Ilustrasi pengolahan sampah. Dok. Pupuk Kalimantan Timur
Ilustrasi pengolahan sampah. Dok. Pupuk Kalimantan Timur

RI Penyumbang Terbesar, Masyarakat Didorong Aktif Mengolah dan Memilah Sampah

Achmad Zulfikar Fazli • 22 Februari 2022 10:40
Jakarta: Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang sampah terbesar di dunia. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) terus berkomitmen menekan penumpukan sampah di Tanah Air.
 
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan perusahaannya bersama Pemerintah Kota Bontang ialah dengan menginisiasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bessai Berinta sejak 2018. TPST itu sebagai tempat pemilahan untuk mengurangi volume sampah yang disalurkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
 
Menurut dia, pemilihan ini sangat penting untuk menekan penumpukan sampah di Kota Bontang. Mengingat data produksi sampah Kota Bontang yang mencapai 80-85 ton per hari.

"TPST Bessai Berinta merupakan salah satu upaya PKT mendukung pengurangan jumlah sampah di lingkungan perusahaan maupun Kota Bontang, dengan konsep pemberdayaan masyarakat untuk pengolahan dan pemilahan sampah," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 Februari 2022.
 
Rahmad mengatakan pihaknya juga menggagas program TSPT Bessai Berinta untuk menjadi wadah edukasi tentang pengolahan sampah. Masyarakat akan dibekali kemampuan pengelolaan dan pemilahan sampah dengan didukung teknologi serta perangkat untuk memaksimalkan proses.
 
Rahmad menyampaikan pengembangan program TPST Bessai Berinta untuk memberdayakan masyarakat, khususnya pada lima kelurahan dan satu kecamatan di Bontang. Di antaranya Kelurahan Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Gunung Elai, Api-api, Bontang Kuala, serta Kecamatan Bontang Utara.
 
Selain itu, terdapat Bank Sampah Unit (BSU) di tiap kelurahan. Sehingga, masyarakat yang memilah langsung sampah rumah tangga dapat memperoleh manfaat tabungan yang dikonversi dari total sampah yang dikumpulkan setiap hari. Terdapat 22 BSU di seluruh kelurahan dengan produktivitas tinggi untuk jenis sampah organik hingga anorganik.
 
Baca: DKI Bangun Pengelolaan Sampah Terpadu di Bantargebang
 
Mulai 2020, implementasi program tersebut ditingkatkan melalui inovasi pengolahan sampah sisa makanan dengan budidaya Black Soldier Fly (BSF), guna memunculkan nilai ekonomi tambahan dengan target peningkatan produksi yang lebih besar. Pasalnya, BSF mampu menghasilkan berbagai produk, seperti kompos padat (kasgot), kompos cair (lindi), hingga larva yang bermanfaat untuk pakan ternak.
 
"Pengembangan program BSF berhasil membina dua kelompok baru di Kelurahan Loktuan dan Api-api Bontang Utara, serta mampu mengolah 974.538 Kilogram (Kg) sampah sisa makanan dan 16,69 Kg larva maggot dalam satu tahun," ujar Rahmad.
 
Rahmad menjelaskan pada pertengahan 2021, kelompok pengelola TPST Bessai Berinta juga dibekali peluang pembuatan Dry Maggot sebagai turunan BSF. Sehingga bisa dikembangkan pada produk yang lebih bernilai karena mengandung asam amino dan protein yang bisa diekstrak untuk berbagai kebutuhan industri, seperti make up, kompos, pakan ikan, hingga pupuk cair.
 
Pengembangan potensi dry maggot didukung dengan pengembangan infrastruktur bangunan budidaya maggot, penyediaan sarana prasarana, hingga penyediaan kemasan produk dry maggot. Melalui bekal yang diberikan, lanjut dia, potensi maggot didorong lebih optimal untuk dikelola mulai skala rumahan, menengah, hingga industri yang bisa memberikan dampak serta nilai ekonomi bagi masyarakat.
 
Hal ini sekaligus memotivasi pengembangan pengolahan limbah organik untuk kepentingan lingkungan, sekaligus upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sebab jika sampah organik dibiarkan cukup lama dapat menghasilkan gas metan yang berpengaruh terhadap ozon.
 
"Jika inovasi ini diterapkan mulai skala rumah tangga, sampah organik pun dapat lebih ditekan karena bisa diolah sendiri menjadi maggot dan tidak perlu dibuang langsung ke TPA. Hal ini yang terus kami dorong di masyarakat," ucap Rahmad.
 
Rahmad mengatakan pihaknya juga berkomitmen menekan jumlah sampah plastik. Hal itu dilakukan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, meminimalkan makanan dan minuman dengan kemasan plastik, hingga daur ulang pemanfaatan limbah karung reject menjadi barang bernilai ekonomis.
 
Pihaknya juga mendirikan bank sampah agar setiap karyawan dan keluarganya mengumpulkan serta memilah sampah dengan dimulai dari rumah tangga dan lingkungan tempat tinggal. Keberadaan bank sampah ini diarahkan pada optimalisasi pengelolaan sampah yang dikumpulkan, untuk diolah kembali menjadi barang bernilai guna.
 
"Hal ini bagian dari fokus utama PKT terkait implementasi ESG dengan optimalisasi pengelolaan sampah, untuk mendorong pengendalian dampak perubahan iklim yang dimulai dari lingkungan terkecil melalui pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)," ucap Rahmad.
 
Rahmad menyampaikan penanganan persoalan sampah akan lebih diperkuat dengan berbagai langkah konkret. Hal ini dilakukan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dan upaya mitigasi perubahan iklim.
 
"Utamanya membangun kesadaran bersama untuk lebih peduli terhadap sampah, dengan berbagai aksi nyata penyelamatan lingkungan dalam mewujudkan keseimbangan antara profit, people, dan planet sebagai salah satu misi perusahaan," ujar Rahmad.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan