Tasikmalaya: Seluas 2 hektare lahan pertanian di Kampung Ciwaas Depok, Cilempay, Cieurih, Sukarate, Gobras 3 dan Cikadu, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, gagal panen terserang hama wereng. Kejadian tersebut, telah menyebabkan sejumlah petani harus menelan kerugian puluhan juta.
Serangan hama wereng, ulat, kungkang padi dan burung yang terjadi di Kota Tasikmalaya banyak petani menelan kerugian dan mereka ada yang sampai menangis, serangan jantung, pingsan setelah lahan persawahan yang telah mereka tanam padi menelan kerugian. Akan tetapi, hasil panen gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang mereka dapatkan anjlok drastis.
Ubad Subradio, 73, warga Kampung Ciwaas Depok, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari mengatakan, musim panen tahun ini bagi petani mengalami gagal panen karena lahan yang dimilikinya 70 bata terserang hama wereng, ulat, kungkang padi, burung dan hanya bisa mendapatkan gabah kering pungut (GKP) 1,8 kwintal dari 4 kwintal. Namun, kejadian ini sangat merugikan petani yang mana selama ini mengharapkan bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
"Lahan pertanian yang terserang hama wereng hampir semua daerah di Tamansari tidak bisa panen, karena, serangannya sangat sporadis membuat batang keropos, menghitam, daun mengkuning, butir padi hampa. Akan tetapi, berbagai upaya pernah dilakukannya dengan menyemprotkan pestisida tapi hama malah menyerang lahan lainnya," katanya, Minggu, 2 Juni 2024.
Ia mengatakan, lahan petanian yang terserang hama wereng, ulat, sangat merugikan petani karena banyak modal yang keluar terutamanya mengolah lahan, sewa mesin, beli pupuk urea, NPK, bibit padi dan lainnya hingga terpaksa harus panen lebih awal. Namun, gabah yang didapatkanya semula 4 kwintal dan sekarang hanya mendapat 1,8 kwintal dengan kerugian sebesar Rp3,5 juta.
"Serangan hama wereng yang terjadi selama ini membuat para petani kebingungan hingga belum ada satupun petugas pertanian sampai memberikan penyuluhan terhadap petani dan lahan persawahan yang menelan kerugian ini milik Emar, 500 bata, Kamil, 200 bata, Sulem, 100 bata dan Darusman, 50 bata," ujarnya.
Sementara, petani lainnya, Beti Rubaeah, 65, warga Kampung Depok II mengatakan, lahan pertanian yang dimilikinya memiliki seluas 500 bata berada di Kampung Cilempay, Cieurih, Sukarate dan Cikadu semuanya gagal panen terserang hama wereng, kungkang, ulat dan burung pipit. Namun, kejadian yang terjadi ini sangat sporadis dan hanya mendapat gabah kering pungut (GKP) yang terselamatkan 75 kilogram dengan berat beras 40 kg.
"Gabah kering pungut (GKP) biasanya kami setiap panen bisa mendapat 1 ton dan untuk sekarang hanya 75 kg. Kami binggung, karena uang modal sawah dari pinjaman, pemberian anak dan dagang keliling sebesar Rp7 juta itu tidak ada manfaatnya, karena uang tersebut diperuntukan untuk beli pupuk 4 kwintal, sewa sewa mesin, pemupukan, tandur, pengolahan lahan dan obat rumput," pungkasnya. MI/Adi Kristiadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News