BEAUTY
Putih Secara Instan, Hati-hati Dampak Krim Racikan pada Kesehatan
Mia Vale
Kamis 19 Desember 2024 / 07:00
Jakarta: Selain produk skincare yang dibuat massal di pabrik, produk perawatan kulit juga bisa dibuat dengan cara diracik. Hal ini dimaksudkan agar produk yang dijual semakin eksklusif, tidak sama dengan produk
Tapi sayangnya, beberapa bulan belakangan, dunia skincare di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, banyak wanita yang ingin memiliki kulit mulus dan glowing merasa kecewa karena beberapa produk skincare yang beredar di pasaran ternyata over claim. Bahkan, mengandung bahan yang berbahaya bagi kulit dan kesehatan secara keseluruhan.
Memang, saat ini banyak orang menginginkan hasil instan tanpa memikirkan dampaknya pada kesehatan kulit. "Mayoritas kaum wanita menginginkan kulit terutama bagian wajahnya putih. Padahal, wajah putih belum tentu sehat. Sebenarnya yang diperlukan adalah wajah yang sehat, bukan sekadar putih atau glowing dengan cara instan," tegas DR. Dr. Muji Iswanty, SH, MH, SpDVE, Subsp.Ven, M.Kes, C.Med, FINSDV, FISQua, dalam Media Advisory secara virtual pada Jumat (13/12) lalu.
Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi sekaligus Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ini juga menjelaskan bahwa kulit manusia secara alami mengalami pergantian setiap 14 hingga 21 hari tanpa melakukan apa pun.
Namun, dengan kemajuan teknologi, perawatan kulit pun bisa dilakukan dengan berbagai prosedur seperti peeling, laser, dan skin booster, yang mampu melakukan pergantian kulit secara cepat dengan metode yang relatif aman.

(Ingat, skincare racikan yang tidak memenuhi ketentuan berisiko menimbulkan efek samping serius dan kerusakan kulit jangka panjang. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Mengutip laman resmi BPOM, Dokter Spesialis Kulit, Fitria Agustina mengingatkan skincare racikan yang tidak memenuhi ketentuan berisiko menimbulkan efek samping serius dan kerusakan kulit jangka panjang.
Dokter Fitria menjelaskan berbagai permasalahan kulit yang serius seperti iritasi dan hiperpigmentasi bisa saja terjadi akibat penggunaan skincare racikan. Jadi sebaiknya, jangan mencampur-campur skincare menjadi satu sediaan baru.
Pasalnya, stabilitas dan konsentrasi zat aktif yang ada di dalam skincare yang dicampur bisa bereaksi negatif pada kulit.
"Efek sampingnya kulit bisa merah, kering, atau sensitif terjadi iritasi dan kadang-kadang karena adanya reaksi radang atau inflamasi, efek akhirnya terjadi hiperpigmentasi. Malah yang tadinya kulit ingin glowing jadi bercak-bercak hitam," jelas dr. Fitria.
Yang harus diingat, untuk meracik skincare butuh pengalaman dan keahlian. Terlebih jika skincare racikan diperjualbelikan, tentunya itu melanggar peraturan karena kosmetik yang diedarkan harus memiliki izin edar/notifikasi dari BPOM.
Bila bukan dilakukan oleh yang ahli, meracik skincare sendiri bisa mengakibatkan kerusakan kulit atau iritasi. Jika bahan yang digunakan tidak seimbang, bisa membahayakan pengguna.
Misal, terlalu banyak menggunakan bahan aktif yang bersifat asam (asam salisilat, asam glikolat) akan menyebabkan kulit terbakar, kemerahan, juga jerawat.
Nah, dengan adanya media sosial dan media digital, bisa menjadi salah satu sarana edukasi yang paling efektif. "Apalagi media digital menjadi salah satu sumber edukasi yang paling tepat dan sangat diperhatikan oleh masyarakat. Kita lihat bahwa media sangat membantu dalam menyelesaikan 50 persen permasalahan," imbuh Dr. Muji.
Sekali lagi Dr. Muji mengingatkan bahwa tren kecantikan yang berkembang di masyarakat, seperti obsesi terhadap kulit putih dan glowing, perlu disikapi dengan bijak. Jangan asal percaya pada produk skincare yang mengklaim bisa memutihkan kulit dengan cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Tapi sayangnya, beberapa bulan belakangan, dunia skincare di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, banyak wanita yang ingin memiliki kulit mulus dan glowing merasa kecewa karena beberapa produk skincare yang beredar di pasaran ternyata over claim. Bahkan, mengandung bahan yang berbahaya bagi kulit dan kesehatan secara keseluruhan.
Memang, saat ini banyak orang menginginkan hasil instan tanpa memikirkan dampaknya pada kesehatan kulit. "Mayoritas kaum wanita menginginkan kulit terutama bagian wajahnya putih. Padahal, wajah putih belum tentu sehat. Sebenarnya yang diperlukan adalah wajah yang sehat, bukan sekadar putih atau glowing dengan cara instan," tegas DR. Dr. Muji Iswanty, SH, MH, SpDVE, Subsp.Ven, M.Kes, C.Med, FINSDV, FISQua, dalam Media Advisory secara virtual pada Jumat (13/12) lalu.
Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi sekaligus Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ini juga menjelaskan bahwa kulit manusia secara alami mengalami pergantian setiap 14 hingga 21 hari tanpa melakukan apa pun.
Namun, dengan kemajuan teknologi, perawatan kulit pun bisa dilakukan dengan berbagai prosedur seperti peeling, laser, dan skin booster, yang mampu melakukan pergantian kulit secara cepat dengan metode yang relatif aman.

(Ingat, skincare racikan yang tidak memenuhi ketentuan berisiko menimbulkan efek samping serius dan kerusakan kulit jangka panjang. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Lantas, amankah krim racikan?
Memang, selain pabrikan, produk skincare juga banyak yang diracik sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti media sosial dan keinginan untuk mendapatkan hasil instan. Alih-alih ingin tampil cantik, perilaku ini justru sangat membahayakan kesehatan kulit.Mengutip laman resmi BPOM, Dokter Spesialis Kulit, Fitria Agustina mengingatkan skincare racikan yang tidak memenuhi ketentuan berisiko menimbulkan efek samping serius dan kerusakan kulit jangka panjang.
Dokter Fitria menjelaskan berbagai permasalahan kulit yang serius seperti iritasi dan hiperpigmentasi bisa saja terjadi akibat penggunaan skincare racikan. Jadi sebaiknya, jangan mencampur-campur skincare menjadi satu sediaan baru.
Pasalnya, stabilitas dan konsentrasi zat aktif yang ada di dalam skincare yang dicampur bisa bereaksi negatif pada kulit.
"Efek sampingnya kulit bisa merah, kering, atau sensitif terjadi iritasi dan kadang-kadang karena adanya reaksi radang atau inflamasi, efek akhirnya terjadi hiperpigmentasi. Malah yang tadinya kulit ingin glowing jadi bercak-bercak hitam," jelas dr. Fitria.
Yang harus diingat, untuk meracik skincare butuh pengalaman dan keahlian. Terlebih jika skincare racikan diperjualbelikan, tentunya itu melanggar peraturan karena kosmetik yang diedarkan harus memiliki izin edar/notifikasi dari BPOM.
Bila bukan dilakukan oleh yang ahli, meracik skincare sendiri bisa mengakibatkan kerusakan kulit atau iritasi. Jika bahan yang digunakan tidak seimbang, bisa membahayakan pengguna.
Misal, terlalu banyak menggunakan bahan aktif yang bersifat asam (asam salisilat, asam glikolat) akan menyebabkan kulit terbakar, kemerahan, juga jerawat.
Nah, dengan adanya media sosial dan media digital, bisa menjadi salah satu sarana edukasi yang paling efektif. "Apalagi media digital menjadi salah satu sumber edukasi yang paling tepat dan sangat diperhatikan oleh masyarakat. Kita lihat bahwa media sangat membantu dalam menyelesaikan 50 persen permasalahan," imbuh Dr. Muji.
Sekali lagi Dr. Muji mengingatkan bahwa tren kecantikan yang berkembang di masyarakat, seperti obsesi terhadap kulit putih dan glowing, perlu disikapi dengan bijak. Jangan asal percaya pada produk skincare yang mengklaim bisa memutihkan kulit dengan cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)