Proyek IMPLI dilaksanakan menggunakan sumber pendanaan hibah langsung dari Global Environment Facility sesi ke-6 (GEF-6). Proyek ini akan diimplementasikan di tiga provinsi, yaitu Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan.
"Proyek IMPLI bertujuan untuk mengelola ekosistem gambut secara berkelanjutan," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro, saat meluncurkan IMPLI di Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2022.
Sigit berharap ekosistem gambut ini bisa ikut mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat yang berada di delapan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang ada di tiga provinsi yang dijadikan lokasi proyek.
Sigit menjelaskan proyek IMPLI telah berlangsung sejak 2021 dan berakhir pada 2026. Total pembiayaan hibah yang akan diterima dari dana GEF-6 sebesar USD274,39 juta. Ada juga pendanaan pendampingan yang dikeluarkan dari pemerintah dan swasta (co-finance) sebesar USD202,84 juta.
Proyek ini disebut memiliki dampak signifikan bagi ekosistem gambut. Contohnya, sebanyak 1,2 juta hektare lahan gambut sudah bisa dikelola secara berkelanjutan.
Baca: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2021 Meningkat
Proyek ini juga mampu menguatkan kapasitas komunitas petani di 12 desa pada KHG yang menjadi target. Bahkan, kata Sigit, sebanyak 5.000 rumah tangga petani kecil mendapat manfaat langsung dan 15.000 rumah tangga petani kecil menerima manfaat tidak langsung.
Dalam pelaksanaan proyek IMPLI ini, Ditjen PPKL menggandeng akademisi dari berbagai perguruan tinggi. Perlibatan mereka untuk dapat menggali pembelajaran yang lebih dalam dari implementasi proyek IMPLI.
"Agar proyek IMPLI mendapatkan masukan yang utuh dari berbagai aspek dan konteks. Sehingga, kita mendapatkan formulasi ilmiah yang utuh dan teraplikasi dalam perlindungan serta pengelolaan ekosistem gambut," kata Sigit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
