Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro (tengah). Foto: Dok KLHK
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro (tengah). Foto: Dok KLHK

Tambah 4 Kriteria, Proper KLHK Dorong Industri Komprehensif Kelola Lingkungan

Medcom • 20 Januari 2024 21:01
Jakarta: Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menambah empat kriteria baru. Penambahan kriteria ini mendorong industri untuk mengelola lingkungan secara komprehensif.
 
Proper awalnya merupakan program pengawasan terhadap industri. Bertujuan untuk mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup. 
 
Kemudian, Proper berkembang menjadi program untuk mendorong peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan. Tak hanya itu, Proper juga mendorong kerangka-kerangka kerja kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha. 

"Hal ini dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar dengan tidak meninggalkan esensi utama ketaatan terhadap peraturan serta menjunjung tinggi kearifan lokal," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, melalui keterangan tertulis, Sabtu, 20 Januari 2024.
 
Adapun empat kriteria penilaian Proper yang ditambahkan meliputi ketaatan terhadap peraturan perundangan, eco-inovasi, inovasi sosial, dan green leadership.
 

1. Kriteria peraturan perundangan

Penilaian atas ketaatan terhadap peraturan dilakukan untuk pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, perizinan lingkungan, kerusakan lahan, pengelolaan sampah, dan bahan B3. 
 

2. Kriteria eco-inovasi

Selanjutnya, penilaian atas kriteria eco-inovasi digunakan untuk mendorong efisiensi dalam pengelolaan sumber daya dan keanekaragaman hayati. 
 
Kriteria eco-inovasi menjadi sangat penting karena dapat mendorong peningkatan efisiensi biaya dalam produksi. Kriteria ini juga menjadi penunjang dalam biaya pengelolaan limbah. 
 
"Oleh sebab itulah eco-inovasi menjadi pembeda antara perusahaan yang memang benar-benar unggul dalam menunjukkan komitmen ketaatannya dengan perusahaan yang tidak unggul," kata Sigit. 
 
Sigit mengatakan eco-inovasi dalam Proper mengharuskan perusahaan untuk dapat menunjukkan unsur kebaruan, menguantifikasi dampak positif terhadap lingkungan, memberi keuntungan ekonomi (penghematan biaya), serta menambah nilai (creating value) bagi karyawan, konsumen, dan masyarakat.
 
Pada 2023 tercatat 1.193 eco-inovasi telah dilahirkan oleh perusahaan dengan penghematan total Rp158,54 triliun atau 23,4% lebih hemat dari 2022. Jumlah inovasi ini juga meningkat sebesar 36,8% dari tahun sebelumnya sejumlah 872 inovasi. 
 
Eco-inovasi juga mampu menghasilkan penghematan energi sebesar 554,8 juta GJ, penurunan emisi GRK sebesar 299,6 juta ton CO2eq, penurunan emisi konvensional sebesar 15,81 juta ton, mereduksi limbah B3 sebesar 55,4 juta ton, mengurangi 3R limbah non-B3 sebesar 34,8 juta ton, mengefisiensikan air sebesar 437,3 juta m3, menurunkan beban pencemaran air sebesar 6,03 juta ton, dan berbagai upaya perlindungan keanekaragaman hayati.
 
"Upaya perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan ini ternyata juga berdampak positif terhadap masyarakat," kata Sigit. 
 
Pada 2023 itu, tercatat Rp1,56 triliun telah bergulir di masyarakat untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dampak positif lain, kata Sigit, kontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) juga terus dilakukan. 
 
Pada tahun ini terdapat 20.052 kegiatan yang menjawab tujuan SDGs dengan total dana dikucurkan sebesar Rp57,34 triliun. Angka ini meningkat sebesar 23,9% dari sejak pertama kriteria ini diluncurkan pada Proper 2018.
 
Keberhasilan Proper juga diakui banyak kalangan pimpinan perusahaan. Mereka menyebut Proper sebagai kawah candradimuka bagi perusahaan untuk menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Misalnya, Pertamina menduduki peringkat satu dunia kinerja ESG untuk subsektor integrated oil and gas. Hal ini karena dorongan kuat dari Proper KLHK. 
 

3. Kriteria inovasi sosial

Selanjutnya, penilaian kriteria inovasi sosial mendorong perusahaan berkolaborasi dengan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan sosial secara lebih efisien. Melalui kriteria ini, Proper diharapkan mampu mendorong industri memanfaatkan keragaman sumber daya yang dimiliki masyarakat.
 
"Inovasi sosial juga membangun kapasitas yang berorientasi pada pemberdayaan penduduk yang terpinggirkan. Baik itu karena perubahan sistemik struktur sosial, ekonomi, maupun kelembagaan yang menciptakan masalah ini," kata Sigit.
 
Kriteria inovasi sosial ini juga melahirkan ekosistem “lebah madu” sebagai bagian dari sistem dan desain regulasi Proper. Siapa pun yang bersentuhan dengan Proper akan “tersengat” daya inovasinya untuk menyelesaikan persoalan secara bersama. 
 
"Proper 2023 menunjukkan cerita inovasi sosial dari pelosok negeri yang membangun optimisme bersama," kata Sigit. 
 
Dia melanjutkan kolaborasi antara perusahaan peserta Proper, masyarakat, dan pemerintah menunjukkan bahwa selalu ada inovasi tanpa batas yang memiliki kekuatan untuk bangkit dan tumbuh lebih kuat menuju masyarakat madani dan lingkungan yang lestari.
 
Diungkapkan Sigit, program pemberdayaan masyarakat pada 2023 lebih variatif dalam menjawab isu di tingkat tapak. Disebutkan, sebanyak 168 inovasi sosial telah dilaksanakan oleh perusahaan yang mampu menjawab isu ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan melalui pertanian berkelanjutan dan pemberdayaan kesejahteraan petani, peternak, serta nelayan. 
 
Begitu pula program pemberdayaan perempuan dan anak juga menjadi perhatian pada kegiatan ini. Implementasinya melalui perbaikan gizi dan akses pendidikan. Secara keseluruhan, program inovasi yang dilakukan berhasil berkontribusi dalam pencapaian seluruh target SDG’s.
 

4. Kriteria green leadeship

Sedangkan kriteria keempat, yakni green leadership, diberikan kepada pimpinan industri yang berkomitmen terhadap lingkungan. 
 

Diganjar penghargaan

Sigit menambahkan inovasi yang terus menerus dari Proper berdampak positif bagi perbaikan lingkungan dan kolaborasi dunia usaha serta masyarakat. 
 
Inovasi Proper pun ini mengantarkan Menteri LHK Siti Nurbaya meraih penghargaan Ecostar of the Year 2024 pada Ajang Indonesia Green Awards (IGA) 2024 yang diselenggarakan The La Tofi School of CSR, Rabu, 17 Januari 2024.
 
IGA adalah ajang apresiasi bagi persona yang fokus kepada upaya pelestarian lingkungan maupun dunia usaha. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh yang memiliki komitmen dalam menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. IGA 2024 merupakan penyelenggaraan tahun kelima belas yang dilaksanakan oleh La Tofi School of Social Responsibility.
 
Baca: Menteri LHK: Kemajuan Aksi Perubahan Iklim Indonesia Leading by Examples
 
Program Proper bukan sekali ini menerima penghargaan. Sebelumnya, pada 2023, Proper juga meraih Top 5 Outstanding Achievement of Public Service Innovation Award dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penghargaan tersebut diberikan atas inovasi dalam penerapan life cycle assessment, inovasi sosial, dan social return on investment (SROI) untuk pengelolaan lingkungan di perusahaan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan