Tampaknya belum banyak yang menyadari sampah plastik memiliki nilai ekonomis yang bisa mendatangkan rupiah, terutama botol air minum kemasan dari plastik PET (Polyethylene Terephthalate). Ini adalah jenis plastik yang paling mudah didaur ulang, dengan kode angka 1.
Dalam industri daur ulang plastik, PET merupakan jenis plastik berkualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki peran krusial dalam ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular merupakan sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional dengan menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.
Singkatnya, jumlah sampah plastik bisa ditekan karena sampah plastik, khususnya PET bisa didaur ulang dan digunakan kembali sebagai bahan baku bernilai ekonomi tinggi oleh industri daur ulang.
PET yang sifatnya sangat mudah didaur ulang memiliki banyak manfaat untuk dijadikan sebuah produk baru. Misalnya, polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing, dan sebagainya.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim, industri daur ulang di Indonesia memerlukan sampah plastik PET dalam jumlah besar. Dalam catatan ADUPI, setiap tahun permintaan PET meningkat rata-rata tujuh persen. Angka ini termasuk dalam kondisi saat pandemi covid-19.
"Plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi. Tren permintaan ekspornya pun terus naik. Ini sejalan dengan program pemerintah menjadikan sampah bahan baku ekonomi dan plastik sekali pakai tidak masalah, bila manajemen sirkular ekonomi dijalankan dengan baik,” ujar Christine, beberapa waktu lalu.
Sayangnya, permintaan plastik PET yang tinggi tidak diimbangi dengan ketersediaan dalam negeri. Penyebabnya, kesadaran masyarakat untuk memilah sampah masih sangat kurang. Sampah plastik PET yang tercampur dengan sampah lain menyebabkan penurunan mutu.
Hal ini mendorong industri daur ulang untuk melakukan impor 'sampah' untuk keperluan bahan baku. Menurut catatan Kibumi.id, Indonesia mengimpor sekitar 8,6 triliun sampah untuk keperluan bahan baku industri daur ulang.
Daripada impor 'sampah,' mengapa tidak kita yang menyediakan sampah untuk bahan daur ulang tersebut? Kita bisa memulai dengan langkah kecil, yaitu memilah sampah dari rumah.
Caranya, pisahkan antara sampah organik dan anorganik. Untuk mengingatkan kembali, sampah organik merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup dan dapat terurai oleh alam. Contohnya daun, sisa makanan, sayuran.
Sementara, sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari bahan olahan manusia. Untuk sampah anorganik pisahkan lagi antara sampah kaca (botol, gelas, toples), sampah metal (wadah kaleng bekas kemasan minuman atau makananan), sampah kertas (koran, majalah, kardus, karton), dan sampah plastik (botol plastik, kemasan plastik, ember, gayung).
Dalam memisahkan sampah pastik, khususnya botol plastik bekas minuman kemasan, pisahkan antara botol plastik, label, dan tutup botol.
Masing-masing sampah plastik ada harganya sendiri. Sebagai gambaran, harga botol plastik per kilogram di tingkat pengepul Rp3 ribu per kilogram (kg). Gelas plastik Rp3.500-Rp6 ribu per kg, ember plastik antara Rp1.000-Rp3 ribu per kg, dan kantong plastik Rp300-Rp1.500 per kg.
Beberapa bank sampah yang bisa Anda akses melalui aplikasi di website maupun smartphone, di antaranya Simba.id, BankSampah.id, Rekosistem, Rubah Kertas, Kamibox, dan Rebricks.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News