"Limbah B3 selama ini dilihat hanya dari bagaimana mengelola secara baik serta pemanfaatan dengan pendekatan recycle," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Limbah Berbahaya dan Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati, Jumat, 8 Desember 2023.
Ke depan, lanjut Rosa, limbah B3 akan dikelola melalui mekanisme ekonomi sirkular dan program green house gas emission reduction (pengurangan emisi GRK). "Cara ini bukan hanya untuk mengatasi Limbah B3, tetapi juga untuk memanfaatkan nilai ekonomi limbah B3 serta mendukung pencapaian NDC," kata Rosa.
Rosa mengatakan hal ini saat menjadi pembicara kunci dalam talkshow bertema Green House Gas Emission Reduction Through Optimization of Waste Utilizitation. Dialog dilakukan di sela Conference of The Parties 28, United Nation Climate Change Conference (COP-28, UNFCCC), di Pavillion Indonesia di Expo Centre, Dubai, Uni Emirat Arab.
Berdasarkan NDC, Indonesia akan menurunkan emisi GRK sampai 29 persen (%) pada 2030. Target menjadi 41% jika dengan dukungan kerja sama negara sahabat.
Khusus emisi GRK, Indonesia menargetkan penurunan 31,89%. Bahkan, jika dengan dukungan kerja sama, target persentase pengurangannya menjadi 43,2%. Target itu tercantum dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) yang sudah diserahkan kepada UNFCCC pada 23 September 2022.
Sudah banyak dilakukan
Pengurangan emisi GRK melalui pengelolaan limbah B3 sudah dilakukan sejumlah perusahaan. PT Petrokimia Gresik memanfatkan limbah fly ash dan bottom ash sebagai pupuk. Alhasil, perusahan ini bisa mengurangi emisi GRK sebesar 998,22 ton CO2e dengan nilai ekonomi Rp10 miliar.PT Inalum sebagai perusahaan pengelola aluminium secara terintegrasi juga sudah melakukannya. Perusahaan ini menggunakan energi terbarukan sampai 96% dari kebutuhan operasi dan berhasil mengurangi emisi GRK sebesar 2.27,61 ton CO2e.
Selanjutnya, PT Prasadha Pamunah Limbah Indonesia (PPLI). Perusahaan pengelola limbah B3 ini telah mengelola limbah B3 yang ramah lingkungan dan mampu mengurangi emisi GRK sebesar 30.651 ton CO2e.
Terbesar ketiga
Berdasarkan laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK), emisi GRK dari limbah B3 merupakan yang terbesar ketiga dari sektor limbah. Tercatat total emisinya sebesar 128.100 Gg CO2 e yang berasal dari pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi sumber energi, pengolahan insinerator, serta landfill yang dapat menghasilkan emisi Carbon Dioxida (CO2) dan Gas Methan (CH4).Rosa mengatakan pendekatan yang perlu dilakukan adalah dengan ekonomi sirkular, 3R (reduce, reuse, dan recycle), serta konservasi sumber daya alam. Melalui sirkuler ekonomi, limbah B3 diektraksi kemudian digunakan kembali dalam proses produksi.
"Sehingga, selain dapat menekan penggunaan material, juga meningkatkan nilai tambah produksi ataupun sebagai energi," kata Rosa.
Baca: Nilai Ekonomi Karbon Diusulkan Masuk RUU EBET
Pada 2022, PSLB3 KLHK mencatat sebanyak 71% dari total 6.965.909 ton limbah B3 telah dimanfaatkan kembali. Nilai pemanfaatannya tercatat Rp17 triliun yang berasal dari pemanfaatan limbah B3, substitusi bahan baku, solven recovery, produk pertanian, metal, copper, kertas, oil, serta bahan kimia.
"Pemanfaatan Limbah B3, selain dapat menurunkan emisi GRK, juga mendukung ekonomi sirkular dan dapat mencegah dampak terhadap lingkungan," kata Rosa.
Dia berharap contoh-contoh itu dapat menginspirasi seluruh pelaku usaha untuk melakukan langkah kongkret dalam memanfaatkan limbah untuk mencapai pengurangan emisi GRK dan ekonomi sirkular.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News