Tasikmalaya: Belasan penyandang disabilitas netra yang tergabung dalam Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah Cintarasa, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat menggelar tadarus braille amaliah bulan Ramadan dilakukannya di restoran cepat saji McDonald's Jalan Ir Juanda. Para anak berkebutuhan khusus penghapal Alquran melakukannya secara fasih.
Para karyawan restoran menyambut belasan penghapal Al Quran Braille untuk melakukan tadarus menjadi sebuah inisiatif yang tidak hanya membawa cahaya ke dalam kegelapan fisik mereka, tetapi cahaya spiritual bagi orang yang ada di sekitarnya. Kegiatan tadarus braille diinisiasi para guru pendidik di Sekolah Luar Biasa (SLB) tergabung dalam Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (PAPEDITAS), Komunitas Pagar Tasikmalaya, Kejar Mimpi, pegiat Sosial dan Lingkungan Republik Aer Tasikmalaya.
Penyandang tuna netra datang dari berbagai daerah mulai dari Kota Tasikmalaya, Ciamis dan daerah lainnya untuk mengikuti kegiatan di bulan Ramadan yang penuh semangat bagi mereka dalam kebaikan. Para penyandang tuna netra menyelesaikan Juz 30 Al Quran dalam format Braille dan mereka menikmati secara fasih dalam melantunkan setiap ayat yang tertera dalam Juz tersebut.
Ketua Yayasan Tuna Netra Al-Hikmah Kota Tasikmalaya, Mamat Rahmat mengatakan, keterbatasan bukanlah halangan bagi mereka untuk menyampaikan syiar agama Islam dan memotivasi sesama penyandang tuna netra. Namun, kegiatan tadarus di bulan ramadan ini merupakan aktivitas jemaah yang mana selalu menjadi agenda rutin dilakukan setiap tahun.
"Pada bulan ramadan memang penyandang tuna netra yang datang dari berbagai daerah melakukan agenda rutin, dan gelarannya atas inisiasi para relawan disabilitas dilakukan di restoran McDonald's. Kegiatan tadarus braille yang, memberikan nuasa yang lainnya supaya mereka tetap semangat saat menjalani bulan Ramadan," katanya, Senin, 18 Maret 2024.
Ia mengatakan, tadarus Al Quran penyandang disabilitas netra di Kota Tasikmalaya ini diikuti oleh istrinya Saprida karena pada tahun 2024 rasa bahagia dan diberikan kesempatan untuk melantunkan ayat suci Al Quran dalam tadarus online di tempat yang berbeda dari biasanya. Namun, pendekatan Al Qur'an yang dipelajari para penyandang tuna netra bisa menerima keterbatasan mereka sebagai anugerah.
"Kami menekankan pentingnya mendekatkan diri pada nilai-nilai spiritual dalam menghadapi tantangan hidup dan keterbatasan ini sebagai anugrah. Akan tetapi, boleh jadi kalau kita bisa melihat dan para penyandang tuna netra akan banyak melihat terutamanya kemaksiatan dan nantinya mereka dihisab di akhirat," ujarnya.
Menurutnya, pihaknya tetap berharap dengan kegiatan tadarus Al Quran agar penyandang tuna netra tidak hanya memperkuat hubungan spiritual mereka dengan agama, tapi ke depan akan memberikan inspirasi bagi banyak orang tentang semangat dan keteguhan menghadapi cobaan hidup. Karena, bagi para penyandang memiliki keterbatasan tapi dengan kegiatan ini menjadikan sebagai anugrah.
"Tadarus Al Quran yang dilakukan penyandang tuna netra menjadi bukti terutamanya di balik setiap keterbatasan, ada potensi besar untuk meraih kebaikan dan kedamaian batin. Namun dalam tadarus braille yang dilakukan menjadi inisiatif, tidak hanya membawa cahaya dalam kegelapan fisik tapi cahaya bagi orang berada di sekitarnya," pungkasnya. MI/Adi Kristiadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News