Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Lana Saria, menegaskan generasi mendatang memiliki peluang besar untuk menciptakan kebijakan energi yang lebih baik.
Kebijakan tersebut harus mampu mengakomodasi perkembangan teknologi dan globalisasi, dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Dorongan transisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT)
Salah satu langkah yang tengah ditekankan pemerintah adalah mempercepat transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat kebutuhan energi nasional terus meningkat.Lana memaparkan bahwa hingga tahun 2024, kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT telah mencapai 15 gigawatt (GW) atau sekitar 15 persen dari total kapasitas pembangkit nasional sebesar 101 GW.
Baca juga: Teknologi Penyeimbang Bantu Indonesia Capai Target Nol Emisi |
“Pada periode 2025–2034, direncanakan ada tambahan 71 GW pembangkit, di mana 72 persen di antaranya berasal dari EBT dan energy storage,” sebut Lana saat memberi sambutan debat Mahasiswa bertema Generasi Emas 2045, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 7 Februari 2025.
Selain itu, dalam lomba debat bertema "Berkarya untuk Mewujudkan Transisi Energi" dia juga menekankan bahwa penggunaan biodiesel juga terus digenjot. Sepanjang 2024, produksi biodiesel mencapai 13,15 juta kiloliter (KL) untuk mendukung program B35. Program ini berpotensi menghemat devisa hingga USD9,33 miliar atau sekitar Rp147,5 triliun.
“Mulai tahun 2025, program ini akan meningkat menjadi B40,” tambah Lana.
Generasi muda dan pemahaman energi yang lebih mendalam
Pemerintah berharap bahwa melalui berbagai ajang diskusi dan debat ini, generasi muda tidak hanya diasah kemampuan berargumentasi dan berbicara di depan umum, tetapi juga dibekali dengan pemahaman mendalam tentang isu-isu kompleks di sektor energi.Lana juga mengapresiasi penyelenggaraan lomba debat bertema energi ini karena menurutnya, kegiatan seperti ini sangat penting dalam menumbuhkan semangat generasi muda untuk turut serta dalam mewujudkan ketahanan energi di Indonesia.
"Inisiatif seperti ini sangat penting di tengah berbagai tantangan dan target yang ingin kita capai,” ucap dia.
Adapun yang keluar menjadi juara adalah Tim Pertamina dari Universitas Pertamina setelah unggul dari Santai Well dari Institut Teknologi PLN.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro yang bertindak sebagai juri tamu dari pemerintah dan praktisi sektor energi mengapresiasi acara lomba ini karena bisa menjadi ajang sosialiasi mengenai seperti apa kondisi sektor energi Indonesia dan dunia pada umumnya sekarang ini.
“Selain itu kepada adik-adik mahasiswa, juga menjadi ajang para mahasiswa untuk beradu argumentasi terkait konsep2 mereka menyikapi tantangan Sumber Daya Alam ke depannya. Semoga bisa diteruskan ke depannya,” kata Hudi.
Adapun enam tema yang dikupas secara mendalam dalam debat ini mulai dari penggunaan energi fosil di era transisi energi, peran perbankan dalam membiayai pengembangan green energy, peran Sumber Daya Manusia dalam transisi energi Indonesia, Kebijakan pemerintah dalam wujudkan ketahanan energi, pengembangan Energi Baru Terbarukan, serta hilirisasi yang saat ini dikejar pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News