ibadah berbeda keyakinan, berdiri berdampingan dengan penuh damai.
"Toleransi bukan slogan, tetapi komitmen. Keberagaman bukan alasan untuk terpecah, melainkan untuk saling merangkul," kata Ketua Ikatan Alumni Pangudi Luhur (IKPL), Ichsan Perwira Kurniagung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
Terowongan sepanjang 28 meter ini bukan sekadar jalur pejalan kaki bawah tanah, tapi juga simbol nyata dari harmoni dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Suasana damai menyelimuti setiap langkah di dalamnya.
Momen penuh makna itulah yang membuat Ikatan Alumni SMA Pangudi Luhur Jakarta menggelar kegiatan bertajuk "Empat Kunci, Satu Pintu Persaudaraan", sebuah perjalanan simbolis yang menegaskan makna kebersamaan lintas iman.
Dari arah Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, dua kelompok berjalan perlahan menyusuri terowongan. Mereka bertemu di tengah, membawa empat kunci simbolik yakni, dari Istiqlal, Katedral, Yayasan Pangudi Luhur, dan Ikatan Alumni Pangudi Luhur. Saat keempat kunci disatukan, “pintu persaudaraan” pun dibuka, mengingatkan semua yang hadir bahwa perbedaan adalah anugerah yang memperkaya, bukan memisahkan.
“Semua agama mengajarkan kasih. Perbedaan itu nyata, tapi bukan untuk dipertentangkan,” ujar Suparman selaku Dirjen Bimas Katolik, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Terowongan Silaturahim kini menjadi destinasi wisata religi baru yang banyak dikunjungi warga dan wisatawan. Pengunjung dapat berjalan kaki dari pelataran Masjid Istiqlal, menuruni jalur bawah tanah dengan pencahayaan hangat, dan tiba di halaman Gereja Katedral hanya dalam beberapa menit.

Sepanjang lorong, terpampang mural bertema toleransi dan kebinekaan, mulai dari kutipan ayat suci berbagai agama hingga lukisan simbol kasih antarumat. Spot foto favorit pengunjung ada di bagian tengah terowongan, tempat dua arus pengunjung dari arah berbeda saling berpapasan dan berjabat tangan.
Tak sedikit wisatawan yang datang bukan hanya untuk berfoto, tapi juga untuk merenung sejenak, menikmati kedamaian yang jarang ditemukan di tengah riuhnya Jakarta.
Kegiatan para alumni SMA Pangudi Luhur ini menjadi bagian dari rangkaian Road to Lustrum XII bertema besar “Bikin Geter”, yang akan berpuncak pada 15 November 2025. Namun lebih dari sekadar reuni, acara ini merupakan refleksi atas nilai-nilai yang telah mengakar di sekolah tersebut: brotherhood, atau persaudaraan lintas iman dan budaya.
“Anak-anak Pangudi Luhur dididik untuk hidup dalam kasih dan menghargai perbedaan. Ini bukan sekadar teori, tapi cara hidup,” ungkap Bruder Fransiskus Asisi Dwiyatno, FIC, dari Yayasan Pangudi Luhur.
Kegiatan “Empat Kunci, Satu Pintu Persaudaraan” bukan hanya memperingati perjalanan sekolah, tetapi juga mengajak masyarakat untuk kembali berjalan bersama, menembus batas, dan membuka hati.
Turut hadir pula keluarga besar arsitek Masjid Istiqlal, Friedrich Silaban, yang turut menegaskan betapa sejarah kedua rumah ibadah raksasa itu memang dibangun di atas fondasi persaudaraan.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman serupa, perjalanan bisa dimulai dari halaman Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara. Setelah menikmati kemegahan arsitekturnya, cukup berjalan kaki menuju area bawah tanah tempat Terowongan Silaturahim berada.
Setelah melewati terowongan, wisatawan akan tiba di pelataran Gereja Katedral Jakarta, bangunan bergaya neo-gotik yang berdiri megah sejak tahun 1901. Kombinasi keduanya menghadirkan pemandangan unik, dua tempat ibadah berbeda keyakinan, berdiri berdampingan dengan penuh damai.
"Toleransi bukan slogan, tetapi komitmen. Keberagaman bukan alasan untuk terpecah, melainkan untuk saling merangkul," kata Ketua Ikatan Alumni Pangudi Luhur (IKPL), Ichsan Perwira Kurniagung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)