Garut: Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang pesisir pantai Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu, 27 April 2024 sekitar pukul 23.29 WIB malam menyebabkan kerusakan ringan, sedang dan berat kembali bertambah tercatat 245 rumah. 2 fasilitas infrastruktur rusak sedang dan 21 rusak ringan berada di 63 Desa, 4 Kelurahan tersebar di 26 Kecamatan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Garut, Margiyanto mengatakan, gempa berkekutan magnitudo 6,2 yang terjadi kembali bertambah dan berdampak pada 245 rumah di antaranya 8 unit rusak berat, 36 unit sedang dan 158 unit rusak ringan serta 2 unit fasilitas infrastruktur rusak sedang dan 21 unit rusak ringan. Kejadian tersebut, menyebabkan 6 orang warga mengalami luka ringan.
"Dampak gempa bumi M 6,2 yang terjadi di Kabupaten Garut data sementara perakiran kerusakan senilai Rp5.716.800.000, perakiran merugian Rp341.448.800 dan jumlah kerugian Rp5.948.832.000. Namun, kerusakan rumah dan fasilitas infrastruktur merata berada di 63 Desa, 4 Kelurahan tersebar di 26 Kecamatan," katanya, Senin, 29 April 2024.
Ia mengatakan, gempa bumi yang terjadi telah menyebabkan 6 orang mengalami luka ringan dan berdampak pada kerusakan 245 rumah mengalami rusak berat, sedang, ringan serta fasilitas infrastrukrur 2 rusak sedang dan 21 rusak ringan berupa kesehatan, pendidikan, peribadatan serta kantor BRI rusak.
Bencana yang telah terjadi di wilayahnya, pemerintah daerah menyatakan status tanggap darurat ditetapkan selama 14 hari ke depan.
"Kerusakan 245 rumah, 2 unit rusak sedang, 21 rusak ringan berupa fasilitas infrastruktur di Kecamatan Pameungpeuk, Sukawening, Garut Kota, Singajaya, Cilawu, Cisompet, Pakenjeng, Cikelet, Talegong, Sucinaraja, Peundeuy, Wanaraja, Cikajang, Tarogong Kidul, Cibatu, Pangatikan, Cibalong, Cibiuk, Cihurip, Karangpawitan, Tarogong Kaler, Cisurupan, Banjarwangi, Bayongbong, Pamulihan dan Pasirwangi," ujarnya.
Sementara itu, Camat Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Nandang mengatakan, gempa bumi magnitudo 6,2 yang terjadi di Kabupaten Garut menyebabkan bangunan SDN 3 Salawu bagian atap plafon ambruk dinding retak dan terkelupas di ruangan 2B, 3B, 3A, 4A, 4B, dan 5B.
Namun, gempa yang terjadi tersebut menyebabkan satu orang meninggal karena kaget karena bersangkutan memiliki riwayat penyakit jantung dan sudah lama sakit.
"Satu orang warga meninggal itu karena kaget dan bukan karena bencana gempa bumi, tapi dengan kejadian itu memang awalnya sudah lama sakit dan ketika gempa bumi magnitudo 6,2 terjadi langsung meninggal di rumahnya.
Akan tetapi, warga tersebut sudah langsung dimakamkan oleh keluarganya tapi aktivitas di SDN 3 Salawu yang terdampak masih berjalan normal," paparnya. MI/Adi Kristiadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News